21 Agustus 2020

NASKAH DONGENG “KUTUKAN RAJA PULAU MINTIN” DARI KALIMANTAN TENGAH

 

NASKAH DONGENG

“KUTUKAN RAJA PULAU MINTIN”

 

Alkisah, pada zaman dahulu kala terdapat kerajaan kecil dari pulau Mintin, Kalimantan Tengah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Kehidupan rakyatnya terjamin dan sejahtera, sehingga rakyat mencintai raja dan permaisurinya. Suatu hari, permaisuri terserang penyakit aneh dan akhirnya meninggal dunia.

Raja sangat sedih, ia menjadi kehilangan semangat dalam menjalankan pemerintahan. Oleh karena itu, ia bermaksud berlayar untuk menghilangkan semua kesedihan hatinya. Saat mengutarakan rencananya,

Penasehat kerajaan bertanya "Lalu, siapakah yang akan menjalankan pemerintahan selama baginda pergi?". Raja diam sejenak, kemudian menjawab "Kukira putra kembarku. Naga dan Buaya pasti mampu menjalankan tanggung jawab ini, tolong bantu mereka jika menghadapi kesulitan!".

Sang penasehat mengangguk tanda mengerti. Setelah itu raja memanggil kedua putra kembarnya. "Anak-anakku, ayahanda akan pergi sejenak untuk berlayar. Sepeninggal ibu kalian, ayah merasa kehilangan semangat hidup. Jadi ayah pikir, ada baiknya ayah pergi sejenak untuk menenangkan diri. Oleh karena itu, ayah minta kalian menjalankan pemerintahan selama kepergian ayah!" pesannya. Meski Naga dan Buaya adalah kembar. Namun, sifat keduanya sangatlah berbeda. Buaya yang bersifat baik dan pemurah, menjawab permintaan ayahnya. "Jangan khawatir, ayah pergilah. Ananda berharap, ayah selamat dalam perjalanan dan pulang dalam keadaan yang lebih baik" ucap Buaya. Sedangkan Naga yang sifatnya bertolak belakang dengan Buaya, merasa kalau permintaan ayahnya itu sebagai beban "Hmm...tapi tidak apalah. Jika ayah pergi, aku bisa menggunakan harta kerajaan untuk bersenang-senang" pikir Naga dalam hati. Setelah raja berangkat, Naga mulai berulah. Naga tidak mau mendampingi Buaya menjalankan pemerintahan. Sehari-hari, kerjanya hanya tiduran dan bersenang-senang. Ia bahkan memaksa penasehat kerajaan untuk memberinya uang setiap hari, dan semua uang itu ia habiskan untuk berjudi. Karena kesal dengan tingkah laku Naga, Buaya lalu menghadap penasehat kerajaan untuk menegur Naga. Namun, Naga tidak mengindahkan semua nasehat. Ia bahkan mengancam akan melaporkan penasehat kerajaan pada ayahnya. "Aku akan bilang pada ayah, bahwa kau yang telah menghambur-hamburkan uang kerajaan. Ayah pasti lebih percaya pada anaknya sendiri!" kata Naga dengan sombong. Penasehat kerajaan pun tidak mau lagi menasehati Naga. Hari berganti hari, tingkah laku Naga pun semakin menjadi-jadi. Bersama para pengawalnya, ia mendatangi rumah-rumah penduduk dan memaksa mereka untuk membayar pajak yang lebih besar. Mendengar tindak tanduk Naga, Buaya menjadi sangat marah. Tanpa membuang waktu, ia mendatangi Naga dan menegurnya. "Naga, apa yang kau lakukan? Bukankah kau seharusnya menjalankan amanah yang diberikan ayah?" ucap Buaya menegur Naga. Sambil tertawa, Naga mengejek "Buaya kau memang pengecut...! Apa gunanya menjadi raja, jika tidak bisa bersenang-senang...! ha....ha.....ha....!". Buaya tidak tahan lagi, ia bertekad untuk menghentikan semua perbuatan Naga. Namun, Naga pasti tidak akan menyerah begitu saja. Dengan segenap kekuatannya, ia melawan Buaya. Pertempuran pun tidak terelakkan. Dengan membawa pasukan masing-masing, mereka bertempur habis-habisan. Korbanpun berjatuhan, banyak pengawal yang mati sia-sia. Di tengah perjalanannya, hati raja gundah gulana. Ia merasa sesuatu sedang terjadi di kerajaannya, lalu ia memerintahkan awak kapal untuk pulang. Firasatnya benar. Sesampainya di kerajaan, ia melihat banyak mayat bergelimpangan dimana-mana. Belum hilang rasa herannya, ia melihat putra kembarnya sedang bertarung. "Apa-apaan ini...!" teriak sang raja. Naga dan Buaya serentak menoleh pada ayahnya, mereka langsung menghentikan pertarungan. Buaya menghampiri raja, dan berkata "Ampun ayah, ananda hanya ingin menghentikan tindakan Naga yang semena-mena". "Bohong...! Ia iri padaku. Ia ingin menjadi raja tunggal dan ingin membunuhku...!" teriak Naga. "Kalian telah menyia-nyiakan kepercayaan ayah. Lihatlah, berapa banyak korban jatuh gara-gara ulah kalian...!" ucap raja dengan marah. Langit menghitam dan petir menggelegar ketika raja berteriak meluapkan amarahnya. "Demi ibumu! aku harus menghukum kalian berdua....! Buaya, jadilah kau seekor buaya. Ayah tahu tujuanmu baik, melindungi rakyat. Tapi, kau juga menyengsarakan mereka. Maka, tinggallah di pulau ini dan jagalah rakyat dari serangan musuh...!". Seketika, berubahlah Buaya menjadi seekor buaya di iringi suara petir yang terus menggelegar. Melihat saudaranya telah menjadi seekor buaya, Naga pun ketakutan. "Ampun ayah...! Maafkan aku...!" Naga memohon ampun. Raja memandang anaknya dengan penuh penyesalan. "Naga, jadilah kau naga yang sesungguhnya. Karena kesalahanmu, semuanya menjadi kacau. Pergilah dari pulau ini, tinggallah di sungai Kapuas. Tugasmu adalah menjaga sungai Kapuas agar tidak di tumbuhi cendowan bantilung". Dalam sekejap, Naga pun berubah menjadi seekor naga. Ia pergi meninggalkan ayahnya dan tinggal di sungai Kapuas untuk selamanya. Begitulah kutukan raja pulau Mintin kepada anak-anaknya.

Disalin darihttp://kumbercer.blogspot.com/2016/02/cerita-kutukan-raja-pulau-mintin.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Suka Blog Anda

Postingan Unggulan

Memahami Makna Halal Bihalal (Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri)

Memahami Makna Halal Bihalal:  "Pesan Kebaikan dan Keharmonisan dalam Tradisi Idul Fitri" Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl...