25 Desember 2022

Tak Anggap Remeh Lawan




Brunei Vs Indonesia: Pantang Pongah, Garuda Tak Anggap Remeh Lawan

Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong, menilai Brunei Darussalam sebagai tim paling lemah di Grup A Piala AFF 2022.
Timnas Indonesia akan memainkan laga tandang melawan Brunei dalam lanjutan babak penyisihan Grup A Piala AFF 2022.
Laga Brunei vs Indonesia bakal berlangsung di Stadion Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/12/2022) pukul 17.00 WIB.
Menjelang pertandingan Brunei vs Indonesia, Shin Tae-yong menilai bahwa sang lawan merupakan tim paling lemah di Grup A.
Hal itu lantaran Brunei lolos ke Piala AFF 2022 melalui babak playoff setelah mengalahkan Timor Leste.
"Tim Brunei bisa dianggap lemah, mereka masuk grup ini karena playoff," kata Shin Tae-yong dalam konferensi pers yang turut dihadiri di Malaysia, Minggu (25/12/2022).
Adapun Brunei sudah kebobolan 10 gol sebelum melawan Indonesia. Mereka takluk 0-5 dari Thailand dan dikalahkan Filipina dengan skor 1-5.
Meski demikian, Shin Tae-yong mewanti-wanti timnas Indonesia agar tidak pongah dan mengenggap remeh lawan.
Shin Tae-yong juga enggan menargetkan skor pertandingan dan memilih mempersiapkan timnya agar mampu menunjukkan penampilan terbaik.

Sumber : Kompas.com

22 Desember 2022

Jurnal Refleksi Dwi mingguan Modul 1.3. Visi Guru Penggerak

 

Jurnal Refleksi Dwi mingguan Modul 1.3. Visi Guru Penggerak

Oleh: Eka Rahmady Hardianto, S.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Kab. Seruyan. Prov. Kalimantan Tengah

 

Di postingan ini saya menulis jurnal refleksi dwimingguan sesuai dengan pengalaman saya dalam proses pendidikan guru penggerak Angkatan ke-7. Jurnal refleksi ini saya tulis setelah saya mengikuti dan mempelajari modul 1.3. Visi Guru Penggerak. Dalam menulis jurnal, saya menggunakan model 4F, yakni Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). Untuk memudahkan memahaminya, 4F tersebut saya terjemahkan dalam bahasa pertanyaan, yakni 1) apa yang saya alami; 2) apa yang saya rasakan; 3) apa yang saya dapatkan; dan 4) apa yang akan saya lakukan. 

Berikut jurnal refleksi dwimingguan modul 1.3. Visi Guru Penggerak.

1.     Apa yang saya alami.

Saya juga melakukan elaborasi pemahaman dengan instruktur melalui Gmeet pada hari Hari ini, 01 Desember 2022 pukul 15. 30 WIB adalah saat Bapak/Ibu CGP mengikuti Elaborasi Pemahaman. Instruktur yang memandu kegiatan elaborasi. Bersama bapak Jaini

  f.      Koneksi Antar-Materi

Bagian ini adalah pengaitan antarmateri yang sudah saya pelajari mulai dari modul 1.1, 1.2, dam 1.3.  Tugas di bagian ini adalah menjawab kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan profil pelajar Pancasila pada murid-murid dengan paradigma inkuiri apresiatif. Selain itu, saya juga harus membuat revisi dan merumuskan dengan penuh keyakinan, visi yang telah dibuat berdasarkan jawaban pertanyaan di atas, ke dalam sebuah visi yang membuat saya bersemangat ketika membacanya, dan menggerakkan hati setiap orang yang membacanya. KLIK DI SINI (VERSI PDF)

g.       Aksi Nyata


Aksi nyata berisi pemahaman saya tentang modul 1.3. yang diterapkan secara nyata. Di aksi nyata ini saya melakukan Prakarsa Perubahan dengan membuat kegiatan menumbuhkan nilai gotong royong di sekolah.


                                         

2.     Apa yang Saya Rasakan?

Selama saya mempelajari Modul 1.3., saya merasakan perasaan yang semangat, bangga, senang, dan tentunya tertantang. Saya semangat karena di modul 1.3. ini saya bisa mempelajari materi tentang visi guru penggerak yang cukup mencerahkan bagi saya dan tentunya menambah semangat saya sebagai guru. Saya bisa lebih paham tentang ap aitu inkuiri apresiatif, Prakarsa perubahan, dan tahapan BAGJA. Saya bangga karena saya memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang sangat luar biasa dan sangat bermanfaat ini. Saya senang karena bisa berkolaborasi dengan teman CGP lain untuk membuat presentasi tentang pembuatan prakarsa perubahan dengan tahapan BAGJA. Saya juga sangat tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan di sela kesibukan saya sebagai guru di sekolah.

