Tampilkan postingan dengan label MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATERI DAN TUGAS PERKULIAHAN. Tampilkan semua postingan

06 Agustus 2020

CONTOH MAKALAH MENULIS



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah Bahasa Indonesia “ MENULIS” ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
  Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
 Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

             Palangkara, Maret 2013

Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................................... 5
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Menulis.................................................................................................................................................... 7
2.2. Makalah.................................................................................................................................................... 7
2.3. Tahap Tahap Menulis.................................................................................................................................................... 8
2.4. Rangkuman dan Ringkasan.................................................................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................................................... 17
3.2. Saran.................................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Suparno dan Yunus, 2005:1.4). Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai dengan baik oleh setiap orang, terutama bagi sivitas akademik. Para sivitas akademik adalah kaum intelektual yang harus mampu mengembangkan ilmu penngetahuan, teknologi dan seni (ipteks) demi kemajuan bangsa. Segala bentuk pengembangan ipteks yang dihasilkan tidak akan ada artinya apabila tidak didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Sehebat apapun mahakarya yang dihasilkan seseorang, bila tidak didokumtasikan dalam bentuk tulisan, hanya akan menjadi cerita lisan sesaat yang akan segera dilupakan pada masa-masa berikutnya. Oleh sebab itulah, kemampuan menulis menjadi hal yang sangat penting.
Pada kenyataanya banyak orang yang tidak mampu atau bahkan sama sekali tidak menyukai kegitan menulis. Kenyataan buruk itu dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan tentang seluk-beluk menulis, khususnya menulis karya ilmiah.
Agar dapat menulis suatu karya ilmiah, perlu diketahui hal-hal mengenai karya ilmiah dan mengenai tahap-tahap penulisan karya ilmiah itu sendiri. Hal-hal yang terkait dengan karya ilmiah secara umum telah dibahas pada bagian terdahulu. Oleh sebab itu, pada bagian ini pembahasan yang terkait dengan karya ilmiah hanya akan dikhususkan pada karya ilmiah jenis kajian pustaka yang terbentuk yang berbentuk makalah sedangkan hal-hal yang terkait dengan tahap-tahap penulisan karya ilmiah akan dibahas secara rinci.
1.2.        Rumusan Masalah
Dalam perkuliahan saat ini banyak sekali dijumpai Mata Kuliah yang mengharuskan untuk membuat makalah. Diharapkan melalui pembuatan makalah ini pembaca bias memahami tahap-tahap menulis makalah yang baik dan benar. Permasalahannya diantaranya sebagai berikut
1.     Apa pengertian menulis dan makalah?
2.     Apa saja tahap-tahap dalam menulis?
3.     Bagaimana pembuatan makalah yang baik dan benar itu?
4.     Apa yang dimaksud dengan  rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan dan resensi?
5.     Bagaimana tata cara merangkum dan meringkas dengan baik, serta membuat resensi?

1.3.        Tujuan
1.     Untuk dapat mengetahui tahap-tahap penulisan
2.     Untuk dapat memahami pembuatan makalah dengan baik dan benar
3.     Untuk dapat memahami pengertian dan cara dari rangkuman/ringkasan dan resensi

1.4.        Manfaat
1.     Menulis dapat membuat kita lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita
2.     Dalam makalah ini kita dapat lebih memahami kaidah sistematis pembuatan makalah sehingga berguna untuk pembelajaran dewasa ini.
3.     Dapat memahami pengertian dan cara merangkum dan meresensi yang baik.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.        Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari siswa. Keterampilan ini tidak selalu mudah dilakukan. Diperlukan proses belajar dan latihan untuk mengasah bakat dan keterampilan menulis yang sudah ada. Dengan berdasar pada betapa pentingnya keterampilan menulis ini, para ahli banyak yang mencoba mendefinisikan keterampilan atau kegiatan menulis ini sesuai dengan pandapatnya masing-masing.
Menurut Djuharie,menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ebo (2005:1), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.  Mengenai pengertian menulis, Pranoto (2004: 9) berpendapat, bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung. 
2.2.        Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah dalam bidang tertentu yang pembahasannya berdasarkan data empiris dan objektif di lapangan, yang penyajiannya mengikuti proses berpikir deduktif atau induktif.




