Pengertian Karangan Fiksi dan Non Fiksi Ciri, Jenis dan Contohnya
Materi Karangan
Fiksi dan Non Fiksi-BI 4-Kelas 6
Belajar Karangan Fiksi dan Non-Fiksi
A. Karangan Fiksi
1. Pengertian
Karangan Fiksi
Istilah fiksi dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa
Inggris fiction yang berarti cabang seni sastra yang
berupa ceritera-ceritera imajinatif, berbentuk prosa.[1] Termasuk di dalamnya cerpen, novel,
dan cerita-cerita yang diciptakan. Kata fiction dalam
bahasa Inggris sebenarnya diserap dari bahasa Latin fingere yang berarti membuat, membentuk. Oleh
karena itu fiksi disebut juga sebagai buatan atau cerita rekaan. Karangan fiksi
menyajikan cerita buatan pengarangnya. Dalam membuat atau menyusun cerita itu
pengarang menggunakan imajinasinya.
Oleh karena itu karangan fiksi disebut juga cerita
imajinatif. Kata imajinatif ini menyarankan pengertian bahwa apa yang
dikemukakan dalam karangan fiksi semata-mata adalah apa yang ada dalam
angan-angan pengarangnya. Pengertian imajinatif yang demikian ini
dipertentangkan dengan kenyataan yang sebenarnya, yaitu kenyataan yang
benar-benar terjadi. Misalnya peristiwa-peristiwa yang disajikan wartawan dalam
surat kabar, kejadian-kejadian yang ditulis dalam buku sejarah, fakta-fakta
yang ditulis dalam laporan serta unsur-unsur dalam laporan penelitian dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan fiksi adalah karangan berbentuk prosa, berupa cerita
rekaan, bersifat imajinatif. Untuk memahami lebih mendalam pengertian fiksi
serta unsur-unsurnya, bacalah cerita pendek berikut ini.
Albasri dan Gadis Kecil
“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur
yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam
kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin
masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku
masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin
aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam
aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau
merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”
“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang
menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu,
siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau
memanggilku dan aku menyahut panggilanmu, lantas siapa yang menjawab
panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapin engkau saat kau ingin makan,
siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka
macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?”
2. Ciri-Ciri
Karangan Fiksi
Adapun ciri-ciri karangan fiksi adalah:[2]
a. Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan
kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
b. Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas
imajinatif bukan objektif.
c. Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan
kebenaran obyektif melainkankebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam
penalaran.
d. Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari
yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu
mempengaruhi dan membentuk sifat dan sikap pembaca,
pendengar, pemirsa.
e. Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap pembaca,
pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
3. Jenis-Jenis
Karangan Fiksi
Suherli, Sumadiputra, dan Sofidar menyatakan bahwa cerita
fiksi dibedakan menjadi:[3]
a. Novel ialah cerita yang melukiskan pengalaman manusia
yang isinya lebih singkat atau pendek dan belum ada penyelesaian yang sempurna.
Contoh: Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat Cinta.
b. Cerpen ialah karangan yang menguraikan suatu peristiwa
atau melukiskan sesuatu kejadian dalam sepintas kilas, sehingga penyelesaiannya
belum ada. Contoh: Hujan Kepagian
c. Roman ialah cerita tentang percintaan. Contoh: Si Jamin
karya Aman Datuk Majdoindo.
d. Dongeng merupakan percakapan yang dituturkan atau
diceritakan kembali dari mulut ke mulut. Ceritanya buatan semata-mata, khayal,
lucu, dan ajaib. Isi dongeng tersebut bermacam-macam,yaitu
1) Dongeng yang lucu. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak
Belalang, Abu Nawas.
2) Fabel adalah dongeng yang menceritakan tentang
binatang-binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Contoh: Sang Kancil,
Kalilah dan Damirah, Peladuk Jenaka.
3) Legenda adalah dongeng khayal yang semata-mata
dihubungkan dengan asal-usul suatu tempat atau
daerah, gunung, kota, dan sebagainya. Contoh: Asal Mula Banyuwangi, Terjadinya
Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Gunung Sebelah Barat Barabai di Kalimantan.