3.     Apa yang Saya Dapatkan

Di Modul 1.3. saya mendapatkan materi tentang paradigma inkuiri apresiatif (IA), yakni pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Pendekatan IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi. Saya juga mempelajari tahapan BAGJA sebagai salah satu kegiatan dalam manajemen perubahan. Adapun tahapan dalam BAGJA adalah

1.         Buat pertanyaan utama

2.         Ambil pelajaran

3.         Gali mimpi

4.         Jabarkan rencana

5.         Atur eksekusi

4.     Apa yang Akan Saya Lakukan?

Setelah memahami materi dalam modul 1.3. tentang visi guru penggerak ini, saya akan menerapkan inkuiri apresiatif untuk melaksanakan manajemen perubahan di sekolah saya. Saya akan membuat prakarsa perubahan untuk mewujudkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tentunya akan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Ke depannya peningkatan kualitas pembelajaran itu akan lebih cepat dalam mewujudkan siswa dengan karakter profil pelajar Pancasila. 

 

Link PDF disini https://drive.google.com/file/d/1cwqe7MlEds4qeuTWA7PwYKhF2Jn71-8W/view?usp=share_link


 

Jurnal Refleksi Dwi mingguan Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak

 

Jurnal Refleksi Dwi mingguan Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak

 

Oleh: Eka Rahmady Hardianto, S.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Kab. Seruyan. Prov. Kalimantan Tengah

Di tulisan ini saya menulis jurnal refleksi dwimingguan sesuai dengan pengalaman saya dalam proses pendidikan guru penggerak Angkatan ke-7. Jurnal refleksi ini saya tulis setelah saya mengikuti dan mempelajari modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam menulis jurnal, saya menggunakan model 4F, yakni Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). Untuk memudahkan memahaminya, 4F tersebut saya terjemahkan dalam bahasa pertanyaan, yakni 1) apa yang saya alami; 2) apa yang saya rasakan; 3) apa yang saya dapatkan; dan 4) apa yang akan saya lakukan. 

Berikut jurnal refleksi dwimingguan modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak.

1. Apa yang saya alami.

Saya mempelajari modul 1.2. dengan alur MERDEKA, yakni:

a. Mulai dari Diri 

Saya mulai mempelajari modul 1.2. dengan membuka tautan mulai dari diri. Di sini saya mendapat tugas untuk membuat trapesium usia. Saya juga melakukan refleksi dengan menjelaskan isi dari trapesium usia yang sudah saya buat. Selain itu, saya juga memaparkan tentang peran saya sebagai guru penggerak. Tugas membuat diagram trapesium usia yang sudah saya buat dapat diakses melalui tautan berikut: Trapesium Usia.) Klik  Trapesium Usia

b. Eksplorasi Konsep

Di bagian eksplorasi konsep, saya mempelajari topik utama, yakni Nilai Kemanusiaan: Kebajikan Universal yang terdiri atas 3 subtopik materi, yakni:

1)         Bagaimana Manusia Tergerak

2)         Bagaimana Manusia Merdeka Bergerak

3)         Bagaimana Menggerakkan Manusia: Menuntun Kekuatan Kodrat Manusia

Di setiap sub topik tersebut ada tugasnya masing-masing. Disini saya diajak untuk menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan dari rekan dalam kelas ruang LMS.

c. Ruang Kolaborasi Modul 1.2 - Diskusi Mandiri Google Meet™ for Moodle

.Diruang kolaborasi ini kami bersama Fasilitator dan PP berdiskusi tentang nilai dan peran guru penggerak. Terima kasih didalam diskusi berjalan dengan baik dan lancar, banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dari fasilitator maupun dari rekan CGP lainya.

Ruang kolaborasi dibagi menjadi dua bagian Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok dan yang kedua adalah bagian presentasi hasil diskusi kelompok. Semua itu dilakukan secara daring atau memalui Gmeet. Diskusi kelompok di ruang kolaborasi pertama dilakukan pada Hari Senin, 14 November 2022 pukul 13.00 - 15.30 WIB. 

