02 Februari 2023

Laporan Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif di Sekolah


LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4

EKA RAHMADY HARDIANTO. CGP ANGKATAN 7. KAB.SERUYAN

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Fasiliatator : Yogyantoro

Pendamping : Kristomos Ebenezer Silalahi

JUDUL AKSI NYATA

“ Diseminasi Pemahaman dan Pengalaman Penerapan Budaya Positif

A. LATAR BELAKANG

Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia. Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar peserta didik mampu berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri, dan bertanggungjawab.

Kesadaran akan penerapan disiplin diri siswa belum berdasarkan motivasi internal, posisi kontrol gurupun belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat siswa merasa bersalah Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi internal. Siswa yang memiliki disiplin diri berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Langkah Langkah yang bisa Kita lakukan untuk membiasakan budaya positif adalah dengan,mendiskusikan keyakinan sekolah dan keyakinan kelas serta menerapkan proses segitiga restitusi. Dengan mengikuti langkan Langkah restitusi guru bisa membimbing siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, meyadari kesalahan dan mencari sendiri solusi yang nyaman

B. TUJUAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:

Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif. Terbentuknya karakter disiplin yang kuat. Menumbuhkan dan membiasakan budaya positif dengan keyakinan Kelas Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui penerapan restitusi dan posisi control sebagai manajer

C. TOLAK UKUR

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :

Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Keyakinan kelas ini dibentuk dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas. Konsistensi peserta didik dan walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas. Teraplikasikannya proses segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi kontrol sebagai manajer

D. LINIMASA YANG DILAKUKAN

1. Membuat perencanaan aksi nyata dengan mengkomunikasikannya kepada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, serta seluruh dewan guru yang terlibat.

2. Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada wali kelas dan rekan sejawat.

3. Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas.

4. Mendokumentasikan Setiap Kegiatan.

5. Melakukan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

6. Melakukan Layanan Restitusi..

7. Penerapan Disiplin Positif.

8. Mengevaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.

9. Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk artikel yang dimuat di PMM, Youtube, Portofolio Guru, dan Blog Pribad.

E .HASIL AKSI NYATA.

Pelaksanaan aksi nyata ini mendapatkan hasil yang sangat baik, dan sangat bermanfaat terutama bagi CGP sendiri dan rekan guru. Terlihat Rekan guru sangat antusias mengikuti sosialisasi yang menurut mereka sangat relevan dengan tugas sebagai seorang pendidik terutamam setelah di gaungkannya merdeka belajar oleh Bapak Menteri Pendidikan.

Begitu juga halnya Dengan terbentuknya keyakinan kelas, siswa merasa bertanggung jawab untuk menjalankan keyakinan kelas tersebut, sehingga terciptanya budaya positif

F. KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN.

Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya tidak terlepas dari kata keberhasilan dan kegagalan. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada aksi nyata modul “ Budaya Positif”, keberhasilan yang diperoleh yaitu terbentuknya keyakinan kelas, Segi tiga restitusitelah dilakukan pada beberapa kasus dan sosialisasi pada rekan sejawat telah dilakukan.

Sedangkan kegagalan yang terjadi selama pelaksanaan aksi nyata ini adalah masih belum bisa diterapkannya restituusi pada sebagain siswa, karena CGP sendiri mengajara pada beberapa kelas yang jumlah siswanya banyak. Kegagalan yang kedua, masih adanya siswa yang belum pahan akan pelaksanaan keyakina kelas sepenuhnya,Sedangkan kegiatan sosialisasi tidak bisa dilakukan kepada seluruh rekan guru dikarenakan banyaknya rekan guru yang memiliki kesibukan yang berbeda.

G. RENCANA PERBAIKAN

Rencana perbaikan dan pengembangan di masa yang akan datang yaitu dengan melaksanakan kegiatan perbaikan dan solusi untuk meminimalisir kekurangan tersebut diantaranya adalah berusaha semaksimal mungkin agar semua kelas dapat membentuk keyakinan kelas sehingga budaya positif bisa tercipta.

 DOKUMENTASI KEGIATAN 











Dokumentasi Desiminansi Aksi Nyata

Dokumentasi Aksi Nyata Penerapan Segitiga Restitusi


Dibawah Ini Dokumentasi Pembentukan Keyakinan Kelas






Kami Memohon kesediaan bapak/ibu untuk memberikan Umpan Balik, Terhadap Aksi yang telah kami lakukan. Semoga sebagai bahan motivasi dan refleksi kami untuk belajar lebih baik lagi kedepannya.

Terima kasih. 


Portofolio Guru 

https://sites.google.com/guru.sd.belajar.id/eka-rahmady-hardianto-s-pd/beranda








01 Februari 2023

Pengertian 3 sisi dari Segitiga Restitusi.

 


3 sisi dari Segitiga Restitusi.

 Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:

Langkah

Teori Kontrol

 

1

Menstabilkan Identitas
Stabilize the Identity

Kita semua akan melakukan hal terbaik
yang bisa kita lakukan

2

Validasi Tindakan yang Salah
Validate the Misbehaviour

Semua perilaku memiliki alasan

3

Menanyakan Keyakinan
Seek the Belief

Kita semua memiliki motivasi internal

Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi. Langkahlangkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu secara kaku. Banyak guru yang
sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing
bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi

 

1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang
yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang
melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang
sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap
membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita
harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
● Berbuat salah itu tidak apa-apa.
● Tidak ada manusia yang sempurna
● Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
● Kita bisa menyelesaikan ini.
● Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin
mencari solusi dari permasalahan ini.
● Kamu berhak merasa begitu.
● Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Kalau kita mengatakan kalimat-kalimat diatas, akan sangat sulit, bahkan hampir tidak
mungkin, buat anak untuk tetap membangkang. Para guru yang bertugas mengawasi
anak-anak saat mereka bermain di halaman sekolah, menyatakan bahwa bila mereka
mengatakan kalimat tersebut yang mungkin hanya butuh 30 detik, bisa mengubah
situasi yang sulit menjadi kooperatif.
Ketika seseorang merasa sedih dan emosional, mereka tidak bisa mengakses bagian otak
yang berfungsi untuk berpikir rasional, seperti yang Bapak Ibu CGP telah pelajari di
modul 1.2 tentang konsep otak 3-in-1 (Triune). Saat itulah ketika kita harus menstabilkan
identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita
sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses
belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak yang berbuat salah terus berfokus pada
kesalahannya. Ada 3 alasan untuk ini, pertama rasa bersalah menguras energi. Rasa
bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk
mencari penyelesaian masalah. Kedua, ketika kita merasa bersalah, kita mengalami
identitas kegagalan. Dalam kondisi ini, orang akan cenderung untuk menyalahkan orang
lain atau mempertahankan diri, daripada mencari solusi. Ketiga, perasaan bersalah
membuat kita terperangkap pada masa lalu dimana kita sudah tidak bisa berbuat apaapa lagi. Kita hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.

 

Sisi 2: Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior)
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar.
Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan
bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki
maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan
mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang
mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang
terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah
memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar
asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan
memvalidasi kebutuhan mereka.
● “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
● “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
● “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu
yang penting buatmu”.
● “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap
yang baru.”
Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori
kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan
memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada, namun
sebetulnya tujuannya untuk menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik
tindakan murid.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap
yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa
setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran
aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan/power walaupun
seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan kasih sayang
dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang berbuat salah,
dia akan tetap menjadi bagian dari masalah, namun bila kita memahami alasannya
melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.
Para guru yang telah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang
tadinya tidak terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini
menguntungkan bagi murid dan guru karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan
karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.

 

 

Sisi Ketiga: Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika
identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi
(langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya,
dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga.
● Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
● Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
● Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
● Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka
inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya
menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika
mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas
tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap
fokus pada gambaran tersebut.

