16 Desember 2011

MASALAH PENELITIAN RUMUSAN MASALAH, TUJUAN PENELITIAN, KEGUNAAN PENELITIAN, BATASAN MASALAH DAN IDENTIFIKASI MASALAH


MASALAH PENELITIAN
RUMUSAN MASALAH, TUJUAN PENELITIAN, KEGUNAAN PENELITIAN, BATASAN MASALAH DAN IDENTIFIKASI MASALAH

Mata kuliah: Metodologi Penelitian
Dosen : Indra Perdana, M.Pd.





Oleh :
Agnes Tasiarini                NIM AAB 109094
Eka Rahmady                  NIM AAB 109083
Ektrajaaya                        NIM AAB 109089
Kristin Agustina              NIM AAB 109123
Elena Natali                     NIM AAB 109101


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2011












KATA PENGANTAR
       
        Puji Syukur kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Berkat dan Rahmat-Nyalah Kami dapat menyusun Makalah mata kuliah. Metodologi Penelitian
        Tugas ini merupakan tugas Kelompok yang wajib dibuat oleh setiap Kelompok, untuk dijadikan bahan untuk berdiskusi.
        Semoga dengan adanya bahan ini, dapat memberi pengetahuan atau wawasan kita. Tentang Masalah penelitia, Idntifikasi masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masala, Tujuan dan Kegunaan penelitian.
        Sa menyadari bahan yang di susun ini, jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan agar dapat menjadi lebih baik nantinya.




Palangkaraya,     November 2011
Penyusun















PEMBAHASAN

1.      Rumusan masalah
Rumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Rumusan masalah sering juga disebut pertanyaan-pertanyaan penelitian di mana jawabannya diperoleh setelah melakukan penelitian. Oleh karena itu,rumusan masalah harus dijabarkan secara operasional dan spesifik dari judul penelitian. Rumusan yang operasional dan spesifik itu hendaknya sejalan dengan arah jawaban yang bakal disajikan dan disimpulkan nanti.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rumusan masalah penelitian adalah :

