28 Juli 2023
Kilas Belajar TIK
26 Juli 2023
Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila Kelas V
08 Mei 2023
25 April 2023
SEJARAH KETUPAT
SEJARAH KETUPAT
Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.
Arti Kata Ketupat.
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.
Ngaku Lepat.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Laku Papat.
1. Lebaran.
2. Luberan.
3. Leburan.
4. Laburan.
Lebaran.
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.
Luberan.
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah.
Leburan.
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan.
Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
FILOSOFI KUPAT - LEPET
KUPAT
Kenapa mesti dibungkus janur?
Janur, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " (telah datang cahaya ).
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).
LEPET
Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat.
Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam. Umat muslim sudah seharusnya memuliakan budaya atau ajaran yang telah disampaikan para wali di Indonesia ini.#KetupatLebaran2023
12 April 2023
Koneksi Antarmateri modul 3.1.a.9. Pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan
“Mengajarkan anak
menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah
yang terbaik”
(Teaching kids to count is
fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Education is the art of
making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah
seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich
Hegel ~
Dari
beberapa kutipan tersebut, kita sebagai calon guru penggerak yang telah
diberikan materi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran,
maka kita koneksikan dengan materi-materi di modul yang telah kita pelajari
sebelumnya
Agar
mempermudah dalam koneksi materi modul 3.1.a.9 pengambilan keputusan dengan
modul sebelumnya, di LMS diberikan panduan berisi beberapa pertanyaan, berikut
pertanyaan pemandu.
1. Bagaimana filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Koneksi antar materi
Filosofi Pratap Triloka
menyatakan tentang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani, yang akan kita bahas koneksinya dengan materi pengambilan keputusan
a. Ing Ngarso Sung Tulodo
Ketika
kita menjadi pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan untuk teman sejawat,
terutama untuk murid kita, sebagai pemimpin pembelajaran di kelas kita. Sebagai
seorang pemimpin di sekolah pastinya akan menghadapi situasi di mana mengambil
suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara
nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar.
Keputusan-keputusan
yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga
sekolah. maka dalam pengambilan keputusan kita harus mengikuti 9 langkah dalam
pengambilan keputusan agar keputusan yang kita ambil bisa memberikan contoh
pada murid kita
b. Ing Madya Mangun Karsa
Ketika kita dalam posisi di
tengah harus bisa memberikan semangat , dorongan pada murid untuk membangun
karsa
karsa merupakan suatu unsur
yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan
nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun
tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang
dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika.
Maka kita harus memberikan
semangat ataupun dorongan pada murid agar memiliki karsa yang sesuai dengan
nilai-nilai atau prinsip dalam pengambilan keputusan.
c. Tut Wuri Handayani
Dibelakang dapat memberikan
dorongan kinerja murid dalam mengembangkan potensinya. Koneksi dengan materi
pengambilan keputusan, guru memberikan dorongan pada murid dalam mengambil
keputusan untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan bakat
minatnya
2. Bagaimana nilai-nilai
yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita
ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Dalam
pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan
prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi
seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang
yang memiliki penalaran yang baik, akan menghargai konsep-konsep dan
prinsip-prinsip etika yang baik juga. Karena prinsip-prinsip etika sendiri
berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui
bersama, terlepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama
seseorang. Menurut Kidder, 2009 ada tiga prinsip dalam pengambilan keputusan,
diantaranya;
1. Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking)
Perlu diingat bahwa setiap
keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, oleh sebab
itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai
kebajikan universal dan berpihak pada murid
3. Bagaimana materi
pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang
diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan
dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa
dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pendamping (pengajar
Praktik) dan fasilitator memberikan saya wawasan dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan coaching, membuat saya menemukan ide baru atau cara
untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang saya
kehendaki dan membantu saya menerapkan coaching pada teman sebaya dalam
mengambil keputusannya sendiri berdasarkan Langkah TIRTA.