Sementara itu, presentasi hasil diskusi dilaksanakan pada hari Selasa, 15 November 2022 pukul 13.00- 16.00 WIB. Klik Bahan Presentase kelompok

d.         Demonstrasi Kontekstual

Di bagian ini saya mendapatkan tugas untuk menggambarkan diri saya sebagai guru penggerak di masa depan atau ketika sudah menjadi guru penggerak selama tiga tahun. Tugas demonstrasi kontekstual yang saya buat dapat diakses melalui tautan berikut: Demonstrasi Kontekstual

 

e.         Elaborasi Pemahaman

Di bagian ini, saya ditugasi untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak.

Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.2 ini, pertanyaan yang masih muncul di benak saya adalah: 

1. Dari beberapa nilai guru penggerak, nilai apakah yang harus dikuatkan pertama kali agar bisa mendukung tumbuhnya nilai-nilai yang lainnya?

2. Bagaimana cara menyiasati jika seorang guru penggerak akan melakukan pembelajaran yang inovatif sesuai dengan zamannya, tetapi terkendala masalah sarana dan prasarana?

3. Bagaimana cara yang tepat untuk menggerakkan komunitas praktisi yang sudah ada, tetapi mereka kurang mendukung terhadap pemikiran Merdeka Mengajar/Merdeka Belajar?

Saya juga melakukan elaborasi pemahaman dengan instruktur melalui Gmeet pada hari Jumat, 18 November 2022 pukul 15.30 - 17.00 WIB. Instruktur yang memandu kegiatan elaborasi. 

f.          Koneksi Antar-Materi

Bagian ini adalah pengaitan antarmateri yang sudah saya pelajari mulai dari modul 1.1. Tugas di bagian ini adalah membuat refleksi dengan model 4C. Tugas saya di bagian ini saya tuangkan dalam blog dan dapat diakses melalui tautan berikut: Koneksi Antar-Materi

g.         Aksi Nyata

Aksi nyata berisi pemahaman saya tentang modul 1.2. yang sudah saya terapkan secara nyata. Aksi nyata modul 1.2. yang sudah saya laksanakan bisa diakses melalui video link berikut: AKSI NYATA MODUL 1.2.

Selain melakukan kegiatan sesuai alur M-E-R-D-E-K-A, pada hari Rabu, 23 Nov 2022   Mulai Pukul 11.00 – 13.00 WIB saya juga mengikuti Pendampingan Individu (PI) bersama pengajar praktik kelompok saya, yakni Bapak Kristomos Silalahi. Adapun bahan yang disiapkan adalah

1.     Pengajar Praktik menanyakan apa saja proses yang sudah berjalan selama satu bulan terakhir dan apa yang telah dilakukan sebagai capaian selama satu bulan tersebut

  1. Pengajar Praktik menanyakan tentang dukungan dari ekosistem sekolahnya
  2. Tindak lanjut hasil lokakarya Orientasi

Lakukan diskusi terkait harapan, kekhawatiran, dan dukungan yang diberikan khususnya dari ekosistem sekolah:

    1. Setelah melakukan pembelajaran daring selama 1 bulan bersama fasilitator, bagaimana harapan dan kekhawatiran Bapak/ Ibu saat ini? 

                                               i.     Apa saja kekhawatiran yang sebelumnya Bapak/ Ibu resahkan dan terjadi, atau belum/ tidak terjadi?

                                             ii.     Apa saja harapan-harapan yang sudah terwujud setelah pembelajaran 1 bulan ini? Adakah harapan baru yang Bapak/ Ibu harapkan untuk pembelajaran 1 bulan ke depan?

    1. Bagaimana dukungan yang diberikan oleh kepala sekolah dan rekan guru selama Bapak/ Ibu melakukan pembelajaran?
  1. PP melakukan diskusi dengan CGP terkait modul 1.1 dan 1.2.

                                               i.     Berdasarkan pembelajaran mengenai filosofi pendidikan yang sudah Bapak/ Ibu pelajari, apa perubahan yang dilakukan Bapak/Ibu di ruang kelas agar selaras dengan pemikiran Ki Hadjar? 

                                             ii.     Apa saja pembelajaran yang Bapak/ Ibu dapatkan dari modul Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yang mendorong Bapak/Ibu melakukan perubahan tersebut?

                                           iii.     Bagaimana respon peserta didik Bapak/Ibu atas perubahan yang dilakukan dan bagaimana Bapak/ Ibu melihat respon tersebut?

