02 Desember 2011

Cerpen yang berjudul Candaan Terkenang karya Eka Rahmady H


Candaan Terkenang
Oleh: Eka Rahmady Hardianto
Suara azan subuh terdengar memecah keheningan malam. Seperti biasa aku terbangun setelah mendengar suara azan, aku pun melangkah menuju tempat berwudu. Air yang dingin tak mengurungkan niatku untuk bersuci.  Setelah berwudu aku menuju kamar untuk salat, dalam akhir salat kulantunkan doa.
“Ya Allah, hamba-Mu ini berserah diri kepada-Mu. Semoga penyuluhan kali ini berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apa pun,” ucapku dengan nada lirih.
Selesai salat, aku tersentak teringat, bahwa hari ini kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Aku pun mengawalinya dengan mandi. Selesai mandi tubuhku terasa segar dan bugar untuk mengikuti penyuluhan kali ini. Kulempar tatapanku pada tas ransel hitam yang telah penuh dengan barang pribadi, siap untuk dibawa. Teman satu kosku, Eko namanya, telah siap mengantarku berangkat ke fakultas pagi ini. Setelah beberapa menit, akhirnya sampailah di depan fakultas.
            “Terima kasih ya, telah mengantarku?” ucapku padanya.
            “Ya, hati-hati di perjalanan!” sahutnya.
Aku bergegas menuju halaman fakultas yang telah penuh dengan rombongan peserta.
            “Aduh, terlambat aku,” pikirku dalam hati. Dugaanku ternyata salah, acara pelepasan belum dimulai. Aku pun bergabung dengan teman seangkatan dan seperjuangan.
            “Diharapkan seluruh peserta, untuk berkumpul. Acara pelepasan akan segera dimulai,” ucap salah satu panitia.
Seluruh rombongan pun segera berkumpul dan mengikuti acara pelepasan dengan hikmat. Kami dilepas oleh Dekan FKIP Universitas Palangkaraya.
            Perjalanan penyuluhan dimulai dengan menggunakan bus menuju dermaga Palingkau yang terletak di desa Palingkau Kabupaten Kapuas. Terik matahari tak membuat semangatku kendur. Walaupun dalam kenyataanya seluruh tenagaku terkuras, aku pun tetap tegar untuk menghadapinya, karena  kegiatan penyuluhan ini dapat membentuk mental yang lebih kuat lagi ke depannya. Penyuluhan kali ini dilaksanakan di desa Bangkuang, Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan.
Di dunia penyuluhan banyak keisengan atau kejahilan yang aku lakukan. He…he…he… bukan niatku untuk jahat lho, tetapi hal itu kulakukan sebatas candaan saja yang sering pada teman-temanku. Kejahilan merupakan hal yang biasa dilakukan olehku maupun teman-temanku, sebab hal tersebut dianggap dapat mempererat persahabatan di antara kami.
Keisengan yang kulakukan contohnya saja ketika berada di dalam bus. Aku duduk di kursi nomor 28 dan temanku Andreas duduk di kursi 29, setelah berebut dengan teman-teman yang lainnya. Suara mesin bus, ditambah dengan bau yang tidak sedap membuat perutku mual-mual. Kulirik temanku Andreas yang sedang tertidur  sangat pulas di sampingku. Di situlah niat keisenganku muncul.
            “Yas, Yas, bangun, sudah hampir sampai,” ucapku dengan tersenyum.
            “Yakah Mas, mana…” ucapnya dengan wajah masih mengantuk dan keringat di dahinya.
            “Mas nih, gangguin orang tidur saja,” ucapnya dengan wajah kesal, Dia memalingkan wajahnya dan kembali tidur. Aku pun segera membangunkannya kembali.
            “Yas, Yas, makan kudapan dulu,” ucapku dengan menarik-narik tangannya.
            “Ya Mas, terus mana punyaku?” ucapnya dengan wajah nampak kaget.
            “Aku nggak tahu Yas, coba kamu cari dulu di bawah tempat dudukmu siapa tahu terjatuh,” ucapku lagi.
Setelah mencari dengan susah payah, dia tidak menemukan roti dan air mineral. Aku merasa kasihan melihat dia kebingungan seperti itu, aku pun menyerahkan kudapan dan air mineral tersebut kepadanya.
            “Ini, Yas punyamu, sebelumnya aku minta maaf, aku telah iseng padamu?” ucapku dengan menyodorkan kudapan itu padanya.
            “Ya Mas, nggak apa-apa kok, santai aja,” ucapnya lirih.
            “Maksudku tadi untuk candaan saja kok, Yas, sekali lagi aku minta maaf ya?” ucapku lagi padanya.
            “Ya, Mas, nggak apa-apa kok, udah biasa juga aku seperti itu he…he…he…” ucapnya dengan tersenyum padaku.
            “Okelah kalau begitu,” ucapku dengan canda tawa bersamanya.
Keisenganku berlanjut ketika berada di dalam kapal. Rasa pengap dan bisingnya suara mesin kapal menjadi hal yang biasa setiap kali penyuluhan berlangsung. Keisenganku seperti, menyembunyikan makanan teman, mengganggu yang sedang tidur, dengan menggelitiki telinganya, menyembunyikan sandal dan mengageti teman yang sedang santai. Seluruh keisenganku merupakan hal yang biasa yang kulakukan, bukan karena aku jahat, tetapi hal tersebut akan menjadi kenangan tersendiri bagiku dan teman-teman.
Kampus PBSI Unpar 2011

Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...