a. Masalah dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan.
b. Masalah dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan mengurangi penggunaan isitilah yang belum baku.
c. Masalah dirumuskan secara sngkat, jelas, padat serta tidak menimbulkan kerancuan pengertian.
d. Rumusan masalah haruslah mencerminkan keinginan yang hendak dicari.
e. Rumusan masalah tidak mempersulit pencarian data lapangan terutama terhadap data langka
f. Rumusan masalah dapat dipakai sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis
g. Rumusan masalah haruslah direfleksikan ke dalam judul penelitian.
Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih butir masalah penelitian. Ada lima tipe topik masalah penelitian yang dapat digarap oleh seorang peneliti. Mahasiswa S1 dianjurkan memilih masalah tipe 1 atau 2 pada tabel dibawah ini :
Tipe 1 Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena yang merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat lanjutannya dapat diatasi atau dipacu
Tipe 2 Keperluan Memperbaiki kesalahan kebijaksanaan peruahaan (pemerintah) yang tengah berjalan agar kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi
Tipe 3 Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk menaikkan yang positif dan menihilkan yang negatif.
Tipe 4 Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih konsepsional sehingga dapat menjadi operasional.
Tipe5 Keperluan membuat pendekatan baru atau alternatif guna meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran yang telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya
Ciri-ciri pernyataan Masalah Penelitian yang baik
1) Masalah yang dipilih harus mempunya nilai penelitian
a. Masalah harus mempunyai keaslian
b. Masalah harus menyatakan suatu hubungan
c. Masalah harus merupakan hal yang penting
d. Masalah harus dapat di uji
e. Masalah harus mencerminkan suatu pertanyaan
2) Masalah yang dipilih dengan bijak, artinya :
a. Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
b. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas kemampuan
c. Waktu memecahkan masalah harus wajar
d. Biaya dan hasil harus seimbang
e. Administrasi dan sponsor harus kuat
f. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
3) Masalah dipilih dengan kualifikasi peneliti
a. Menarik bagi peneliti
b. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Seorang mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam upaya mengidentifikasi dan merumuskan ”masalah penelitian”. Upaya membuat skripsi atau tesis untuk gelar kesarjanaannya, tak lain mempraktekkan kegiatan penelitian secara mandiri. Ketika itu dia bertindak sebagai peneliti pemula dan ia sebenarnya sedang digodok menjadi seorang ”Problem solver” (pemecah masalah kehidupan) yang efektif.
Manfaat Penelitian Skripsi Mahasiswa yang Terbimbing Baik
1) Bagi Lembaga
- Orisinilitas karya tulis sarjana yang ditelurkan lebih terjamin dan lebih terasakan
- Mutu Sarjana yang diluluskan lebih tinggi dan handal
- Kegiatan akademik di Kampus akan lebih hidup dan berbobot
2) Bagi Mahasiswa
- Mendapat pengalaman meneliti yang berharga
- Mendapat pembinaan diri menuju pribadi berkualitas
- Mempersembahkan hasil karya yang dapat membanggakan
3) Bagi Dosen Pembimbing
- Menambah penalaran ilmu khususnya pengetahuan terapan
- Menambah khasanah data dan informasi yang terpercaya
- Menambah tajam wawasan keilmuan dan prestasi akademik
2. Tujuan penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dibedakan kedalam tiga jenis, meliputi:
a. Penelitian Eksploratif
Yaitu penelitian yang dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan. Tujuan penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang lebih akurat yang akan dijawab dalam penelitian lanjutan atau penelitian kemudian. Peneliti biasanya menggunakan penelitian eksplorasi ini untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup dalam penyusunan desain dan pelaksanaan kajian lanjutan yang lebih sistematis.
Penelitian eksploratory pada umumnya dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan ”Apa (what)” (Apa sesungguhnya fenomena sosial tersebut?). Pada penelitian ini seringkali menggunakan data-data kualitatif.
b. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif menghadirkan gambaran tentang situasi atau fenomena sosial secara detil. Dalam penelitian ini, peneliti memulai penelitian dengan desain penelitian yang terumuskan secara baik yang ditujukan untuk mendeskripsikan sesuatu secara jelas.
Penelitian deskriptif biasanya berfokus pada pertanyaan ”bagaimana (how)” dan ”siapa (who)” (Bagaimana fenomena tersebut terjadi? Siapa yang terlibat didalamnya?)
c. Penelitian Eksplanatif
Tujuan penelitian eksplanatif adalah untuk memberikan penjelasan mengapa sesuatu terjadi atau menjawab pertanyaan ”mengapa (why)”.


3.   Kegunaan penelitian
Berdasarkan kegunaannya, penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, meliputi:
a. Penelitian dasar (basic research)
Suatu penelitian disebut sebagai penelitian dasar (penelitian akademik atau penelitian murni) jika penelitian tersebut berguna untuk me
mahami “fundamental nature” dari suatu fenomena social atau menyediakan dasar pengetahuan dan pemahaman yang dapat digeneralisir pada berbagai wilayah kebijakan, masalah, atau wilayah kajian. Focus penelitian dasar adalah untuk menolak atau menerima teori-teori yang telah memberikan penjelasan mengapa (why) suatu fenomena social terjadi, apa (what) yang menyebabkan hal tersebut terjadi, mengapa hubungan social mengikuti cara tertentu, dan mengapa masyarakat mengalami perubahan.
b. Penelitian terarapan (applied research)
Kegunaan penelitian terapan adalah pemanfaatan atau penerapan ilmu pengetahuan pada isu-isu praktis tertentu, seperti untuk menjawab persoalan kebijakan atau social problem solving. Pada penelitian terapan penggunaan teori kurang dipentingkan dibandingkan dengan pencarian solusi untuk masalah yang akan ditangani. Pada umumnya, penelitian terapan adalah jenis penelitian deskriptif.
Beberapa jenis penelitian terapan, antara lain: action research, social impact assesment, dan evaluation research.
1) Action Research
Adalah penelitian terapan yang memperlakukan pengetahuan sebagai kekuatan dan menghapus garis pemisah antara penelitian dan tindakan sosial. Banyak jenis dari penelitian tindakan, namun demikian ada beberapa karakteristik yang berlaku umum, meliputi: 1) mereka yang dipelajari berpartisipasi dalam proses penelitian; 2) penelitian berkaitan dengan pengetahuan yang umum atau sudah populer; 3) fokus penelitian adalah pada kekuatan (power) dengan tujuan penguatan (empowerment); 4) arah penelitian adalah untuk menumbuhkan kesadaran atau meningkatkan keperdulian; dan 5) penelitian terkait secara langsung dengan tindakan politik.
2) Social Impact Assessment
Merupakan bagian dari Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang seringkali diperlukan untuk menaksir dampak social yang akan timbul atau menganalisis dampak social yang terjadi karena adanya suatu proyek atau penerapan suatu kebijakan tertentu.
Wilayah yang dikaji, antara lain mencakup:
- Pelayanan masyarakat (mis. school enrolments, speed of policy responses)
- Kondisi sosial (mis. Rata-rata kejahatan)
- Dampak ekonomi (mis. business failure rate)
- Konsekuensi demografi (mis.pergerakan penduduk keluar atau masuk suatu wilayah).
- Lingkungan (mis., perubahan kualitas lingkungan kita)
- Hasil kesehatan (mis. Perubahan jenis penyakit)
- Efek terhadap psikologi (mis. Perubahan perilaku, stres)
3) Evaluation Research
penelitian jenis ini biasanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan “apakah kebijakan/program ini bekerja sebagaimana seharusnya?”. Smith and Glass (1987: 31) mendefinisikan penelitian evaluasi sebagai “the process of establishing value judgments based on evidence”.
Evaluation research mengukur efektivitas dari suatu kebijakan, program atau cara melakukan sesuatu. Penelitian ini dapat berbentuk deskriptif, eksploratif, maupun eksplanatif. Namun demikian, pada umumnya adalah deskriptif. Jenis penelitian ini meliputi formative dan summative. Formative evaluation dilaksanakan berbarengan dengan monitoring (built-in monitoring). Sedangkan Summative evaluation dilaksanakan setelah kegaitan selesai dan ditujukan untuk mengetahui hasil dari penerapan kebijakan tersebut.