4) Mite adalah dongeng tentang kepercayaan masyarakat.
Contoh: Kyai Ageng Selo adalah seorang penguasa petir, Nyi Roro Kidul adalah
ratu lain Indonesia, Dewi Sri adalah ratu padi.
5) Sage adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa
atau mengandung unsur-unsur sejarah. Contoh: Hang Tuah,
Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Damar Wulan.
e. Hikayat
adalah cerita khayal tentang kehidupan raja-raja. Contoh :Hikayat Langlang
Buana, Hang Tuah, Si miskin, Indra Bangsawan.
f. Silsilah atau sejarah adalah cerita tentang asal-usul
raja dan kaum bangsawan serta kejadian-kejadian penting dalam istana. Contoh :
Sejarah Melayu, Silsilah Bugis, Tambo Bangkahulu.
4. Tahapan
Menulis Karangan Fiksi
Proses dalam menulis karangan fiksi, sebagaimana proses
menulis jenis-jenis karangan yang lain, melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:[4]
a. Tahapan
Pramenulis
Tahapan ini meliputi sejumlah kegiatan, yakni:
1) Memilih topik;
2) Menentukan tujuan menulis;
3) Mengidenfikasikan pikiran-pikiran berkaitan dengan topik
serta menrencanakan pengorganisasiannya;
4) Mengidenfikasikan siapa pembaca karangan yang akan
disusun; dan
5) Memilih bentuk karangan berdasarkan pembaca yang dituju
dan tujuan penulisan.
b. Tahapan
Penulisan Draft
Dalam tahapan ino penulis menuangkan gagasan, pikiran,
dan perasaannya ke dalam tulisan begitu saja kedalam draft kasar. Dalam
menggunakan gagasan, pikiran, informasi, data, dan organisasi penulisan
sebagaimana yang telah direncanakan dalam tahapan pramenulis. Tentu saja dala
menulis itu pengarang senantiasa memperhatikan tujuan penulisan serta kondisi
pembaca tulisan yang disusunnya.
c. Tahapan
Revisi
Dalam tahapan ini penulis merevisi draft yang telah
disusunnya. Revisi dilakukan dengan:
1) Menambah informasi,
2) Mempertajam perumusan,
3) Merubah urutan pikiran,
4) Membuang informasi yang tidak relavan,
5) Menggabungkan pikiran, dan sebagainya.
d. Tahapan
Editing
Dalam tahapan ini penulisan mengedit tulisannya dengan
jalan:
1) Membaca seluruh tulisan,
2) Memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat,
3) Memperbaiki salah ketik,
4) Memperbaiki teknik penomoran,
5) Memperbaiki ejaan dan tanda baca.
e. Tahapan
Publikasi
Dalam tahapan ini penulis mempublikasikan tulisannya
melalui berbagai kemungkinan misalnya, mengirimkannya kepada penerbit,
memgirimkannya kepada redaksi majalah, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan dalam tahapan-tahapan proses menulis di
atas tidak terjadi dalam prosedur yang kaku, kegiatan itu yang dikerjakan.
Hasil-hasil yang dikerjakan dalam tahapan sebelumnya bisa saja diubah atau
disesuaikan dalam tahapan tahapan berikutnya. Kegiatan tahapan-tahapan itu bisa
saja saling mengait dan dikerjakan bersama-sama. Misalnya dalam tahapan
penulisan draft, dikerjakan pula kegiatan revisi, bahkan juga kegiatan editing.
Di samping proses menulis yang bersifat umum sebagaimana
yang dikemukakan di atas, dalam mengarang fiksi penulis perlu memperhatikan
karakteristik cerita fiksi. Antara lain, cerita fiksi mempunyai struktur yang
di dalamnya ada sejumlah unsur (tokoh, alur, latar, tema dan titik pandang).
Untuk memandu penulisan, di samping memperhatikan tahapan-tahapan dalam proses
menulis sebagaimana dikemukakan di atas, dalam menulis karangan fiksi pengarang
dapat berpegang pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu
?
2) Siapakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun
itu ?
3) Dimanakah peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam fiksi
itu terjadi ?
4) Kapankah peristiwa itu terjadi ?
5) Bagaimanakah suasana kejadian-kejadian dalam peristiwa
yang disajikan dalam fiksi itu ?
6) Bagaimanakah jalan ceritanya?
7) Apakah pikiran utama yang akan menjadi dasar dibangunnya
seluruh cerita dalam fiksi yang akan disusunnya itu ?
8) Bagaimanakah teknik penceritaan yang akan digunkan dalam
mengisahkan kejadian-kejadian dalam berbagai peristiwa dalam fiksi yang akan
disusunnya itu ?
B. Karangan Nonfiksi
1. Pengertian Karangan Nonfiksi
Karangan nonfiksi pada dasarnya adalah semua jenis
karangan yang menyajikan informasi, gagasan, ide keinginan, yang dikemukakan
berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris.[5] Dalam karangan nonfiksi ini
pengarang menyajikan isi karangannya tidak dengan imajinasinya, melainkan
dengan kemampuan bernalarnya.
Perbedaan utama antara karangan fiksi dan nonfiksi adalah
pada hakikat realitas yang disajikan oleh pengarang. Dalam karangan fiksi,
realitas yang disajikan pengarang adalah realitas imajiner, dalam arti bahwa
realitas itu berada dalam rekaan pengarangnya. Sedangkan realitas yang
disajikan dalam karangan nonfiksi adalah realitas yang aktual, yaitu yang
benar-benar terjadi secara nalar.
2. Ciri-ciri Karangan Nonfiksi
Karangan nonfiksi memiliki ciri sebagai berikut:[6]
a. Memiliki ide yang ditulis secara jelas dan logis serta
sistematis,
b. Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta,
c. Menyajikan temuan baru atau penyempurnaan temuan yang
sudah ada,
d. Motivasi, rancangan dan pelaksanaan penelitian yang
tertuang jelas,
e. Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual
dari data yang diketengahkan dalam tulisannya. Untuk karya nonfiksi diharuskan
menggunakan kata baku sesuai dengan kamus umum Bahasa Indonesia. Karya nonfiksi
harus memakai bahasa berciri tepat, singkat, jelas, resmi dan teratur agar
efektif.
3. Jenis-Jenis Karangan Nonfiksi
Macam-macam
karangan nonfiksi, yaitu:[7]
a. Surat
Surat
terbagi menjadi dua yaitu, surat pribadi dan surat dinas.
b. Iklan
Iklan
adalah pengumuman dari pembuat barang dengan tujuan memberitahukan produksi
kepada konsumen. Ada beberapa macam iklan antara lain: iklan keluarga, iklan
pengumuman, iklan
tenaga kerja, iklan
jual beli, dan iklan propaganda.
c. Pengumuman
Pengumuman
adalah pemberitahuan yang harus diketahui orang banyak. Tujuannya agar
orang banyak mengetahui perihal yang diumumkan.
d. Surat pembaca
Surat
pembaca adalah surat yang dibuat oleh pembaca yang ditujukan kepada redaksi.
e. Surat permohonan
Surat
permohonan adalah surat yang berisi permintaan atau permohonan baik
kepada perorangan atau kelompok.
f. Pidato
Pidato
dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan membaca naskah pidato,
menggunakan garis besar atau tanpa naskah. Ada beberapa langkah untuk menyusun
naskah pidato, yaitu:
1) Menetukan maksud dan
tujuan pidato,
2) Menentukan pokok
permasalahan,
3) Menyusun naskah pidato
g. Laporan
Laporan
adalah suatu dokumen yang memuat informasi tertentu yang telah dikumpulkan dan
disusun.
h. Wacana
Karangan nonfiksi dapat disajikan dalam beberapa jenis
wacana, yaitu rangkaian kalimat yang saling berhubungan baik bentuk maupun
isinya, berisi informasi yang utuh. Macam-macam wacana karangan nonfiksi yaitu:
1) Karangan Narasi
Karangan narasi ialah yang menceritakan suatu peristiwa
atau kejadian yang didalamya terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik
tetapi tidak memiliki kalimat utama.