2.3.        Tahap-Tahap Menulis
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menulis pada umunya, dan menulis karya ilmiah pada khususnya. Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut :
-            Tahap Persiapan
-            Tahap Pengumpulan Bahan
-            Tahap Pengolahan Bahan
-            Tahap Penyutingan
-            Tahap Penyajian
 1. Tahap Persiapan
Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan, perlu adanya persiapan yang baik, begitu pula pada kegiatan menulis, khususnya menulis karya ilmiah. . Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan, antara lain adalah a) menentukan pokok bahasan, b) menentukan judul, dan c) membuat kerangka tulisan.
a)      Menetukan Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dimaksud dalam hal ini adalah tema. Tema perlu ditentukan terlebih dahulu agar pembahasan yang dilakukan dapat mengarah pada masalah utama. Sehubungan dengan penetuan tema itu, penulis hendaknya mempertimbangkan factor:
 a) ketersedian waktu,
 b) kesanggupan untuk mengumpulkan bahan dan untuk membahasnya,
 c) ketertarikan pembaca dan penulis terhadap tema,
 d) kemutakhiran tema, dan e) kebermanfaatan pembahasan terhadap tema yang dipilih.


b)      Menentukan Judul
Jika tema sudah diperoleh tahap berikutnya adalah menetukan judul. Dalam penentuan judul ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain, a) judul hendaknya orisinil, b) judul haruslah sesuai dengan tema, c) judul dapat mencerminkan isi karya ilmiah, d) judul sedapat mungkin singkat dan menarik.
c)      Merumuskan Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan merupakan rumusan tentang butir-butir utama yang akan ditulis dalam karya ilmiah. Butir-butir utama itu hendaknya disusun secara sistematis agar dapat memberi manfaat bagi penyusun laporan selanjutnya. Manfaat kerangka tulisan itu adalah a) dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja, b) dapat membuat laporan menjadi sistematis, dan c) dapat digunakan sebagai alat penyimpan gagasan.
 2. Tahap Pengumpulan Bahan
Pada tahap ini semua bahan yang diperlukan dikumpulkan untuk diolah dan disusun lebih lanjut. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari studi pustaka, pengamatan, kuesioner, dan wawancara. Studi pustaka merupakan suatu studi yang dilakukan terhadap sumber-sumber tertulis. Pengamatan merupakan suatu kegiatan mengamati objek yang dapat dilakukan secara langsung dilapangan atau dilakukan secara tidak langsung melalui media-media tertentu. Kuesioner merupakan suatu alat berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden untuk menjaring data. Sementara itu, wawancara merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada orang yang memiliki autoritas.

3. Tahap Pengolahan Bahan
Setelah bahan-bahan yang terkumpul memadai, pada tahap ini bahan-bahan itu diolah dengan cara mengklasifikasinnya ke dalam kelompok-kelompok tertentu, kemudian dianalisis untuk disusun lebih lanjut.

4. Tahap Penyutingan/Revisi
Pada tahap ini konsep karya ilmiah yang telah disusun  diperiksa kembali untuk melihat kekurangan-kekurangannya. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada, akan dilakukan perbaikan, baik berupa penambahan, pengurangan atau pengubahan.
5.Tahap Penyajian
 Pada tahap ini tulisan yang sudah disunting selanjutnya ditulis secra baik dan tepat. Penyajian karya ilmiah dalam bentuk tulisan ini dapat pula dilanjutkan dengan penyajian secara lisan pada suatu kesempatan.








2.4.         Rangkuman dan Ringkasan
1. Pengertian Ringkasan dan Rangkuman (ikhtisar)
Ringkasan memiliki banyak pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang berarti memotong atau memangkas) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat.Sedangkan menurut Asmi (2004), Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.
Ringkasan berasal dari bentuk dasar “ringkas” yang berarti singkat, pendek dari bentuk yang panjang. Hal ini dipakai untuk mengatakan suatu bentuk karangan panjang yang dihadirkan dalam jumlah singkat. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek dari tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada di dalam tulisan aslinya yang panjang itu.
 Rangkuman (ikhtisar) merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman (ikhtisar) dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum  suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkuman (ikhtisar) -nya (Djuharni, 2001). Rangkuman (ikhtisar) dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja.
Seorang yang membuat rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan menulis dengan menggunakan kata yang dibuatnya sendiri. Jadi, ia tidak boleh memulai ringkasannya dengan kalimat seperti: “Dalam alinea/Dalam karangan ini pengarang berkata . . .” dsb. Ia harus langsung saja memulainya dengan meringkas kalimat-kalimat, alinea-alinea, bagian-bagian dan seterusnya.

