Candaan
Terkenang
Oleh:
Eka Rahmady Hardianto
Suara azan subuh terdengar memecah
keheningan malam. Seperti biasa aku terbangun setelah mendengar suara azan, aku
pun melangkah menuju tempat berwudu. Air yang dingin tak mengurungkan niatku
untuk bersuci. Setelah berwudu aku
menuju kamar untuk salat, dalam akhir salat kulantunkan doa.
“Ya
Allah, hamba-Mu ini berserah diri kepada-Mu. Semoga penyuluhan kali ini
berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apa pun,” ucapku dengan nada lirih.
Selesai salat, aku
tersentak teringat, bahwa hari ini kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Aku pun
mengawalinya dengan mandi. Selesai mandi tubuhku terasa segar dan bugar untuk
mengikuti penyuluhan kali ini. Kulempar tatapanku pada tas ransel hitam yang
telah penuh dengan barang pribadi, siap untuk dibawa. Teman satu kosku, Eko
namanya, telah siap mengantarku berangkat ke fakultas pagi ini. Setelah
beberapa menit, akhirnya sampailah di depan fakultas.
“Terima kasih ya, telah
mengantarku?” ucapku padanya.
“Ya, hati-hati di perjalanan!” sahutnya.
Aku
bergegas menuju halaman fakultas yang telah penuh dengan rombongan peserta.
“Aduh, terlambat aku,” pikirku dalam
hati. Dugaanku ternyata salah, acara pelepasan belum dimulai. Aku pun bergabung
dengan teman seangkatan dan seperjuangan.
“Diharapkan seluruh peserta, untuk
berkumpul. Acara pelepasan akan segera dimulai,” ucap salah satu panitia.
Seluruh
rombongan pun segera berkumpul dan mengikuti acara pelepasan dengan hikmat.
Kami dilepas oleh Dekan FKIP Universitas Palangkaraya.
Perjalanan penyuluhan dimulai dengan
menggunakan bus menuju dermaga Palingkau yang terletak di desa Palingkau
Kabupaten Kapuas. Terik matahari tak membuat semangatku kendur. Walaupun dalam kenyataanya
seluruh tenagaku terkuras, aku pun tetap tegar untuk menghadapinya, karena kegiatan penyuluhan ini dapat membentuk
mental yang lebih kuat lagi ke depannya. Penyuluhan kali ini dilaksanakan di
desa Bangkuang, Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan.
Di dunia penyuluhan banyak keisengan
atau kejahilan yang aku lakukan. He…he…he… bukan niatku untuk jahat lho, tetapi hal itu kulakukan sebatas
candaan saja yang sering pada teman-temanku. Kejahilan merupakan hal yang biasa
dilakukan olehku maupun teman-temanku, sebab hal tersebut dianggap dapat
mempererat persahabatan di antara kami.
Keisengan yang kulakukan contohnya saja
ketika berada di dalam bus. Aku duduk di kursi nomor 28 dan temanku Andreas
duduk di kursi 29, setelah berebut dengan teman-teman yang lainnya. Suara mesin
bus, ditambah dengan bau yang tidak sedap membuat perutku mual-mual. Kulirik
temanku Andreas yang sedang tertidur sangat pulas di sampingku. Di situlah niat
keisenganku muncul.
“Yas, Yas, bangun, sudah hampir sampai,”
ucapku dengan tersenyum.
“Yakah Mas, mana…” ucapnya dengan
wajah masih mengantuk dan keringat di dahinya.
“Mas
nih, gangguin orang tidur saja,” ucapnya dengan wajah kesal, Dia memalingkan
wajahnya dan kembali tidur. Aku pun segera membangunkannya kembali.
“Yas, Yas, makan kudapan dulu,”
ucapku dengan menarik-narik tangannya.
“Ya Mas, terus mana punyaku?”
ucapnya dengan wajah nampak kaget.
“Aku nggak tahu Yas, coba kamu cari dulu di bawah tempat dudukmu siapa
tahu terjatuh,” ucapku lagi.
Setelah mencari dengan susah payah, dia tidak
menemukan roti dan air mineral. Aku merasa kasihan melihat dia kebingungan
seperti itu, aku pun menyerahkan kudapan dan air mineral tersebut kepadanya.
“Ini, Yas punyamu, sebelumnya aku
minta maaf, aku telah iseng padamu?” ucapku dengan menyodorkan kudapan itu padanya.
“Ya Mas, nggak apa-apa kok, santai
aja,” ucapnya lirih.
“Maksudku tadi untuk candaan saja
kok, Yas, sekali lagi aku minta maaf ya?” ucapku lagi padanya.
“Ya, Mas, nggak apa-apa kok, udah
biasa juga aku seperti itu he…he…he…” ucapnya dengan tersenyum padaku.
“Okelah kalau begitu,” ucapku dengan
canda tawa bersamanya.
Keisenganku berlanjut ketika berada di dalam
kapal. Rasa pengap dan bisingnya suara mesin kapal menjadi hal yang biasa setiap
kali penyuluhan berlangsung. Keisenganku seperti, menyembunyikan makanan teman,
mengganggu yang sedang tidur, dengan menggelitiki telinganya, menyembunyikan
sandal dan mengageti teman yang sedang santai. Seluruh keisenganku merupakan
hal yang biasa yang kulakukan, bukan karena aku jahat, tetapi hal tersebut akan
menjadi kenangan tersendiri bagiku dan teman-teman.
Kampus PBSI Unpar 2011