                                            iv.     Apa hal yang sudah baik dari perubahan tersebut dan apa saja yang perlu diperbaiki ke depannya?

                                             v.     Perubahan konkret yang telah dilakukan dalam kelas, apakah sudah dituangkan dalam jurnal refleksi mingguan (aksi nyata modul 1.1)?

  1. CGP dan melaporkan hasil pendampingan aksi nyata modul 1.1 dan 1.2 ke dalam laporan pendapingan individu 1.
  2. Pembuatan kerangka portofolio

PP Melakukan pengechekan terkait Portofolio digital CGP

  1. Peta posisi diri dan rencana pengembangan diri dalam kompetensi guru penggerak

Lakukanlah diskusi dengan memberikan pertanyaan pematik berikut ini kepada CGP Anda.

    1. Kompetensi apa yang sudah baik? Jelaskan alasannya
    2. Kompetensi apa yang perlu ditingkatkan? Jelaskan alasannya
    3. Setelah Anda mengetahui umpan balik tersebut, apakah ada perubahan rencana Anda? Apa saja yang berubah?
      Berikan apresiasi dan umpan balik  terhadap laporan yang diberikan oleh CGP Anda
  1. Melakukan refleksi terhadap proses pendampingan saat ini:
    1. Apa pembelajaran atau ide baru yang Bapak/ Ibu dapatkan setelah sesi pendampingan ini?
    2. Apa yang sudah baik dan yang perlu diperbaiki dari pendamping/ pengajar praktik di pendampingan berikutnya?

 

2.       Apa yang Saya Rasakan?

Selama saya mempelajari Modul 1.2., saya merasakan perasaan yang semangat, bangga, senang, dan tentunya tertantang. Saya semangat karena di modul 1.2. ini saya bisa mempelajari tentan nilai dan peran guru penggerak yang cukup mencerahkan bagi saya dan tentunya menambah semangat saya sebagai guru. Saya bangga karena saya memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang sangat luar bias aini. Saya senang karena bisa berkolaborasi dengan teman CGP lain untuk membuat presentasi yang luar biasa dan mempermudah saya dalam memahami Modul 1.2. Saya juga sangat tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan di sela kesibukan saya sebagai guru di sekolah.

 

3.       Apa yang Saya Dapatkan

Di Modul 1.2. saya mendapatkan materi yang luar biasa mengenai nilai dan peran guru penggerak. Masing-masing ada 5 nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak di antaranya adalah berpihak kepada siswa, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif. Sementara itu, peran guru penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan siswa, dan menggerakkan komunitas praktisi. 

4.       Apa yang Akan Saya Lakukan?

Setelah memahami nilai dan peran guru penggerak di modul 1.2. ini saya akan menguatkan nilai-nilai guru penggerak yang saya miliki untuk mendukung peran saya sebagai guru penggerak. Semakin kuat nilai guru penggerak yang kita miliki maka akan semakin mendukung peran kita sebagai guru penggerak untuk mewujudkan ssiwa yang memiliki karakter sesuai profil pelajar Pancasila.  


PDF Link : https://drive.google.com/file/d/1jdIQ-zMJs5lBNkEjRLUPcn15pTVNsf6H/view?usp=share_link

 

19 Desember 2022

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Alkhamdulillah Puji Syukur Kehadirat Allah SWT

Saat ini saya sampai di modul 1.4.a.8. Koneksi antar materi Budaya Positif . Koneksi antar materi modul 1.4 saya diminta untuk memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3. dan di harapkan dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

Koneksi Antar Materi Budaya Positif

Sebagai pendidik, kita perlu ingat kembali tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang "beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab". Sekarang, berdasarkan pedoman itu, Profil Pelajar Pancasila diharapkan menjadi pegangan untuk para pendidik di ruang belajar yang lebih kecil. Profil ini tidak hanya dimiliki oleh murid berprestasi secara akademik atau murid yang menonjol dalam bakat lainnya, profil pelajar Pancasila ini diharapkan dimiliki oleh seluruh murid kita di dalam kelas.

Kaitannya visi guru dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah pendidik wajib menerapkan konsep pemikiran dari ki hajar dewantara dengan memberikan teladan hidup dan kehidupan, mendampingi anak dengan rasa menyenangkan. memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya serta memberikan dukungan dan mendorong anak dengan kepercayaan dirinya menjemput kebahagiaan hidup.

Terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Dengan demikian Visi Diri atau visi guru penggerak harus sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut.

Keterkaitan visi dengan nilai dan peran guru penggerak adalah visi harus mampu mencerminkan nilai dan peran dari guru penggerak untuk mewujudkan propil pelajar pancasila. Perlu saya sampaikan bahwa sebagai guru penggerak memiliki nilai yaitu Berlajar berpihak pada murid,inovatif,kolaboratif,mandiri dan Reflektif. kemudian Guru penggerak juga mempunyai peran Menjadi Pemimpin Pembelajaran,Menggerakkan komunitas Praktisi,Menjadi /pendamping coach bagi guru lain,Mendorong kolaborasi antar guru, dalam penerapannya dibutuhkan totalitas Guru dalam mengkolaborasikan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam proses pembelajaran. Sehingga visi harus mampu Mewujudkan profil pelajar pancasila.

Jika pendidik sudah menerapkan nilai dan peran guru penggerak dalam proses pembelajaran dan ingin mewujudkan visi guru penggerak memerlukan inkuiri apresiatif yang terjabarkan dalam metode BAGJA.

Filosofi Pemikiran Ki hajar Dewantara yang didukung dengan nilai dan peran guru serta diterapkan dengan visi yang terjabarkan dalam strategi BAGJA akan melahirkan budaya positif di sekolah.

Budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi

 Budaya positif dimulai dari disiplin positif dan ini harus datang dari diri. Disiplin pertama kali dibangun dari dalam diri untuk memperoleh kemandirian belajar. Belajar tanpa disiplin sama saja dengan membuat pendidikan menjadi tidak bermakna. Sehingga tujuan akhir untuk mendapatkan kemantapan capaian kognitif, emosional, dan psikomotorik sudah pasti tidak tercapai.

 Untuk mewujudkan Tujuan pendidikan tidak bisa terlepas dari pembiasaan budaya positif di sekolah. Dengan menerapkan konsep-konsep disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi.

Mengapa konsep-konsep ini penting?

Karena di kelas maupun di sekolah, guru menghadapi individu yang memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda. Guru harus memahami dan menguasai konsep-konsep ini sebagai bagian integral dari pengajaran.

 

Membentuk disiplin positif di lingkungan kelas diperlukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas dibentuk dengan kesepakatan bersaman anggota kelas yang di dasarkan atas nilai-nilai Kebajikan universal dan menekankan pada keyakinan diri sesrta memotivasi dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

 

Disiplin positif bertujuan membentuk tanggung jawabnya. Melalui disiplin positif pengajar menuntun anak didik buat mempunyai perilaku tanggung jawab dan berdasarkan tindakan atau nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila yaitu nilai beriman, bertaqwa pada Tuhan yg Maha Esa & berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis & kreatif. Inilah tujuan akhir berdasarkan pendidikan disiplin positif. Disiplin positif tidak menggunakan sanksi atau paksaan namun lebih membentuk pencerahan diri akan tanggung jawab diri menjadi warga sosial.

Dalam penerapanya pendidik akan dihadapkan pada konflik yang ada di lingkungan.oleh karenanya pendidik perlu membekali diri dengan Kontrol diri.

Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

Posisi Kontrol yang direkomendasikan untuk digunakan dalam proses budaya disiplin yaitu posisi control Manajer . posisi kontrol manager memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan diri mereka sendiri, bertanggung jawab atas masalah yang mereka hadapi dan menemukan solusi terbaik. Sehingga nilai-nilai guru seperti kemandirian, inovasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpihak pada siswa sangat sesuai dalam mendukung dengan posisi kontrol manajer. Guru dengan kualitas manajerial berarti dapat menerapkan nilai-nilai dan peran guru yang baik di kelas, sekolah, dan masyarakat.

Untuk dapat memantapkan diri dalam posisi kontrol manager dan sebagai administrator yang handal guru juga di harapkan mampu memahami berbagai kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia adalah kelangsungan hidup, cinta dan kepemilikan, kebebasan, kesenangan dan kekuasaan. Dengan memahami kebutuhan dasar manusia akan memberikan langkah-langkah yang mudah untuk melakukan pembimbingan kepada murid karena kebutuhan setiap murid memiliki kebutuhan yang berbeda.

Guru sebagai pendidik juga diharapkan mampu mempraktekkan Segitiga Restitusi untuk menyelesaikan setiap permasalahan murid. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.

Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang.

Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahan, bukankah pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka.