2. Tujuan Membuat Ringkasan dan Rangkuman (ikhtisar)
Ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) dibuat untuk memendekkan sebuah karangan yang panjang. Seseorang yang akan membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) harus memilah-milah mana gagasan utama dan gagasan tambahan. Karena tujuan ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) adalah memahami dan mengetahui isi dari sebuah buku, sehingga diperlukan latihan-latihan untuk membimbing seseorang agar dapat membaca karangan dengan cepat. Jadi salah satu tujuan dari membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) yaitu untuk membantu seseorang agar bisa membaca sebuah buku dalam waktu singkat dan menghemat waktu.
Seorang penulis ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) tidak akan membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) yang baik bila ia kurang teliti dalam membaca dan tidak dapat membeda-bedakan gagasan utama dan gagasan tambahan. Kemampuan dalam membedakan tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya untuk mengasah kemampuan dalam gaya bahasa, dan menghindari pemakaian uraian panjang lebar yang mungkin masuk di dalam karangan tersebut.
 3. Cara Membuat Ringkasan  dan rangkuman (ikhtisar)
            Bagi mereka yang sudah terbiasa dalam membuat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar), biasanya tahu cara membuat ringkasan  dan rangkuman (ikhtisar) yang baik. Tetapi disamping itu perlu untuk memberikan beberapa patokan sebagai pegangan, khususnya bagi mereka yang belum pernah melakukan itu atau baru untuk memulainya. Setelah terbiasa, mungkin beberapa patokan itu juga tidak akan diperlukan lagi.
Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman (ikhtisar) adalah penggunaan bahasa yang digunakan di dalam rangkuman (ikhtisar). Bahasa rangkuman (ikhtisar) harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi, bahasa rangkuman (ikhtisar) yang dibuat bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang dalam setiap paragraf atau bacaan. Dengan demikian, jika akan merangkum uraian pengarang dari suatu paragraf, penulis terlebih dahulu perlu menemukan ide pokok yang terdapat di dalam paragraf tersebut, kemudian diungkap ulang dengan menggunakan bahasa yang berbeda dan singkat. Agar hasil rangkuman (ikhtisar) itu tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan diabaikan.
            Beberapa pegangan yang digunakan untuk membuat ringkasan  dan rangkuman (ikhtisar) yang baik dan benar antara lain :
1.      Membaca Naskah Asli
Langkah awal yang harus dilakukan adalah seorang penulis ringkasan  dan rangkuman (ikhtisar) harus membaca naskah asli satu atau dua kali, bahkan dapat diulang beberapa kali hingga diketahui kesan umum secara menyeluruh mengenai isi dari naskah tersebut. Penulis juga perlu mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.
Agar dapat membantu penulis mencapai itu semua, maka judul dan daftar isi dapat menjadi acuan dalam karangan itu. Perincian daftar isi memiliki hubungan erat dengan judul sebuah karangan. Dan juga, alinea-alinea dalam karangan menunjang pokok-pokok yang terkandung dalam daftar isi. Maka dari itu, penulis sebaiknya memahami dengan baik daftar isi dari sebuah karangan sehingga lebih mudah untuk mendapatkan kesan umum, maksud asli pengarang serta sudut pandang pengarang yang terdapat dalam karangan.
2.      Mencatat Gagasan Utama
Jika penulis sudah mengetahui kesan umum, maksud asli serta sudut pandang pengarang, maka sekarang ia harus memperdalam dan mempertegas semua hal itu. Hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah memahami kembali karangan bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat gagasan-gagasan penting yang tersirat dalam bagian atau alinea itu.
Tujuan dari pencatatan itu ada dua, yang pertama untuk tujuan pengamatan agar memudahkan  penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan itu menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya. Yang terpenting tujuan dari pencatatan ini adalah agar tanpa adanya ikatan teks asli penulis mulai menulis kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dan  rangkuman (ikhtisar) dengan menggunakan pokok-pokok yang telah dicatat.
Sama halnya langkah pertama yang menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan, maka dalam pencatatan gagasan ini judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea yang harus dijadikan sasaran pencatatan, bahkan kalau perlu catat juga gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensil untuk memperjelas gagasan utama tadi. Karena sifatnya hanya sebagai ilustrasi atau deskripsi untuk mejelaskan gagasan utama yang ada dalam alinea pertama maka perlu diperhatikan bahwa ada alinea yang dapat dihilangkan atau dihilangkan. Itu semua terjadi karena ada sebuah alinea kedudukannya lebih penting daripada alinea yang mendahuluinya. Dalam hal ini gagasan utama yang diambil dari rangkaian alinea terdapat dalam alinea utama, sedangkan alinea-alinea tambahan lainnya bisa diabaikan atau dirangkai menjadi satu kalimat.
3.      Mengadakan Reproduksi
Dengan menggunakan kesan umum pada langkah pertama diatas dan catatan-catatan yang diperoleh dari langkah kedua diatas, maka seorang penulis sudah siap untuk memulai membuat rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan yang dimaksud. Dalam ringkasan urutan isi disesuaikan dengan urutan naskah asli dan harus menggunakan bahasa penulis karangan dan harus diurut. Sedangkan dalam rangkuman (ikhtisar) diperbolehkan untuk menggunakan bahasa sendiri, tetapi kalimat tersebut masih berhubungan dengan gagasan-gagasan pokok dalam karangan asli.
Apabila terdapat gagasan-gagasan di antara gagasan-gagasan yang telah dicatat masih terdapat gagasan yang kabur, maka penulis dapat melihat kembali isi naskah yang asli. Tetapi dalam membuat rangkuman (ikhtisar) sebaiknya kita tidak mempergunakan teks aslinya agar kita tidak tertarik memakai kalimat penulis dari naskah yang asli. Sebab kalimat dalam naskah asli hanya boleh digunakan apabila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4.      Ketentuan Tambahan
Dengan membuat reproduksi, belum tentu pengarang sudah mengerjakan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya. Adapun bebrapa hal yang perlu diperhatikan agar rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan dapat ditulis dengan baik, diantaranya:
a)         Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) mempergunakan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat majemuk menunjukkan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat paralel. Bila ada kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin dijadikan kalimat tunggal.
b)         Ringkaslah kalimat menjadi frase dan frase menjadi kata. Begitu pula jika rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja. Tidak berarti cara kerja ringkasan hanya merupakan rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan kalimat-kalimat saja.
c)         Besarnya rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting. Semua alinea semacam itu yang akan dipertahankan karena dianggap penting, harus pula dipersingkat  atau digeneralisasi.
d)        Jika memungkinkan buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
e)         Pertahankan semua gagasan asli dan urutan naskahnya. Tetapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan dan rangkuman (ikhtisar) yang dibuat oleh penulis. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran penulis yang dimasukkan kedalam ringkasan dan  rangkuman (ikhtisar).















BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai dengan baik oleh setiap orang, terutama bagi sivitas akademik.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menulis pada umunya, dan menulis karya ilmiah pada khususnya. Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut :
1.     Tahap Persiapan
2.     Tahap Pengumpulan Bahan
3.     Tahap Pengolahan Bahan
4.     Tahap Penyutingan
5.     Tahap Penyajian
Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topic tertentu yang ditulis secara sistematis dengan disertai analisis yang logis dan objektif suatu masalah
Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.
Rangkuman (ikhtisar) merupakan penulisan pokok masalah yang penulisnya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema sebuah wacana.
Resensi adalah karangan yang berisi komentar ataupun bahasan terhadap kualitas, kelebihan dan kelemahan dari suatu buku. Unsur-unsur resensi meliputi: Identitas buku (judul buku; nama pengarang; nama penerbit; tahun terbit ; tebal buku); pokok-pokok isi buku; keunggulanisi buku; kekurangan isi buku; saran-saran yang mungkin ditambahkan pada isi buku; serta penilaian terhadap buku.
3.2.      Saran
            Adapun saran yang dapat disampaikan adalah
•           Sebagai seorang mahasiswa kita harus memahami betul pengertian dari menulis dan makalah agar dalam penyusunan makalah dan tahap menulis sesuai dengan kaidahnya dan sistematis.
•           Sebagai seorang mahasiswa kita harus mengetahui dan memahami sistematika dari penyusunan makalah agar dapat menyusun makalah yang sistematik












DAFTAR PUSTAKA

Mada. (http://mpkd.ugm.ac.id/weblama/homepageadj/support/materi/metlit-i/a05-metlit-tinjauan-pustaka.pdf ) (Diakses 08Oktober 2016)
http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/07/terampil-menulis.html
http://pelitaku.sabda.org/cara_membuat_ringkasan.
M. Yusuf, S. Pd.,M.Pd,dkk. 2013. Modul Kuliah Bahasa Indonesia. Palembang : Polsr

Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Akademika Pressindo:Jakarta.
Djunaedi, Achmad.2000. Penulisan Tinjauan Pustaka. Yogyakarta:Universitas Gajah i

Pengertian Karangan Fiksi dan Non Fiksi Ciri, Jenis dan Contohnya

Materi Karangan Fiksi dan Non Fiksi-BI 4-Kelas 6

Belajar Karangan Fiksi dan Non-Fiksi



A.  Karangan Fiksi

    1.     Pengertian Karangan Fiksi

Istilah fiksi dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris fiction yang berarti cabang seni sastra yang berupa ceritera-ceritera imajinatif, berbentuk prosa.[1] Termasuk di dalamnya cerpen, novel, dan cerita-cerita yang diciptakan. Kata fiction dalam bahasa Inggris sebenarnya diserap dari bahasa Latin fingere yang berarti membuat, membentuk. Oleh karena itu fiksi disebut juga sebagai buatan atau cerita rekaan. Karangan fiksi menyajikan cerita buatan pengarangnya. Dalam membuat atau menyusun cerita itu pengarang menggunakan imajinasinya.

Oleh karena itu karangan fiksi disebut juga cerita imajinatif. Kata imajinatif ini menyarankan pengertian bahwa apa yang dikemukakan dalam karangan fiksi semata-mata adalah apa yang ada dalam angan-angan pengarangnya. Pengertian imajinatif yang demikian ini dipertentangkan dengan kenyataan yang sebenarnya, yaitu kenyataan yang benar-benar terjadi. Misalnya peristiwa-peristiwa yang disajikan wartawan dalam surat kabar, kejadian-kejadian yang ditulis dalam buku sejarah, fakta-fakta yang ditulis dalam laporan serta unsur-unsur dalam laporan penelitian dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan fiksi adalah karangan berbentuk prosa, berupa cerita rekaan, bersifat imajinatif. Untuk memahami lebih mendalam pengertian fiksi serta unsur-unsurnya, bacalah cerita pendek berikut ini.

Albasri dan Gadis Kecil

“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”

“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut panggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapin engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?”

    2.     Ciri-Ciri Karangan Fiksi

Adapun ciri-ciri karangan fiksi adalah:[2]

a.    Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.

b.    Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan objektif.

c.    Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkankebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.

d.   Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi dan membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.

e.    Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.

    3.     Jenis-Jenis Karangan Fiksi

Suherli, Sumadiputra, dan Sofidar menyatakan bahwa cerita fiksi dibedakan menjadi:[3]

                 a.       Novel ialah cerita yang melukiskan pengalaman manusia yang isinya lebih singkat atau pendek dan belum ada penyelesaian yang sempurna. Contoh: Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat Cinta.

                b.       Cerpen ialah karangan yang menguraikan suatu peristiwa atau melukiskan sesuatu kejadian dalam sepintas kilas, sehingga penyelesaiannya belum ada. Contoh: Hujan Kepagian

                 c.       Roman ialah cerita tentang percintaan. Contoh: Si Jamin karya Aman Datuk Majdoindo.

                d.      Dongeng merupakan percakapan yang dituturkan atau diceritakan kembali dari mulut ke mulut. Ceritanya buatan semata-mata, khayal, lucu, dan ajaib. Isi dongeng tersebut bermacam-macam,yaitu

1)   Dongeng yang lucu. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas.

2)        Fabel adalah dongeng yang menceritakan tentang binatang-binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Contoh: Sang Kancil, Kalilah dan Damirah, Peladuk Jenaka.

3)        Legenda adalah dongeng khayal yang semata-mata dihubungkan dengan asal-usul suatu tempat atau daerah, gunung, kota, dan sebagainya. Contoh: Asal Mula Banyuwangi, Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Gunung Sebelah Barat Barabai di Kalimantan.

4)        Mite adalah dongeng tentang kepercayaan masyarakat. Contoh: Kyai Ageng Selo adalah seorang penguasa petir, Nyi Roro Kidul adalah ratu lain Indonesia, Dewi Sri adalah ratu padi.

5)        Sage adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau mengandung unsur-unsur sejarah. Contoh: Hang Tuah, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Damar Wulan.

                 e.  Hikayat adalah cerita khayal tentang kehidupan raja-raja. Contoh :Hikayat Langlang Buana, Hang Tuah, Si miskin, Indra Bangsawan.

                 f.   Silsilah atau sejarah adalah cerita tentang asal-usul raja dan kaum bangsawan serta kejadian-kejadian penting dalam istana. Contoh : Sejarah Melayu, Silsilah Bugis, Tambo Bangkahulu.