Ciri-ciri karangan Narasi yaitu :
a) Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa.
b) Disajikan dalam waktu serta kejadian yang menunjukkan
peristiwa awal sampai akhir
c) Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian.
d) Latar (setting)
Contoh karangan narasi berikut ini.
Hari Pertama Masuk Kuliah
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin
yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan
kedua telapak tangan ke dalam saku jaket merah yang kupakai untuk mencoba
memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Bau khas jalan aspal yang baru saja dibasahi hujan
menyambutku ketika aku mulai berjalan berangkat ke kampus. Hari ini adalah hari
pertamaku masuk perkuliahan setelah satu minggu acara ospek berakhir sabtu
sore. Ada yang berdegup keras di dalam dada yang membangkitkan semangat,tekad
untuk menjadi seorang Enterpreuner yang sukses.
Jalan raya mulai dipadati oleh mahasiswa berseragam hitam
putih yang bersemangat menyambut hidup baru, menempuh masa depan. Hari pertama,
dimulai dengan perkenalan bersama teman-teman baru dan hanya ada satu mata
kuliah di hari itu karena hari itu hanya digunakan sebagai pengenalan wilayah
kampus.
2) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan
kata-kata. Obkek uyang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian,
dan sebagainya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk, rupa,
suara, bau, rasa, suasana, dan situasi suatu objek. Karangan nonfiksi dengan
cara deskripsi menjadikan pembaca aktif mengalami proses mental untuk mengalami
apa yang dituliskan oleh pengarang.
Agar dapat mendekripsikan sesuatu dengan baik, kita perlu
menguasai cara-cara menulis wacana deskripsi berikut ini.
a) Mengamati objek yang akan ditulis
Bahan-bahan untuk mendeskripsikan suatu objek dengan baik
melalui observasi atau pengamatan. Pertanyaan-pertanyaan berrikut ini dapat
membantu mengumpulkan informasi untuk bahan mendeskripsikan sesuatu objek.
i. Bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang akan kita
deskripsikan sesuatu (bentuk, ukuran, bahan, warna, rasa, bau, dan sebagainya)
?
ii. Adakah persamaan objek itu dengan objek yang lain ?
iii. Bagaimankah perbedaan antara objek yang akn kita
deskripsikan itu dengan objek lain ?
b) Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi
Data dan informasi yang telah kita catat dari pengamatan
perlu diseleksi dan disusun dengan cara-cara sebagai berikut:
i. Memilih data dan informasi yang memberi kesan yang kuat.
ii. Menyajikan informasi tentang objek yang kita deskripsikan
dengan kerangka deskripsi sesuai dengan objek yang kita deskripsikan yaitu
deskripsi dengan kerangka tempat, deskripsi dengan kerangka waktu, dan
deskripsi dengan kerangka urutan bagian-bagian.
Contoh karangan deskripsi berikut ini.
Apotik
Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam
apotik milikku yang baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku
kuliah di farmasi dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini.
Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku.
Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat
obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang
dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun alfabetis. Pandangan saya
tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil
satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa
disebut kalangan farmasi dengan buku ISO.
Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke
tempat semula. Buku ini adalah buku pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu.
Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan
sebuah computer di meja kasir.
3) Karangan Ekposisi
Karangan nonfiksi dengan wacana eksposisi (sering disebut
juga denga ekspositori) menyajikan tulisan yang dimaksudkan untuk memberikan
informasi, menjelaskan sesuatu, atau mengajarkan sesuatu. Setelah seseorang
membaca karangan yang ditulis dengan wacana eksposisi ini diharapkan dia akan
bisa mengetahui, mengerti, atau dapat melakukan sesuatu sesuai dengan isi
wacana.