4.   Identifikasi Masalah dalam Penelitian
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb). Skripsi untuk level S1 seharusnya didesain untuk memecahkan masalah yang lebih riil dan sifatnya applied. Mahasiswa cukup fokus ke masalah yang ada di sekitarnya. Kalau jurusan kita di computing, kita lakukan saja observasi di lingkungan kita. Misalnya universitas, dosen, dan mahasiswa itu punya masalah apa yang kira-kira bisa kita pecahkan dengan teknologi informasi dan aplikasinya. Intinya kita harus kejar terus masalah penelitian ini, dan jangan lupa bahwa masalah yang kita identifikasi tersebut benar-benar menjadi masalah yang harus dipecahkan, bukan masalah yang kita ada-adakan. Masih agak bingung? Ok saya coba jelaskan secara detail dan pelan-pelan bagaimana proses identifikasi masalah ini.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Ketika kita mengambil topik penelitian untuk membedakan raut muka mahasiswa yang lagi bokek dan mahasiswa yang lagi banyak uang, kita punya variabel "raut muka” dan variabel "keadaan keuangan”.

  1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
    Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita "goyang sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu "kekurangan uang". Ini bisa kita "konversi" menjadi masalah penelitian misalnya menjadi:
    • Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system
    • Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
  2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
    Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen terlalu sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk pertemuan bulanan di universitas. jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu pertemuan yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di universitas kita ada masalah. Tidak bisa online bekerjanya dan tidak sesuai dengan proses bisnis sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah.
  3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
    Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung. Ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan memainkan beberapa teknik ini sering disebut dengan Search Engine Optimization.
Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah (Ronny Kountur, 2007) (Moh. Nazir, 2003):
  1. Menarik.
    Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius.
  2. Bermanfaat.
    Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional), maupun secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
  3. Hal yang Baru.
    Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi lain, bisa dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Diwujudkan dengan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada.
  4. Dapat Diuji (Diukur).
    Supaya proses penelitian kita sempurna, masalah penelitian beserta variabel-variabelnya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara empiris. Kalau kita melakukan penelitian korelasi. korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.
  5. Dapat Dilaksanakan.
    Masalah yang bagus berkualitas, menjadi tidak sinkron kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana.
  6. Tidak Melanggar Etika.
    Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data maupun pengolahan data.
5.      Batasan Masalah
Dalam malaksanakan penelitian diperlukan keteraturan permasalahan yang akan
dibahas, untuk itu perlu ada penegasan masalah yang sekalipun dapat memberikan
gambaran kearah proses pemecahan masalah.
Seperti yang dikemukan oleh Winarno Surakhmad bahwa : memiliki masalah
yang telah dirumuskan dengan jelas adalah suatu kondisi yang mempunyai fungsi
tersendiri, yaitu :
a) Ia memungkinkan peneliti untuk mulai menyusun laporan penelitian.
b) Ia memungkinkan peneliti untuk mulai membuat rencana pemecahan.
c) Ia memungkinkan peneliti untuk mengetahui apakah problem itu akhirnya
terpecahkan dengan baik atau tidak( Winarno Surakhmad 1994 : 149).
Jadi didalam penelitian ini diperlukan pembatasan masalah, karena itu dalam penelian  penulis
menetapkan masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.