    4.     Tahapan Menulis Karangan Fiksi

Proses dalam menulis karangan fiksi, sebagaimana proses menulis jenis-jenis karangan yang lain, melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:[4]

            a.  Tahapan Pramenulis

Tahapan ini meliputi sejumlah kegiatan, yakni:

1)   Memilih topik;

2)   Menentukan tujuan menulis;

3)   Mengidenfikasikan pikiran-pikiran berkaitan dengan topik serta menrencanakan pengorganisasiannya;

4)   Mengidenfikasikan siapa pembaca karangan yang akan disusun; dan

5)   Memilih bentuk karangan berdasarkan pembaca yang dituju dan tujuan penulisan.

           b.  Tahapan Penulisan Draft

Dalam tahapan ino penulis menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya ke dalam tulisan begitu saja kedalam draft kasar. Dalam menggunakan gagasan, pikiran, informasi, data, dan organisasi penulisan sebagaimana yang telah direncanakan dalam tahapan pramenulis. Tentu saja dala menulis itu pengarang senantiasa memperhatikan tujuan penulisan serta kondisi pembaca tulisan yang disusunnya.

            c.  Tahapan Revisi

Dalam tahapan ini penulis merevisi draft yang telah disusunnya. Revisi dilakukan dengan:

1)   Menambah informasi,

2)   Mempertajam perumusan,

3)   Merubah urutan pikiran,

4)   Membuang informasi yang tidak relavan,

5)   Menggabungkan pikiran, dan sebagainya.

 

           d.  Tahapan Editing

Dalam tahapan ini penulisan mengedit tulisannya dengan jalan:

1)   Membaca seluruh tulisan,

2)   Memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat,

3)   Memperbaiki salah ketik,

4)   Memperbaiki teknik penomoran,

5)   Memperbaiki ejaan dan tanda baca.

            e.  Tahapan Publikasi

Dalam tahapan ini penulis mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya, mengirimkannya kepada penerbit, memgirimkannya kepada redaksi majalah, dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan dalam tahapan-tahapan proses menulis di atas tidak terjadi dalam prosedur yang kaku, kegiatan itu yang dikerjakan. Hasil-hasil yang dikerjakan dalam tahapan sebelumnya bisa saja diubah atau disesuaikan dalam tahapan tahapan berikutnya. Kegiatan tahapan-tahapan itu bisa saja saling mengait dan dikerjakan bersama-sama. Misalnya dalam tahapan penulisan draft, dikerjakan pula kegiatan revisi, bahkan juga kegiatan editing.

Di samping proses menulis yang bersifat umum sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam mengarang fiksi penulis perlu memperhatikan karakteristik cerita fiksi. Antara lain, cerita fiksi mempunyai struktur yang di dalamnya ada sejumlah unsur (tokoh, alur, latar, tema dan titik pandang). Untuk memandu penulisan, di samping memperhatikan tahapan-tahapan dalam proses menulis sebagaimana dikemukakan di atas, dalam menulis karangan fiksi pengarang dapat berpegang pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1)   Apakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu ?

2)   Siapakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu ?

3)   Dimanakah peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam fiksi itu terjadi ?

4)   Kapankah peristiwa itu terjadi ?

5)   Bagaimanakah suasana kejadian-kejadian dalam peristiwa yang disajikan dalam fiksi itu ?

6)   Bagaimanakah jalan ceritanya?

7)   Apakah pikiran utama yang akan menjadi dasar dibangunnya seluruh cerita dalam fiksi yang akan disusunnya itu ?

8)   Bagaimanakah teknik penceritaan yang akan digunkan dalam mengisahkan kejadian-kejadian dalam berbagai peristiwa dalam fiksi yang akan disusunnya itu ?

B.  Karangan Nonfiksi

1.    Pengertian Karangan Nonfiksi

Karangan nonfiksi pada dasarnya adalah semua jenis karangan yang menyajikan informasi, gagasan, ide keinginan, yang dikemukakan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris.[5] Dalam karangan nonfiksi ini pengarang menyajikan isi karangannya tidak dengan imajinasinya, melainkan dengan kemampuan bernalarnya.

Perbedaan utama antara karangan fiksi dan nonfiksi adalah pada hakikat realitas yang disajikan oleh pengarang. Dalam karangan fiksi, realitas yang disajikan pengarang adalah realitas imajiner, dalam arti bahwa realitas itu berada dalam rekaan pengarangnya. Sedangkan realitas yang disajikan dalam karangan nonfiksi adalah realitas yang aktual, yaitu yang benar-benar terjadi secara nalar.