4. Bagaimana kemampuan guru
dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh
terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Menurut saya dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan, dengan Pengenalan emosi dapat membantu baik guru maupun
murid dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat, sehingga
Ketika ada bujukan moral maupun dilema etika guru bisa mengambil keputusan
dengan tepat.
5. Bagaimana pembahasan
studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai
yang dianut seorang pendidik?
Beban dan amanah
kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas pendidik
dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.
Apa yang kita diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Tapi setidaknya, kita telah
mengambil keputusan yang dilakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran
murid dan tetap memegang teguh nilai-nilai kebajikan universal.
6. Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
Menurut saya, agar
pengambilan keputusan tepat dan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman, dan nyaman maka kitab isa menerapkan 9 langkah dalam pengambilan
keputusan yaitu dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan melakukan
pemetaan, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan, melakukan Pengujian benar atau salah, melakukan
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, Melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi
Opsi Trilema, membuat keputusan, dan melihat lagi keputusan dan merefleksikan
untuk perbaikan.
7. Apakah
tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan
perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dari pengalaman yang saya
alami saat bekerja pada institusi pendidikan, saya telah mengetahui bahwa
dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.
Ketika saya menghadapi
situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang
bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan,
persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup, ini Kembali
pada 4 paradigma yaitu
a. Individu lawan
masyarakat (individual vs community)
b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
d, Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Iya, terdapat kaitannya
seperti adalnya kesulitan yang saya hadapi, misalnya jika ada 2 faktor sebagi
berikut;
a. Sistem yang besar yang memaksa kita untuk tetap tidak bisa melaksanakan
keputusan sesuai dengan kebajikan universal
b. Belum adanya komitmen warga sekolah dalam melaksanakan keputusan yang telah
disepakati
8. Dan pada akhirnya, Apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang
tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Iya, pengambilan keputusan
yang kita ambil memberikan kebebasan pada murid untuk mengambil keputusan
dengan tetap dalam tuntunan kita sebagai pendidik.
9. Bagaimana seorang
pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan
atau masa depan murid-muridnya?
Pengambilan keputusan yang
menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan memberikan teladan bagi murid di
masa depan, namun jika keputusan diambil tanpa menerapkan 9 langkah dan
tergesa-gesa bisa jadi menghancurkan masa depan murid
10. Apakah kesimpulan
akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya
ambil dari koneksi materi modul 3.1.a.9 pengambilan keputusan adalah
pengambilan keputusan harus berpihak pada murid dan nilai-nilai kebajikan
secara universal.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang
telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Berdasarkan
apa yang sudah saya pelajari di modul 3.1 saya mampu membedakan antara diema
etika dan bujukan moral. Dimana dilemma etika merupakan situasi dimana terjadi
pertentangan dua kebenaran atau benar vs benar, sementara bujukan
moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar lawan salah,
sehingga saya menyadari benang merah antara keduanya. Hal yang tidak terduga
adalah pada saat awal saya mempelajari dilemma etika, saya merasa terjebak
dalam menentukan sebuah kasus antara bujukan moral dan dilema etika,
malahan ada kasus diema etika yang saya kategorikan bujukan moral, sehingga
saya merasa keputusan saya selama ini yang buat sebelum mempelajari modul ini
cenderung kaku atau hanya berbasis peraturan sehingga saya merasa untuk
melenceng dari aturan itu sulit. Keetika mempelajari dilema etika saya merasa,
ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk kemaslahatan yang lebih
besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan yang
berhubungan dengan diema etika sangatlah penting dilakukan. Begitu pula 9
langkah pengambilan dna pengujian keputusan adalah langkah yang sangat runut
dan terarah yang sangat berguna dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan
yang saya ambil.
Empat
paradigma pengambilan keputusan yaitu
·
Individu lawan masyarakat
(individual vs community)
·
Rasa keadilan lawan rasa
kasihan (justice vs mercy)
·
Kebenaran lawan kesetiaan
(truth vs loyalty)
·
Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term)
Pentingnya
mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun
membawa penajaman bahwa situasi yang saya hadapi betul- betul mempertentangkan
antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Saya
juga sudah memahami tentang tiga prinsip pengambilan keputusan
yang terdiri atas 3 prinsip yaitu
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
Konsep
lain yang sangat penting adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Saya merasa langkah ini sangat penting untuk memantapkan keputusan yang saya
ambil, jika saya sudah melakukan 9 uji ini maka saya bisa memastikan keputusan
saya efektif. Menurut saya, 9 langkah ini sangat detail dan terstruktur dan
juga memudahkan dalam mengambil keputusan karena runut dan terpola dengan baik
9
langkah tersebut adalah
Langkah
1: Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini.
Langkah
2: Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
Langkah
3: Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini
Langkah
4: Pengujian benar atau salah, yang terdiri
atas:
- Uji Legal
menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral. - Uji Regulasi/Standar Profesional
Berhubungan dengan pelanggaran peraturan atau kode etik. - Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. - Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi bujukan moral atau benar lawan salah. - Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Langkah
5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Mengidentifikasi
paradigm sanagt penting karena, ini bukan hanya an permasalahan namun membawa
penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan
antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Langkah
6: Melakukan Prinsip Resolusi , yang
terdiri dari 3 prinsip berpikir yaitu:
·
Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking)
·
Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
·
Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah
7: Investigasi Opsi Trilema
Mencari
opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi
ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan masalah.
Langkah
8: Buat Keputusan
Langkah
9, Tinjau lagi keputusan dan refleksikan
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema?
Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum
mempelajari modul ini, saya pernah mengalami masalah yng berhubungan dengan
dilemma etika. Keputusan yang saya ambil pada saat itu sering berdasarkan
intuisi saya atau berdasarkan nilai-nilai yang saya pegang dan juga berdasarkan
kepedulian kepada orang lain. Sehingga ketika saya mempelajari modul 3.1, saya
merasa care based thinking adalah sebagai sebuah prinsip yang diapakai secara
umum dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan masalah dilemma etika.
Sedangkan
untuk kasus bujukan moral atau moral dilema, saya pernah berada dalam situasi
tersebut, namun ketika itu terjadi saya berusaha mengambil keputusan dengan
memikirkan dan menganalisis salah dan benar dari situasi yang saya hadapi dan
saya mengambil keputusan dengan meminta secpnd opinion dari teman sejawat
ataupun keluarga yang saya anggap lebih berpengalaman aytau sebagai panutan
saya. Walaupun langkah pengambilan keputusan saya tidak sama persis seperti
konsep yang saya pelajari di modul namun ada usur kesamaan yaitu menganalisis
unsur kebenaran lawan kesalahan dan juga uji panutan atau idola.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak
yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 ini saya merasakan lebih
percaya diri dalam mengambil keputusan
terutama sebagai pemimpin pembelajaran, saya lebih percaya diri karena bisa
memastkan keputusan yang saya ambil tepat atau efektif karena sudah melalui
proses pengujian keputusan yang terdiri dari 9 angkah tersebut, walaupun saya
juga harus tetap belajar dan sharing kepada teman sejawat yang sudah
berpengalaman untuk memastikan keputusan saya sesuai atau keputusan saya
tersebut tepat.
Saya juga merasakan
mendapat pengetahun yang berharga terutama sebagai individu dalam memandang
permasalahn yang saya hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi
Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut
saya pengetahuan tentang pengambilan
keputusan ini sangat penting bagi saya sehingga saya bisa mengambil keputusan
yang tepat dan efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik
sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Sebelum saya
mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini saya merasa bahwa banyak
hal atau keputusan yang saya buat selama ini tidak berdasar alur pemikiran yang
jelas dan terstruktur, sehingga setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal
bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan
serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9
langkah pengambilan keputusan, membuat saya semakin mantap dan percaya diri
untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Walaupun saya harus lebih banyak
lagi berlatih lagi dan belajar untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan
ini dan menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh tapi saya sangat bersyukur bisa
mendapatkan pengetahuan bagaimana orang-orang hebat mengambil keputusan yang
tepat.
