Cerpen "Di Malam Tahun Baru"

Di malam tahun baru
Oleh: Eka Rahmady Hardianto
Tak terasa sebentar lagi akan menyambut tahun baru 2012 dan meninggalkan tahun 2011 tahun yang banyak menyimpan kenangan pahit manisnya isi dunia. Tahun yang sarat akan kejadian-kejadian unik, aneh, bahkan tragis. Sebut saja kejadian tragis yang baru-baru ini terjadi di Kalimantan Timur. Ambruknya jembatan kutai kartanegara (kukar) yang menelan korban sebanyak 20 orang dan kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Sungguh menyayat hati bangsa Indonesia. Dengan datangnya pergantian tahun kali ini semoga saja kejadian serupa tidak akan terjadi lagi.
Dimalam pergantian tahun kali ini, aku, ayah, ibu dan kedua adik laki-laki dan perempuanku. Merayakan detik-detik pergantian tahun 2011 ke tahun 2012 kali ini, mengadakan acara syukuran dengan bakar-bakar daging ayam.
“Yah, api di tungku yang ada depan rumah sudah dinyalakan apa belum?” tanyaku pada ayah.
“Belum, ayah masih sibuk nih, coba kamu nyalakan sana,” jawab ayahku
“Ya, Yah,” sahutku singkat, sambil melangkah keluar rumah menuju tungku pembakaran.
Aku pun segera menghidupkan api di tungku dan beberapa meter di sebelahnya tidak lupa kuhidupkan api unggun yang aku buat sebelumnya.
Darrrrrrrr,,,,,darrrr,,,,darrrr,,,,,, suara kembang api dilangit malam itu begitu indah. Aku iri melihat hal itu, ingin rasa aku ikut menyalakan kembang api namun apa daya, tak punya uang untuk membelinya. Pernah dua hari sebelunya aku menminta uang pada ayahku untuk membeli kembang api tapi apa yang aku dapatkan ayahku bilang tidak ada gunanya, hanya akan menghaburkan uang, yang dilihat hanya sekejab tapi mencari uangnya butuh waktu dan keringat. Mendengar kata-kata ayah seperti itu aku pun mengurungkan niatku untuk membelinya.
“ Eka, ini ayamnya, sudah ibu kasih bumbu,” panggil ibu sambil memberikan semangkok besar yang penuh dengan daging ayam.
“Ya Bu,” ucapku dengan semangat seraya mengambil mangkok dan membawannya ke tungku pembakaan.
Api yang kuyalakan terlihat menari-nari seakan ikut merayakan malam pergantian tahun kali ini. Adikku pun ikut dalam proses pambakaran, dia sangat bersemangat, sampai-sampai dia berjoget-joget mengelilingi api unggun yang kubuat.
“De, bantuin kakak membakar daging ayam ini,?” ucapku padanya.
“Ya kak,? seketika dia berhenti berjoget dan langsung membantuku.
“Jika ingin cepat matang, kita harus membakarnya bersama-sama de,? ucapku padanya kembali.
Panasnya api tidak membuatku patah semangat untuk membakar daging ayam itu. aku merasa hal itu akan menjadi pembelajaran bagiku dan adikku bagaimana pentinnya bekerjasama.
“Sudah masak atau belum daging ayamnya anak-anak,? “ ucap ayahku sambil menepuk kedua bahuku dan adikku.
“Sudah Yah,?” ucapku sambil mengambil daging ayam yang sudah masak di tungku pembakaran.
“Oh begitu, ya sudah, ayah, ibu dan adikmu akan mempersiapkan nasinya untuk nanti kita nikmati bersama?” ucapnya dan langsung saja dia beranjak pergi.
. Nikmat terasa bisa berkumpul bersama keluarga, canda dan tawa menyelimuti ketika menikmati daging ayam bakar walaupun hanya dengan kecap dan saos padas saja.
“Semoga di tahun yang baru ini hujan kerahmatan dari Allah terlimpahkan kepada kita sekeluarga dan juga semoga kita diberi umur yang panjang dan kesehatan agar kita dapat bertawakal terus kepadan-Nya,?” ucap ayahku sebelum makan.
Kami pun segara menikmati ayam bakar tersebut. Aku merasa bahagia melewati tahun baru kali ini bersama keluarga besarku. Hal itu tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.



Kampus PBSI FKIP Unpar 2012

Postingan populer dari blog ini

Metode Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar

"Pemilihan Umum: Pilar Demokrasi dalam Membentuk Masa Depan Bangsa"

Sinopsis naskah Zetan