2.    Ciri-ciri Karangan Nonfiksi

Karangan nonfiksi memiliki ciri sebagai berikut:[6]

a.    Memiliki ide yang ditulis secara jelas dan logis serta sistematis,

b.    Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta,

c.    Menyajikan temuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada,

d.   Motivasi, rancangan dan pelaksanaan penelitian yang tertuang jelas,

e.    Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual dari data yang diketengahkan dalam tulisannya. Untuk karya nonfiksi diharuskan menggunakan kata baku sesuai dengan kamus umum Bahasa Indonesia. Karya nonfiksi harus memakai bahasa berciri tepat, singkat, jelas, resmi dan teratur agar efektif.

3.    Jenis-Jenis Karangan Nonfiksi

Macam-macam karangan nonfiksi, yaitu:[7]

a.    Surat

Surat terbagi menjadi dua yaitu, surat pribadi dan surat dinas.

b.    Iklan

Iklan adalah pengumuman dari pembuat barang dengan tujuan memberitahukan produksi kepada konsumen. Ada beberapa macam iklan antara lain: iklan keluarga, iklan pengumuman, iklan tenaga kerja, iklan jual beli, dan iklan propaganda.

c.    Pengumuman

Pengumuman adalah pemberitahuan yang harus diketahui orang banyak. Tujuannya agar orang banyak mengetahui perihal yang diumumkan.

d.   Surat pembaca

Surat pembaca adalah surat yang dibuat oleh pembaca yang ditujukan kepada redaksi.

e.    Surat permohonan

Surat permohonan adalah surat yang berisi permintaan  atau permohonan baik kepada perorangan atau kelompok.

f.     Pidato

Pidato dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan membaca naskah pidato, menggunakan garis besar atau tanpa naskah. Ada beberapa langkah untuk menyusun naskah pidato, yaitu:

1)   Menetukan maksud dan tujuan pidato,

2)   Menentukan pokok permasalahan,

3)   Menyusun naskah pidato

 



 

 

 

g.    Laporan

Laporan adalah suatu dokumen yang memuat informasi tertentu yang telah dikumpulkan dan disusun.

h.    Wacana

Karangan nonfiksi dapat disajikan dalam beberapa jenis wacana, yaitu rangkaian kalimat yang saling berhubungan baik bentuk maupun isinya, berisi informasi yang utuh. Macam-macam wacana karangan nonfiksi yaitu:

1)   Karangan Narasi

Karangan narasi ialah yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamya terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat utama. 

Ciri-ciri karangan Narasi yaitu :

a)    Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa.

b)   Disajikan dalam waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir

c)    Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian.

d)   Latar (setting)

Contoh karangan narasi berikut ini.

Hari Pertama Masuk Kuliah

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket merah yang kupakai untuk mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.

Bau khas jalan aspal yang baru saja dibasahi hujan menyambutku ketika aku mulai berjalan berangkat ke kampus. Hari ini adalah hari pertamaku masuk perkuliahan setelah satu minggu acara ospek berakhir sabtu sore. Ada yang berdegup keras di dalam dada yang membangkitkan semangat,tekad untuk menjadi seorang Enterpreuner yang sukses.

Jalan raya mulai dipadati oleh mahasiswa berseragam hitam putih yang bersemangat menyambut hidup baru, menempuh masa depan. Hari pertama, dimulai dengan perkenalan bersama teman-teman baru dan hanya ada satu mata kuliah di hari itu karena hari itu hanya digunakan sebagai pengenalan wilayah kampus.

2)   Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Obkek uyang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian, dan sebagainya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, dan situasi suatu objek. Karangan nonfiksi dengan cara deskripsi menjadikan pembaca aktif mengalami proses mental untuk mengalami apa yang dituliskan oleh pengarang.

Agar dapat mendekripsikan sesuatu dengan baik, kita perlu menguasai cara-cara menulis wacana deskripsi berikut ini.

a)    Mengamati objek yang akan ditulis

Bahan-bahan untuk mendeskripsikan suatu objek dengan baik melalui observasi atau pengamatan. Pertanyaan-pertanyaan berrikut ini dapat membantu mengumpulkan informasi untuk bahan mendeskripsikan sesuatu objek.

               i.          Bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang akan kita deskripsikan sesuatu (bentuk, ukuran, bahan, warna, rasa, bau, dan sebagainya) ?

             ii.   Adakah persamaan objek itu dengan objek yang lain ?

           iii.    Bagaimankah perbedaan antara objek yang akn kita deskripsikan itu dengan objek lain ?

b)   Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi

Data dan informasi yang telah kita catat dari pengamatan perlu diseleksi dan disusun dengan cara-cara sebagai berikut:

               i.          Memilih data dan informasi yang memberi kesan yang kuat.

             ii.          Menyajikan informasi tentang objek yang kita deskripsikan dengan kerangka deskripsi sesuai dengan objek yang kita deskripsikan yaitu deskripsi dengan kerangka tempat, deskripsi dengan kerangka waktu, dan deskripsi dengan kerangka urutan bagian-bagian.