Eka Rahmady Hardianto_CGP Angkatan 7.
Kabupaten Seruyan
Tugas Demontrasi Kontekstual - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin_CGP Angkatan 7. Kabupaten Seruyan.
Tujuan
Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan
proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya
tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di
sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.
Tugas
Wawancara dengan Pimpinan/Kepala Sekolah:
CGP diminta
untuk mewawancarai 2-3 pimpinan (kepala sekolah) di lingkungan Anda (salah
satunya adalah pimpinan di sekolah asal Anda).
Hasil wawancara ini adalah untuk mendapatkan sebuah
wacana tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan,
terutama untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling
bersinggungan, atau untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar.
Apa yang
selama ini dilakukan pimpinan-pimpinan tersebut, praktik apa yang selama ini
dijalankan?
Analisis
praktik pengambilan keputusan dilema etika tersebut di antara para pemimpin
yang Anda wawancarai, dan kaitkan dengan pengetahuan Anda sendiri tentang 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian. Analisis dan lakukan refleksi
atas hasil wawancara tersebut. Silakan unggah hasil wawancara dan refleksi Anda
dalam bentuk video/audio/tertulis.
Saya melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah saya sendiri
di SD Eka Tjipta Terawan yaitu Ibu Suyitni, S.Pd. Kemudian, yang ke-2 dengan
Kepala SD Eka Tjipta Rungau Bapak Deni Priyanggara, S. Pd dan yang ke-3 dengan
Kepala SD Eka Tjipta Seruyan Bapak Muhammad Fathul Adim, S.Pd.
Teknik yang
saya gunakan dengan langkah-langkah sebagai berikut;
1.
Menggunakan google folmulir seperti link berikut; https://forms.gle/NQVFPdjcQAaCfE1k8
2.
Meminta ijin melalui telepon langsung dan mengirim pesan
melalui WA.
3. Data yang telah saya terima, kemudian kami lakukan pemindahan ke dalam format ms.word pada lampiran dibawah ini;
Berikut Hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah 1
1. Selama ini,
bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika
atau bujukan moral?
Tanggapan:
Sebagai seorang pemimpin di sebuah instasi pendidikan,
pasti akan beragam kasus yang akan dihadapi, baik itu kasus yang keduanya benar
tetapi saling bertentangan yang dikenal sebagai dilema etika ataupun kasus yang
salah satunya benar dan yang lainnnya salah. Kedua kasus tersebut harus dapat
diidentifikasi dengan benar agar tidak ada kesalahan dalam pengambilan
keputusan. Cara saya untuk mengidentifikasi yang mana dari kedua kasus tersebut
adalah dengan memahami masing masing kasus. Tentu saja untuk memahami kasus
kasus tersebut saya harus berkomunikasi dengan pihak pihak yang terlibat.
Setelah permasalahan sudah dipahami maka saya perlu melakukan beberapa hal
untuk bisa memetakan apakah kasus terseut merupakan bujukan moral atau dilema
etika. Untuk itu, perlu dilakukan dibuatkan daftar pertanyaan identifikasi
kasus, syarat sebuah kasus merupakan delima etika jika kedua masalah yang
berbenturan tersebut tidak melanggar hukum dan serta norma norma yang berlaku
atau menimbulkan ketidaknyamana social. Jika kasus yang didentifikasi lolos
dari syarat syarat tersebut maka dipastikan itu adalah kasus dilema etika. Dan
sebaliknya jika syarat syarat diatas tidak terpenuhi maka itu adalah kasus
bujukan moral.