  

02 Desember 2011

Makalah perkembangan Peserta Didik



MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tugas-tugas Perkembangan peserta Didik pada Usia Sekolah Menengah dan Klasifikasi Karakteristik pada Usia Remaja











Disusun Oleh :
Kelompok VII

Ade Kurniawan                                               AAB 109087
Eka Rahmady Hardianto                                 AAB 109083
Irwan Efrata                                                    AAB 109109
Jainal                                                               AAB 109098
Junadi Susanto                                                AAB 109090




UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2011




Kata Pengantar


Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tugas-tugas Perkembangan peserta Didik pada Usia Sekolah Menengah dan Klasifikasi Karakteristik pada Usia Remaja. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik”.
Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang menbangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberi informasi bagi mahasiswa dan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa semua.










                                                                                                            penyusun

i












Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………...............................  ………………            i
Daftar Isi…………………………………………………………………………....            ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................             iii
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...                iii
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………                iii
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..                        1
A. Pengertian tugas perkembangan peserta didik………………. …………………………             2
B. Klasifikasi tugas perkembangan remaja…………………………………………………             2
C. Karakteristik peserta didik usia remaja…………………………………………………..            5         
     1. Pengertian remaja……………………………………………………………………..             5
     2. Remaja ditinjau dari faktor sosial phisikologis………………………………….          5
     3. Menurut masyarakat indonesia…………………………………………………           6
     4. Karakteristik remaja
a)      perkembangan fisik,………………………………………………….           6
b)      perkembangan kognetif, …………………………………………….           6
c)      perkembangan emosi, ……………………………………………….            7
d)     perkembangan sosial, ………………………………………………..           8
e)      perkembangan moral,………………………………………………..            8
f)       perkembangan kepribadian…………………………………………...          9
BAB III PENUTUP..................................................................................................                        10
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...             10
B. Saran………………………………………………………………………………          10










BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Makalah ini membahas tentang bagaimana perkembangan peserta didik pada usia sekolah menengah atau pada usia remaja. Pembahasan ini mencakup pengertian tugas perkembangan peserta didik pada usia menengah atau usia remaja, Klasifikasi tugas perkembangan remaja  dan karakteristik peserta didik usia remaja.
B. Tujuan Penulisan
\           Tujuan dari penulisan makalah ini  agar kami dapat lebih mengetahui bagaimana pengertian tugas perkembangan pada masa usia menengah, klasifikasi tugas perkembangan remaja dan karakteristik peserta didik usia remaja yang mencakup pengertian remaja, remaja ditinjau dari faktor sosial phisikologis, remaja menurut masyarakat indonesia dan karakteristik remaja yang terbagi atas perkembangan fisik, perkembangan kognetif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, dan perkembangan kepribadian

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tugas Perkembangan Remaja
     Secara umum tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya mengurangi atau bila mungkin menghilangkan sama sekali sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk menepati kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock dalam Mappiare (1992) adalah berusaha agar:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
Pada periode pra-remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang dewasa, diiringi perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri, bukan khayalan dan impian.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
Dalam masa remaja diharapkan mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka tidak memuaskan.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial terutama hubungan dengan lawan jenis merupakan suatu kewajaran. Dalam hal ini, seorang remaja haruslah mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis atau sesama jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga.
4. Mencapai kemandirian emosional.
Tugas perkembangan yang harus dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak mereka. Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung semacam itu.
5. Mencapai kemandirian ekonomi.
Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal yang berhubungan dengan ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja yang penting, karena mereka akan hidup sebagai orang dewasa kelak.
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
Sebagai hasil dari perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman dengan lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya atau sistem nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain , remaja sudah dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah.
7. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
Proses pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang lain.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
Sikap remaja terhadap pernikahan ternyata beragam, sebagian remaja bersifat antagonistik (menentang dan merasa takut) dan sebagian lainnya menerimanya dengan sikap positif.
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tugas-tugas fase perkembangan remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja yang diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.