Contoh karangan deskripsi berikut ini.

Apotik

Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di farmasi dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku.

Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun alfabetis. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO.

Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. Buku ini adalah buku pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu. Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja kasir.

3)   Karangan Ekposisi

Karangan nonfiksi dengan wacana eksposisi (sering disebut juga denga ekspositori) menyajikan tulisan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi, menjelaskan sesuatu, atau mengajarkan sesuatu. Setelah seseorang membaca karangan yang ditulis dengan wacana eksposisi ini diharapkan dia akan bisa mengetahui, mengerti, atau dapat melakukan sesuatu sesuai dengan isi wacana.

Agar dapat menulis dengan wacana eksposisi dengan baik, kita perlu memahami dan menguasai teknik menulis wacana eksposisi. Ada enam macam hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a)    Panjang karangan yang akan disusun.

b)   Tujuan penulisan.

c)    Kesempatan kita untuk menulis.

d)   Pengetahuan dan pengalaman kita berkaitan dengan maslah yang akan kita tulis.

e)    Hal yang paling utama tentang masalah yang akan kita sajikan kepada pembaca.

 

Contoh karangan eksposisi berikut ini.

Rasa Takut

Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut ? Bagaimana cara mengatasinya ? Rasa Takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut.

Pertama, persiapkan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan mempersiapkan diri saat menghadapi situasi atau suasana tertentu Anda akan merasa siap bahkan merasa bahwa Anda telah melewati situasi dan suasana tersebut.

Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut. Anda harus mempelajari baik-baik situasi apa yang sedang Anda hadapi baik ditempat sepi maupun dikeramaian. Karena Anda akan merasa siap dengan segala suasana dan situasi yang telah Anda pelajari.

Ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri.kepercaya dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi rasa takut. Dengan percaya diri Anda merasa bahwa Anda mampu melewati situasi dan suasana yang akan Anda lalui tanpa terhalang oleh rasa takut.

Keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda. Keyakinan Anda dalam mengadapi rasa takut harus dipertebal agar Anda mapu dan yakin bahwa rasa takut iu akan hilang dengan kepercayaan diri yang kuat dan keyakinan yang tinggi

Kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh-sungguh. Anda juga haarus memiliki keahlian dan kecakapan dalam suatu bidang, agar rasa percaya diri Anda kuat dan menghilangkan rasa takut yang melanda Anda.

4)   Karangan Argumentasi

Karangan nonfiksi dengan wacana argumentasi menyajikan tulisan yang dimaksudkan untuk mempersuasi (mampengaruhi, mendorong) pembaca untuk mengambil suatu sikap tertentu atau agar pembaca melakukan tindakan tertentu. Dengan wacana argumentasi ini penulis bermaksud untuk:

a)    Mendorong pembaca untuk mengemukakan sikapnya;

b)   Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya yang sekarang;

c)    Mempengaruhi pembaca untuk meninggalkan sikapnya yang sekarang;

d)   Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya yang sekarang dan kemudian mengganti sikap yang lain;

e)    Mempengaruhi agar pembaca melakukan suatu tindakan tertentu;

f)    Menyokong pembaca agar tetap bertindak seperti sekarang.

Agar dapat menulis nonfiksi dalam wacana argumentasi dengan baik kita perlu mengetahui dan menguasai teknik-teknik penulisan wacana argumentasi. Tulisan argumentasi harus didukung dengan bukti-bukti (proof) yang menyakinkan. Bukti-bukti itu bisa ditemukan dalam berbagai bentuk sebagai berikut:

               i.          Definisi

             ii.          Perbandingan

           iii.          Hubungan

           iv.          Kesaksian

Perhatikanlah wacana argumentasi berikut ini.

Kesuburan Tanah

Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.

Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanaman bagi para petani. Tidak hanya baik bagi kesuburan tanah tapi juga akan memperbaiki kualitas dari tanaman sehingga akan mampu menghasilkan nilai rupiah yang baik bagi petani.

 

5)   Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah adalah karangan yang mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu kepada orang lain uyntuk berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan pengarang.

Contoh karangan persuasi :

Sistem Pendidikan Indonesia

Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong.

Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis.

Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak hanya dari pemerintah sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih penting adalah kesadaran dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional

 

Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...