2. Selama ini,
bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama
untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Tanggapan:
Untuk kasus dilema etika saya akan mempertimbangkan kedua hal yang sama sama benar tersebut membenturkan faktor apa atau pihak mana? Apakah kepentingan perorang atau banyak orang, mengandung nilai nilai kebenaran atau kesetiaan, rasa adil atau belas kasihan, ataukah berdampak untuk saat ini atau seterusnya
3. Langkah-langkah
atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Tanggapan:
Suara hati dan nalar harus sejalan untuk memilih
kebenaran yang paling kecil mudharatnya dan besar manfaatnya. Dengan
mempertimbangkan kepentingan peserta didik jika kasus itu berhubungan dengan
peserta didik, berdasarkan pada prinsip berpikir berbasis hasil akhir, berpikir
berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Tahap berikutnya lakukan
investigasi dengan memeriksa kembali fakta-fakta dan temukan peluang , lalu
buatlah keputusan. Lalu keputusan ditinjau kembali hingga keyakinan kebenaran itu
ada dan insya Allah dalam bimbingan Ilahi keputusan yang anda ambil adalah
keputusan yang bertanggung jawab.
4. Hal-hal apa
saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Dalam kasus pengambulan keputusan dengan dilema etika
hal efektif yang perlu dilakukan adalah dengan menyederhanakan pokok
permasalahan, dan membangun kebijkasanaan
5. Hal-hal apa
saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Hasil keputusan yang diambil mungkin akan pihak pihak
yang tidak dapat menerima sepenuhnya, proses untuk dapat memahamkan sebagian
orang untuk secara ikhlas menerima dan menjalan keputusan , menjadi sebuah
tantangan. Serta untuk tetap istiqomah dalam menjalankan keputusan yang sduah
disepakati
6. Apakah Anda
memiliki sebuah tatakelola atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus
dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
Tanggapan:
Tidak ada jadwal tertentu dalam menyelesaikan sebuah kasus, prioritas kasus mana yang perlu diselesaikan secepatnya tergantung dari jenis kasus dan pentingnya kasus tersebut diselesaikan secepatnya, agar tercipta lingkungan sekolah yang sehat kondusif buat semua warga sekolah
7. Adakah
seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda
dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Komunikasi yang baik dengan semua warga sekolah,
pengelolaan emosi yang baik dan pemahaman tentang teori pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin menjadi faktor yang mempermudah dan membantu dalam
pengambilan keputusan
8. Dari semua
hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Tanggapan:
Dalam mengambil sebuah keputusan maka mengidentifikasi
jenis kasus, harus bisa dilakukan lebih awal, dengan melakukan pengujian
pengujian, lalu lakukan pengujian benar lawan benar untuk dapat menentukan
paradigma apa yang akan kita pilih sehingga keputusan bisa diambil sesuai
dengan prinsip prinsip yang tidak merugikan siswa.
1. Berikut ini
hasil wawancara dengan kepala sekolah ke-2 • Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi
kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
Tanggapan:
Cara saya
untuk mengidentifikasi yang mana dari kedua kasus tersebut adalah dengan
memahami masing masing kasus. Tentu saja untuk memahami kasus kasus tersebut
saya harus berkomunikasi dengan pihak pihak yang terlibat, setelah itu sudah
dipahami maka saya perlu melakukan beberapa hal untuk bisa memetakan apakah
kasus tersebut merupakan bujukan moral atau dilema etika.
Untuk itu
perlu dilakukan dibuatkan daftar pertanyaan identifikasi kasus, syarat sebuah
kasus merupakan delima etika jika kedua masalah yang berbenturan tersebut tidak
melanggar hukum dan serta norma norma yang berlaku atau menimbulkan
ketidaknyamanan sosial. Jika kasus yang didentifikasi lolos dari hal-hal
tersebut maka dipastikan itu adalah kasus dilema etika, dan sebaliknya jika
syarat syarat diatas tidak terpenuhi maka itu adalah kasus bujukan moral.
2. Selama ini,
bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama
untuk kasus-kasus dimana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Tanggapan:
Untuk kasus dilema etika saya akan mempertimbangkan kedua hal yang sama sama benar tersebut membenturkan faktor apa atau pihak mana? Apakah kepentingan perorang atau banyak orang, mengandung nilai nilai kebenaran atau kesetiaan, rasa adil atau belas kasihan, ataukah berdampak untuk saat ini atau seterusnya
3.
Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Tanggapan:
Mengidentifikasi
dengan mempertimbangkan kepentingan peserta didik jika kasus itu berhubungan
dengan peserta didik, berdasarkan pada prinsip berpikir berbasis hasil akhir,
berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Tahap
berikutnya lakukan investigasi dengan memeriksa kembali fakta-fakta dan temukan
peluang , lalu membuat keputusan. Lalu keputusan ditinjau kembali hingga yakin
bahwa keputusan yang diambil adalah benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
4. Hal-hal apa
saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Hal-hal yang
efektif dalam pengambilan keputusan adalah senantiasa menjalin dan menjaga
keberpihakan melalui kebersamaan dan komunikasi dengan unsur pimpinan terutama
yang dapat memperkaya referensi kita dalam memutuskan kasus dilema etika
5. Hal-hal apa
saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Hasil
keputusan yang diambil akan ada pihak yang tidak dapat menerima sepenuhnya,
proses untuk dapat memahamkan sebagian orang untuk secara ikhlas menerima dan
menjalan keputusan , menjadi sebuah tantangan. Serta untuk tetap teguh dalam
menjalankan keputusan yang sduah disepakati.
6. Apakah Anda
memiliki sebuah tatakelola atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus
dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
Tanggapan:
Tidak
terjadwal dalam menyelesaikan sebuah kasus, hanya memprioritaskan kasus mana
yang perlu diselesaikan secepatnya tergantung dari jenis kasus dan pentingnya
kasus tersebut diselesaikan secepatnya, agar terciptanya lingkungan sekolah
yang sehat dan kondusif.
7. Adakah
seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda
dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Komunikasi
yang baik dengan semua warga sekolah, pengelolaan emosi yang baik dan pemahaman
tentang teori pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin menjadi faktor
yang mempermudah dan membantu dalam pengambilan keputusan
8. Dari semua
hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Tanggapan:
Dalam
mengambil sebuah keputusan maka mengidentifikasi jenis kasus itu penting dan
harus bisa dilakukan lebih awal, lalu lakukan pengujian sebagai tolak ukur
untuk dapat menentukan paradigma apa yang akan kita pilih sehingga keputusan
bisa diambil sesuai dengan prinsip prinsip yang tidak merugikan siswa.
Berikut ini
hasil wawancara dengan kepala sekolah ke-3
1.
Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi
kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
Tanggapan:
Kesesuaian
dengan norma-norma masyarakat, agama adat maupun lainnya. selama tidak
bertentangan dengan norma yang berlaku maka masih bisa dilakukan bersama.
2.
Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan
keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus dimana ada dua
kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Tanggapan:
Jalankan sesuai dengan top prioritas /
skala prioritas sesuai dengan program sekolah
3.
Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa
Anda lakukan selama ini?
Tanggapan:
Pertama, Analisis resiko, kedua cek
Kesesuaian dengan peraturan sekolah. ketiga, jika tidak berjalan maka kordinasi
dengan komite sekolah adalah bersifat final.
4.
Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif
dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Dalam hal kegiatan keagamaan nasional
kami melaksanakan sangat efektif tanpa ada yang merasa terbebani baik guru
maupun siswa dan orang tua. toleransi beragama juga sangat kondusif terjaga
harmonis
5.
Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Tanggapan:
Pertama, Warga sekolah berasal dari
berbagai suku dan daerah.
Kedua, Adat, budaya dan kebiasaan
masyrakat sangat plural, sehingga perlu adanya komunikasi yang sangat baik.
Ketiga, perbedaan agama dan
implementasinya di sekolah
6.
Apakah Anda memiliki sebuah tatakelola atau jadwal
tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung
menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya,
bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
Tanggapan:
Tahapan yang saya lakukan dalam menyelesaikan masalah, pertama analisa
masalah dan dilanjutkan penyelesaian di tempat. tidak menunda penyelesaian
masalah.
7.
Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini
mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus
dilema etika?