Sebagai guru saya dapat memberikan dampak positif pada teman sejawat dan mampu memberikan dampak positif pembelajaran di kelas. Mampu bersosialisasi dilingkungan sekolah dan selanjutnya membimbing dan mendukung program perubahan paradigma pendidikan di Indonesia yang saat ini masih belum sepenuhnya berpihak pada murid.

Terima kasih.

Salam Bahagia Bapak/Ibu Guru Hebat!


Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

 

 

 

28 November 2022

Keyakinan Kelas

 


1.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep Modul 1.3 - Berbagi Tugas Kesimpulan tentang Inkuiri Apresiatif

 

·       Apa hal yang mencerahkan saya sebagai pendidik di sepanjang proses menyusun visi pribadi saya itu?

·       Melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA maka saya menjadi tahu bahwa peran penting guru dalam mewujudkan “murid merdeka” yaitu :

·       1.Menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid

·       2.Menggali potensi pada diri murid baik (bakat,minat,cara belajar dan lain-lain) dan lain lain sesuai dengan kodrat zaman (perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman itu)

·       3.menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan bermakna

·       4.menumbuhkan motivasi siswa 

·       Setelah mengetahui peran kita sebagai guru maka kita bisa mengambil langkah konkret dalam menerapkan pendekatan IA model BAGJA ini antara lain 

·       1.Memahami kekuatan kekuatan positif sekolah yang sudah ada

·       2.Menyusun tujuan sekolah sesuai dengaan pendekatan Inkuiri Apresiatif

·       3. Mencari solusi secara bersama sama dan mengedepankan musyawarah

·       4.Bekerja sama dengan antar pemangku kepentingan , dan melakukan perannya masing-masing dengan baik

·       “Kita sebagai guru dapat menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif model BAGJA ini sebagai salah satu cara dalam meningkatkan organisasi/sekolah atau pembelajaran dalam kelas, Kolaborasi antar pemangku kepentingan seperti pemerintah,warga sekolah dan elemen masyarakat menjadi hal yang wajib dilakukan jika kita ingin mencapai hasil yang maksimal”

Bagaimana saya membayangkan penerapan inkuiri apresiatif dalam konteks saya sehari-hari sebagai pendidik?

Saya membayangkan penerapan model BAGJA ini dapat dijadikan untuk menggali semua potensi yang dimiliki oleh murid sesuai kodrat yang dimilikinya, kita sebagai pendidik hanya perlu menebalkanya kekuatan kodrat itu dengan cara mewujudkan visi sekolah dengan cara berkolaborasi dengan semua pihak terkait untuk dapat menciptakan iklim pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa saat berada di sekolah.


Infografis 1.1.a.8. Koneksi Antar Materu-Ksimpulan dan Refleksi Modul 1.1.


 

"Imajiku tentang murid di masa depan". Yang saya dambakan 5-10 tahun mendatang

 

Pada kesempatan saya akan memaparkan 1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3

Arti penting visi bagi saya sebagai seorang guru penggerak adalah mimpi, harapan, atau cita-cita yang saya yakin akan terwujud di masa depan.

Saya memiliki visi “Terwujudnya generasi yang memiliki kepribadian berbudi luhur, berkarakter profil pelajar pancasila, peduli lingkungan, kecakapan Teknologi, dan Tangguh siap bersaing di masa depan”

Lingkungan sekolah yang baik diantaranya adalah

1 lingkungan belajar aman dan nyaman

2 guru yang ramah dalam menuntun dan membimbing siswa sesuai kodratnya

3 Warga sekolah saling bekerja sama Berdasarkan gambar ilustrasi tersebut maka saya menghasilkan murid-murid yang unggul sesuai kompetensinya dan profil pelajar Pancasila sehingga saya dapat menemukan kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu sekolah

Saya percaya bahwa murid saya adalah aset berharga bagi kemajuan bangsa yang harus dijaga dan dikembangkan sesuai potensi kodrat yang dimiliki setiap murid.

Sekolah mengutamakan anak murid dalam proses pembelajarannya,  saya sadar betul bahwa mereka adalah generasi muda calon pemimpin bangsa dan belajar adalah bekal meraih cita-cita sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, merdeka belajar dan profil pelajar dapat menciptakan keselarasan, kekuatan dengan cara memberikan pelayanan terbaik bagi siswa-siswi di sekolah.



Tugas Modul 1.2.A.5.1. Ruang Kolaborasi Modul 1.2
























Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...