Agar dapat menulis dengan wacana eksposisi dengan baik,
kita perlu memahami dan menguasai teknik menulis wacana eksposisi. Ada enam
macam hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Panjang karangan yang akan disusun.
b) Tujuan penulisan.
c) Kesempatan kita untuk menulis.
d) Pengetahuan dan pengalaman kita berkaitan dengan maslah
yang akan kita tulis.
e) Hal yang paling utama tentang masalah yang akan kita
sajikan kepada pembaca.
Contoh karangan eksposisi berikut ini.
Rasa Takut
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan
perasaan takut ? Bagaimana cara mengatasinya ? Rasa Takut adalah rasa dimana
seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami situasi atau suasana yang
menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Di bawah ini ada lima
jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut.
Pertama, persiapkan diri Anda sebaik-baiknya bila
menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan mempersiapkan diri saat
menghadapi situasi atau suasana tertentu Anda akan merasa siap bahkan merasa
bahwa Anda telah melewati situasi dan suasana tersebut.
Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi
tersebut. Anda harus mempelajari baik-baik situasi apa yang sedang Anda hadapi
baik ditempat sepi maupun dikeramaian. Karena Anda akan merasa siap dengan
segala suasana dan situasi yang telah Anda pelajari.
Ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri.kepercaya
dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi rasa takut. Dengan percaya
diri Anda merasa bahwa Anda mampu melewati situasi dan suasana yang akan Anda
lalui tanpa terhalang oleh rasa takut.
Keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal
keyakinan Anda. Keyakinan Anda dalam mengadapi rasa takut harus dipertebal agar
Anda mapu dan yakin bahwa rasa takut iu akan hilang dengan kepercayaan diri
yang kuat dan keyakinan yang tinggi
Kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus
menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh-sungguh.
Anda juga haarus memiliki keahlian dan kecakapan dalam suatu bidang, agar rasa
percaya diri Anda kuat dan menghilangkan rasa takut yang melanda Anda.
4) Karangan Argumentasi
Karangan nonfiksi dengan wacana argumentasi menyajikan
tulisan yang dimaksudkan untuk mempersuasi (mampengaruhi, mendorong) pembaca
untuk mengambil suatu sikap tertentu atau agar pembaca melakukan tindakan
tertentu. Dengan wacana argumentasi ini penulis bermaksud untuk:
a) Mendorong pembaca untuk mengemukakan sikapnya;
b) Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya yang
sekarang;
c) Mempengaruhi pembaca untuk meninggalkan sikapnya yang
sekarang;
d) Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya yang
sekarang dan kemudian mengganti sikap yang lain;
e) Mempengaruhi agar pembaca melakukan suatu tindakan
tertentu;
f) Menyokong pembaca agar tetap bertindak seperti sekarang.
Agar dapat menulis nonfiksi dalam wacana argumentasi
dengan baik kita perlu mengetahui dan menguasai teknik-teknik penulisan wacana
argumentasi. Tulisan argumentasi harus didukung dengan bukti-bukti (proof) yang
menyakinkan. Bukti-bukti itu bisa ditemukan dalam berbagai bentuk sebagai
berikut:
i. Definisi
ii. Perbandingan
iii. Hubungan
iv. Kesaksian
Perhatikanlah wacana argumentasi berikut ini.
Kesuburan Tanah
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak
bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan,
kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali
dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik
tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada
hutan yang belum digarap petani.
Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan
tanaman bagi para petani. Tidak hanya baik bagi kesuburan tanah tapi juga akan
memperbaiki kualitas dari tanaman sehingga akan mampu menghasilkan nilai rupiah
yang baik bagi petani.
5) Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah adalah karangan yang
mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu kepada orang lain uyntuk berbuat
atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan pengarang.
Contoh karangan persuasi :
Sistem Pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang
ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan
membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di
Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong.
Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes
siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA
dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat
menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari
kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang
melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita
mengalami krisis.
Oleh
karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak hanya
dari pemerintah sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih penting
adalah kesadaran dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut
dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional
Komentar
Posting Komentar
Aku Suka Blog Anda