Tanggapan:
Sekolah berada dalam Yayasan Eka
Tjipta Foundation yang memiliki kebijakan final dan keberadaan sekolah berada
dalam lingkungan manajemen perkebunan sawit. sehingga sangat membantu dalam
pengambilan keputusan. yang tentunya kedua hal tersebut adalah faktor akhir
dalam mempermudah penyelesaian masalah. yang utama adalah kesadaran dari siswa
dan bapak ibu guru.
8.
Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa
yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Tanggapan:
Penyelesaian masalah memiliki prosedur, tahapan dan
keputusan. selain itu setiap masalah memiliki karakter berbeda-beda sehingga
memiliki tatacara penyelesaian yang berbeda juga.
Refleksi Wawancara
1. Hal-hal
menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan
mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan
hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah
pengujian, apa yang Anda dapatkan?
Sesuai hasil
wawancara yang saya lakukan, para kepala sekolah tersebut melakukan pengambilan
keputusan dengan :
- Melakukan
identifikasi masalah
- Melakukan
diskusi dan komunikasi dengan unsur-unsur yang ada di sekolah terutama dengan
pihak-pihak yang terlibat langsung
- Membuat
keputusan yang berpihak pada siswa, bijaksana, bertanggung jawab, memaksimalkan
potensi positif dan meminimalisir potensi negative.
Hal-hal yang telah dilakukan oleh masing-masing kepala
sekolah tersebut menurut saya telah sesuai dengan teori yang saya pelajari di
modul 3.1. tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajjikan, dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan, namun tidan semua langkah dilakukan secara runut dan ada langkah
yang tidak dilakukan, seperti pengujian benar atau salah maupun Investigasi
Opsi Trilema.
2. Bagaimana
hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah
persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan
tersebut, mengapa, apa yang membedakan?
Berdasarkan
hasil wawancara ada beberapa persamaan :
- Melakukan
identifikasi masalah, mengumpulkan fakta-fakta
- Melakukan
diskusi dan komunikasi dengan berbagai pihak terutama yang terlibat dalam
masalah
Perbedaan dari
kedua kepala sekolah dalam mengambil keputusan :
- Kepala
sekolah pertama sudah melakukan hampir semua 9 langkah dalam pengambilan
keputusan, membuat keputusan yang berpusat kepada siswa dan bertanggungjawab
- Kepala
sekolah kedua dan ketiga lebih mengedepankan diskusi, komunikasi dan koordinasi
dengan unsur-unsur sekolah dan pihak-pihak yang terlibat dalam masalah.
Menurut saya yang lebih menonjol dalam membuat keputusan sesuai langkah-langkah pengambilan keputusan dalam teori di modul 3.1 adalah kepala sekolah pertama.
3. Apa rencana
ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung
unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan
keputusan mereka?
Rencana kedepannya para pimpinan tersebut jika
menghadapi permasalahan dilemma etika ataupun bujukan moral akan melakaukan
tahapan-tahapan pengambilan keputusan sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan lebih lengkap termasuk
pengujian dan investigasi opsi trilemma. Cara mengukur efektivitas pengambilan
keputusan adalah dengan melakukan pengujian benar-salah, melakukan refleksi
atas keputusan yang telah dibuat, serta meminta saran dan masukan dari pihak
lain yang terkait dalam pengambilan keputusan tersebut.
4. Bagaimana
Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan
Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan
Anda akan menerapkannya?
Saya akan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan
dalam setiap permasalah dilema etika baik ketika berhadapan dengan masalah
murid maupun ketika ada kolega guru yang menemui masalah dilemma etika saya
akan menawarkan mereka untuk mengambil keputusan sesuai 9 langkah pengambilan
dan keputusan yang telah saya pelajari.
-
Pemilihan umum adalah salah satu mekanisme yang paling mendasar dalam sebuah sistem demokrasi. Proses ini memberikan hak kepada warga ...
-
Metode Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar: Membentuk Fondasi Pendidikan yang Kuat Pendidikan dasar adalah fase kritis dalam perkembanga...
-
Assalamualaikum bapak/ibu guru habat! salam sahabat pembatik. Berikut kami sampaikan hasil praktik baik kami tentang MPI. Ini merupakan tug...