B. Klasifikasi Tugas Perkembangan Remaja
     Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari 3 bagian yaitu, tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan pribadi sebagai individu, pendidikan dan karier, serta dalam kehidupan berkeluarga kelak. Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing bagian tersebut beserta karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1. Kehidupan pribadi sebagai individu
Kehidupan pribadi sangat rumit dan kompleks sehingga sulit untuk dirumuskan. Sebagai makhluk individu, seseorang menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri secara pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi;i fisik amat penting dalam perkembangan dan pembentukan pribadi seoseorang.
Kehidupan pribadi seorang individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap dan memiliki ciri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual. Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan aspek tersebut adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya, yang meliputi:
 Status sosial ekonomi,
Ø
 Filsafat hidup keluarga,
Ø
 Pola hidup keluarga.
Ø
Selain itu faktor lain yang berpengaruh yaitu faktor keturunan dan lingkungan yang sesuai dengan aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi.
 Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seorang individu
ü ditentukan oleh kemampuan dan sifat yang dibawa sejak dilahirkan
 Aliran empirisme menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan
ü oleh lingkungan tempat ia berkembang, jadi bisa dikatakan seorang individu akan berkembang sesuai dengan kehendak lingkungan.
 Aliran konvergensi menyatakan bahwa perkembangan seorang individu
ü dipengaruhi oleh kemampuan dan sifat yang dibawa sejak lahir dan lingkungan tempat ia dibesarkan, dengan kata lain aliran ini merupakan penggabungan antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
2. Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu, maka atas dasar hakikat tersebut manusia senantiasa belajar untuk mencari tahu hal-hal yang ada di sekitarnya. Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa belajar sepanjang hayatnya.
Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik melalui badan pendidikan formal maupun nonformal. Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud adalah sesuatu yang dialami oleh remaja sebagai peserta didik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat. Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang dalam dunia kerja.
3. Kehidupan Keluarga
Tugas perkembangan remaja dalam hubungannya dengan persiapan mereka untuk memasuki kehidupan baru, yaitu kehidupan berkeluarga. Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa secara biologis pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual dan telah siap melakukan fungsi produksi. Kematangan fungsi seksual tersebut berpengaruh terhadap dorongan seksual remaja dan mulai tertarik kepada lawan jenis. Garrison (1956) menyatakan bahwa dorongan seksual pada masa remaja cukup kuat, sehingga perlu dipersiapkan secara mantap tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan, karena masalah tersebut mendasari pemikiran mereka untuk mulai menetapkan pasangan hidupnya.
Berkenaan dengan upaya untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan sosial psikologis remaja ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagai cara yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku. Dalam situasi pergaulan yang khusus atau ber¬kencan, seorang gadis hendaknya bersikap pasif dan perjaka yang lebih bersikap aktif. Pada umumnya remaja, khususnya wanita, tidak mengalami kesulitan untuk menerima tugas tersebut. Hanya sebagian kecil dari mereka mengalami sedikit kesulitan.
Hampir setiap remaja mempunyai dua tujuan utama, pertama menemukan jenis pekerjaan yang sesuai, kedua menikah dan membangun sebuah rumah tangga (keluarga). Hal ini tidak selalu harus muncul dalam aturan tertentu, tetapi perlu diketahui bahwa seorang remaja akan mengalami “jatuh cinta” di dalam kehidupannya setelah mencapai usia belasan tahun (Garrison, 1956: 48)


C. Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja
Remaja sering disebut dengan istilah puberteit danadolescentia. Puberteit (Belanda), puberty (Ingris), pubertas (Latin) yang artinya tumbuh rambut di daerah ”pusic” daerah kemaluan. Adolescentia dari bahasa latin adalah masa muda.
1.      Pengertian Remaja
a)   Remaja menurut hukum
Menurut undang-undang perkawinan usia minimal untuk suatu perkawinan untuk putri 16 tahun dan untuk putra 19 tahun. Dalam imu-ilmu sosial usia antara 16 sampai 22 tahun disejajarkan dengan pengertian remaja.
b)   Remaja ditinjau dari pertumbuhan fisik
Dari sudut fisik remaja dikenal sebagai suatu tahap dimana alat kelamin mencapai kematangan. Pematangan fisik berjalan ± 2 tahun dimulai saat haid pertama pada wanita dan sejak mimpi basah (polusio) pada laki-laki masa dua tahun ini dinamakan masa pubertas, datangnya masa pubertas tiap individu tidak sama.
c)   Remaja menurut WHO
Menurut WHO remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu mengalami :
1.   Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder saat mereka mencapai kematangan seksual.
2.   Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.
3.   Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
2.      Remaja ditinjau dari faktor sosial sosial psikologis
Masa remaja adalah suatu perkembangan yang ditandai adanya proses perubahan dari kondisi ”entropy” ke kondisi ”negentropy”.
Entropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran (pengetahuan,perasaan) manusia belum tersusun rapi sehingga belum berfungsi maksimal.
Negentropy adalah suatu keadaan dimana kesadaran tersusun dengan baik, artinya pengetahuan satu berhubungan dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan berhubungan dengan sikap, perasaan.
3.      Remaja menurut masyarakat Indonesia
Batasan remaja Indonesia adalah usia 11 tahun sampai 24 tahun dan belum menikah dengan alasan :
1.      Usia 11 tahun umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder
2.      Menurut agama dan adat usia 12 tahun anak sudah akil balik.
3.      Pada usia tersebut ulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan misalnya :
a)      Tercapainya identitas diri
b)      Fase genital ( berhubungan dengan organ genetalia)
c)      Tercapainya puncak perkembangan kognitif

4. Karakteristik Remaja
1)     Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama yang terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mengalami kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya. Dalam perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
2)     Perkembangan kognitif (Intelektual)
Ditinjau dari perkembanga kognitif menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Keating merumuskan lima pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut :
1.   Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dunia kemungkinan. Remaja mampu menggunakan abstraksi dan dapat membedakan yang nyata dan konkret dengan abstrak dan mungkin.
2.   Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
3.   Remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengekplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
4.   Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien dan tidak efisien. Dengan demikian, introspeksi (pengujian diri) menjadi bagian kehidupannya sehari-hari.
5.   Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan ekspansi berpikir.
Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi formal ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembanga kemampuan berpikir remaja. Upaya yang dapat dilakukan seperti :
Penggunaan metode mengajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan atau mengujicobakan suatu materi
Melakukan dialog, diskusi dengan siswa tentang masalah-masalah sosial atau berbagai aspek kehidupan seperti agama, etika pergaulan dan pacaran, politik, lingkungan hidup, bahayanya minuman keras dan obat-obatan terlarang.
3)     Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembanga emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan tempramental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Mencapai kematang emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
4)     Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
5)     Perkembangan moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.
Menurut Adam dan Guallatta terdapat berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu :
1.   Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua.
2.   Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnyadaripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal.
3.   Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk diskusi secara demokratis dan terbuka mengenai berbagai isu dan (b) orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif.
6)     Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat-sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan niali-nilai. Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan ”identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan (confusion).























BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
     Secara umum tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya mengurangi atau bila mungkin menghilangkan sama sekali sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk menepati kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari 3 bagian yaitu, tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan pribadi sebagai individu,pendidikan dan karier, serta dalam kehidupan berkeluarga kelak. Serta melihat bagaimana karakteristik usia remaja yang terbagi atas beberapa sub yang telah dijelaskan di dalam makalah ini.
B.     Saran
Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan masa perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah peserta didik itu mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya dikurangi. Karena biasanya anak-anak pada masa ini mulai mengerti mengapa di waktu kecil mereka dilarang untuk melakukan sesuatu yang bisa disebut tidak pantas.mereka akan mulai mengetehui masalah-masalah yang ada dalam kehidupan. Disini orang tua berperan sebagai penasihat sekaligus pengawas tingkah laku anak agar anak itu bisa mawas diri dan juga tidak ceroboh dalam mengambil suatu keputusan.











DAFTAR PUSTAKA
http://blog.tp.ac.id/problematika-masa-usia-sekolah-menengah.

Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...