 

 

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar

 

 Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar

Artikel ini menggambarkan seseorang dengan kegigihan dan semangat perjuangannya untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain. Dengan tekadnya yang kuat, ia terus berusaha untuk mencapai tujuannya tanpa memperdulikan banyaknya rintangan yang menghampiri.

 

Chairil Anwar adalah penyair legendaris yang sering disalah pahami, tidak sedikit orang yang menjulukinya sebagai penyair religius, antara lain karena sajak doa yang memang amat religius. Chairil juga dijuluki sebagai “Si Binatang Jalang” dan dikenal sebagai pelopor Angkatan’45 dan puisi modern Indonesia.

Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang terkenal adalah puisi yang berjudul “Aku”. Puisi ini dibuat oleh Chairil pada bulan Maret 1943.

 

Aku

Oleh: Chairil Anwar

 

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau...

Tak perlu sedu sedan itu…

 

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang…

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang…

Luka dan bisa kubawa berlari

 

Berlari

Hingga hilang pedih peri…

Dan aku akan lebih tidak perduli…

Aku mau hidup seribu tahun lagi…

 

Bisa dikatakan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif secara berbeda dan lebih kontemplatif. Puisi mewakili pikiran dan perasaan penulis yang diungkapkan melalui balutan kuasa bahasa terbentuk struktur fisik dan batin penulis lewat bahasa tertentu.

Menurut Somad (2010: 13) bahwa puisi merupakan media ekspresi penyair dalam menuangkan gagasan atau ide. Lebih dalam lagi, puisi menjadi ungkapan terdalam kegelisahan hati penyair dalam menyikapi suatu peristiwa. Seperti peristiwa yang dialami atau peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya. Dresden (dalam Padi 2013: 21) puisi adalah sebuah dunia dalam kata. Isi yang terkandung dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi.

Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini menceritakan tentang perjuangan seseorang yang mempunyai semangat yang tinggi yang tidak mengenal kata lelah, sakit, walaupun ia terluka. Dengan tekadnya yang kuat, ia terus berusaha untuk mencapai tujuannya tanpa memperdulikan banyaknya rintangan yang menghampiri.

Didalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini terdapat unsur intrinsic yaitu sebagai berikut:

Tema

Puisi ini menggambarkan tentang ketekunan dan kemauan seseorang yang selalu ingin memperjuangkan hak dirinya tanpa merugikan banyak orang, walaupun banyak halangan yang datang menghampiri. Arti dari judul puisi ini menceritakan kisah “Aku” yang sedang menelusuri perjalanan arah hidupnya.

Diksi

Ketetapan dalam memilih kata sering kali menggantikan kata yang digunakan berkali-kali karena merasa kata-katanya belum tepat. Seperti baris kedua “kalau sampai waktuku” dapat berarti kalau aku mati, “tak perlu sedu sedan” artinya taka da gunanya kesedihan itu.

Rasa

Dalam puisi ini terdapat sebuah ekspresi seseorang yang menginginkan kebebasan dari ikatan, penyair tidak ingin meniru atau menampakkan keadaannya, tetapi ia bereaksi dan mempunyai semangat besar dan tekad yang kuat.

Nada

Dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar menggambarkan suasana yang mengandung kewibawaan, dan jelas dalam penyampaian puisi. Karena dalam setiap baris puisi ini ada kata perjuangan, dan suasana yang syahdu dan terlihat sendu.

Suasana

Puisi ini menggambarkan keadaan seseorang yang penuh dengan perjuangan, untuk mencapai sebuah tujuan, tetapi terdapat suasana yang menjadi haru tentang perjalanan hidup yang penuh pengorbanan.

Majas

Terdapat majas hiperbola pada kalimat “aku tetap meradang menerjang”.

Amanat

Amanat yang terdapat pada puisi ini adalah kita sebagai manusia harus kuat, mempunyai tekad, tidak mudah menyerah walaupun banyak halangan harus tetap dihadapi, harus mempunyai semangat untuk maju dan berkarya agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan semangatnya itu akan hidup selamanya.

 

 

Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...