10 Mei 2011

makalah Sosiolinguistik


KATA PENGANTAR
   
    Puji Syukur kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Berkat dan Rahmat-Nyalah Saya dapat manyusun makalah mata kuliah Sosoilingistik.
    Makalah ini merupakan tugas individu yang wajib dibuat oleh setiap mahasiswa, yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah.
    Semoga dengan di susunya makalah saya ini, dapat memberi pengetahuan atau wawasan kita. Tentang Peristiwa tutur dan tindak tutur pada manusia.
    Saya meyadari makalah yang di susun ini, jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan agar dapat menjadi lebih baik nantinya.




Palangkaraya,........Maret 2011
Penyusun


Eka Rahmady Hardianto











DAFTAR ISI

            Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I      PENDAHULUAN................................................................................ 1           
A.    Latar belakang...................................................................................
B.     Tujuan pembahasan............................................................................

BAB II     PEMBAHASAN.....................................................................................            
                   A. Pengertian peristiwa tutur..................................................................
                   B. Tindak tutur ......................................................................................
                   C. Tindak tutur dan pragmatik...............................................................
                  


BAB III   PENUTUP..............................................................................................
A.    Kesimpulan ..............................................................................
B.     Saran.........................................................................................
















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Bahasa adalah alat komunikasi dalam interaksi sosial di masyarakat. Memang manusia dapat menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya ahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik di antara alat-alat komunikasi yang lainya. Apalagi dbandingkan dengan alat komunikasi yang digunakan oleh makhuk lain, yaitu hewan. Dalam setiap komunikasi saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran ,gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka dalam setiap komunikasi ini terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur dan tindak tutur dalm satu situasi tutur.
B.     Tujuan masalah
Peristiwa tutur dan tindak tutur dalam berbahasa diharapkan dapat di pahami oleh manusia pada saat ini dan diharapkan apa yang dituturkan dapat di mengerti oleh si penerima informasi. Karana jika informasi yang di sampaikan tidak di mengerti oleh si penerima maka peristiwa tutur tidak dapat terjadi.

















A.    Pegertian peristiwa tutur
Yang di maksud dengan peristiwa tutur ( ingris: speech event ) adalah terjadinya atau berlangsungnaya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penututur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara pedagang dan pembeli di pasar menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah peristiwa tutur.
Peristiwa-peristiwa tutur dapat kita temui seperti, rapat dinas di kantor diskusi di ruang kuliah sidang di pengadialan dn sebagainya.
        Sebuah percakapan baru dapat disebut sbagai contoh peristiwa tutur kalau memenuhi syarat SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah (di angkat dari Wadhaugh 1990 ) :
1.      S ( = Setting and scene ), di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scane mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasai phisikologis pembicara. Waktu dan tempat , dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak pembaca dan dalm situasi sunyi. Di lapangan sepak bola kita bosa berbicara keras-keras, tapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin.
2.      P ( = partisipants ) adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan , bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Contohnya seperti dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti paransebagai pembicara atau pendengar; tetapi dalam khotbah di masjid, khotbah di masjid, khotib sebagai pembibara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menekankan ragam bahasa yang digunakan.
3.      E ( = Ends : purpose and goal ) merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di rung pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyaitujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil.
4.      A ( = Act sequences ), mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaiman penggunaannya, dari hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juda dengan isi yang dibicarakan.
5.      Key, mengcu pada nada,cara dan semangatdimana suatu pesan disampaikan, dngan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat ditunjukkandengan gerak tubuh dan isyarat.
6.      Instrumentalities, mengau pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan ,tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti, dialek ragam, atau regester.
7.      Norm ofinteraction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteaksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penapsiran tehadap ujaran dari lawan bicara.
8.      Genre, mengcu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi,puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

Dari yang dikemukakan hyms itu dapat kita lihat berapa kompleknya terjadinya peristiwa tutur yang kita lihat, atau kita alami sendiridalam kehidupan kita sehari-hari. Komponen tutur yang diajukan Hymes itu dalam rumusan lain tidak berbeda dangan yang oleh Fishman disebut sebagai pokok pembicaraan sosiolinguistik, yaitu “who speak, what language, to whom, when , and what end.

B.     Tindak tutur
        Peristiwa tutur yang kita bicarakan di atas merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam waktu dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (ingris: speech act ) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakn gejala sosial seperti disebut di atas,maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat phisikologis, dan keberlangsunganya ditentukan oleh kemanpuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalu dalm peristiwa tutur lebih dilihat dari dalam tuturanya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses, yakni proses komunikasi.
        Istilah dan teori mengenai tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun1956. Teori yang berasal dari materikuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Ormson (1965) dengan judul How to do thing with word? Tetapi teori tersebut baru menjadi terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) menerbitkan buku berjudul Speech act, and essay in the philosophy of Language.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Suka Blog Anda

Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...