NASKAH PIDATO Tema : Bersyukur
Tema : Bersyukur
Sub
tema : Kata Perenungan (76) Kita harus Bersyukur terhadap segala hal,
berpengertian terhadap hal-hal yang kecil serta berlapang dadan terhadap
hal-hal yang besar.
Ucapan
sapaan
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Dewan
juri dan dan teman-teman yang saya sayangi, kali ini saya mau menceritakan
sebuah kisah inspirasi yang semoga dapat memberikan inspirasi pada
teman-teman sekalian..
Kisah
ini dimulai di saat seorang anak kecil bernama Rahmat mengikuti sebuah kompetisi
sepeda yang bernama"Cycling Fair". Ia mengikuti
kompetisi ini dengan penuh semangat dengan tujuan dapat memenangkan kompetisi
itu meskipun dengan kondisi sepeda yang dia pakai sekarang tidak bagus sperti
milik peserta lainnya. Saat pertandingan akan dimulai seorang temannya
bertanya, “Mat, apa kamu yakin dengan sepeda tua kamu bisa mengalahkan
mereka?”. Rahmat melihat peserta lainnya dan kembali menatap temannya, “Ali,
kemenangan itu tidak ditentukan oleh seberapa bagus alat yang kita pakai,
melainkan seberapa besar usaha kita untuk mencapai & mewujudkan apa yang
kita inginkan”, sahut Rahmat. Ali terdiam oleh kata-kata Rahmat, tapi
kemudian temannya masih ragu dan bertanya “sekarang bagaimana kamu bisa
memenangkan kompetisi ini, sedangkan kamu sendiri tidak pernah mengikuti hal
seperti ini sebelumnya dan badan mereka juga besar-besar”, sahut Ali. “Meskipun
aku bukan orang yang berkecukupan, fisikku tidak sesempurna mereka, tapi aku
mempunyai semangat yang besar dan Insya Allah jika kita mau berdo’a dan
berikhtiyar pasti ada jalan”, jawab Rahmat. Kemudian Rahmat pun masuk ke
barisan peserta dan bersiap-siap. Temannya pun memberi semangat dan percaya
bahwa Rahmat bisa memenangkan kompetisi ini. Beberapa saat kemudian bunyi
peluit tanda pertandingan dimulai pun telah ditiup “Priiiitttt”. Para
peserta pun mulai mengayuh sepedanya masing-masing dan melaju dengan cepat.
Diputaran pertama, Rahmat tertinggal oleh peserta lain tetapi dia tetap
mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Penononton yang melihat kompetisi itu
tidak yakin kalau Rahmat bisa menang karena Rahmat sudah tertinggal jauh
diputaran pertama. Hal ini tidak membuat Rahmat putus asa, dia yakin bahwa
dengan sepeda pemberian kakeknya yang dipakai sekarang ini dia bisa menang
karena semangatnya sudah bercampur dengan harapan dan impian. Dia pun yakin
semangat kakeknya pun ada didalam dirinya. “Aku pasti bisa”, teriak
Rahmat dengan penuh semangat. Diputaran kedua, Rahmat perlahan-lahan mulai
mendekati peserta lain dan melewati peserta lainnya satu persatu.
Ali
berteriak, “Ayooo, aku yakin kamu pasti bisa!!!”. Dan diputaran
terakhir Rahmat sudah pada urutan ke-3, ia terus mengayuh sepedanya dengan
sekuat tenaganya. Saat detik-detik terakhir mencapai garis finish akhirnya
Rahmat pun dapat berada di urutan pertama dan memenangkan pertandingan ini.
Kemudian Rahmat mendapat hadiah berupa uang sebesar 2 juta rupiah dan voucher makan
senilai 500 ribu rupiah di restoran mewah. Dia bisa memilih mau menukarkan
vouchernya dengan uang atau untuk diapakai makan di restoran mewah. Tapi Rahmat
memilih untuk menukarkannya dengan uang. Rahmat pu sujud syukur atas
kemengannya karena ia sangat bersyukur bisa membantu keuangan
keluarganya. Beberapa saat kemudian setelah acara selesai Rahmat dan Ali
pun memulai perjalanannya pulang kerumah, sebelumnya dia masuk ke toko buku dan
membeli buku banyak sekali dan ditengah jalan dia berbelok ke sebuah warung
makan untuk membeli makanan. Dan tidak disengaja pula ada keluarga seorang
wirausaha yang menonton kompetisi itu bertemu dengan Rahmat. Wirausahawan itu
bernama Robi, dia sedang makan bersama keluarganya warung makan tersebut tapi
dia bingung kenapa anak itu tidak memakai vouchernya untuk makan direstoran
mewah, malah memilih makan di warung makan yang sederhana ini.
Dan ia melihat anak itu dan temennya hanya memesan nasi goreng dan tempe
penyet. Kedua anak itu makan dengan lahapnya dan menikmati makanan itu. Setelah
melihat mereka selesai makan pak Robi pun medekati dan mengajak mereka ngobrol,
kemudian pak Robi bertanya kepada mereka, “kenapa kalian tidak menerima
voucher tadi yang makan di restoran mewah, tapi lebih memilih menukarkan dengan
uang dan makan di warung makan yang sederhana ini?”. Kemudian anak itu
menatap pak Robi dan bercerita tentang kehidupannya dan keluarganya yang serba
kekurangan. “Pak, memang saya hidup di
keluarga yang biasa, saya memilih untuk makan disini karena saya lebih bisa
menikmati hidup saya dan mensyukuri hidup ini apa adanya. Dan saya ingat diluar
sana masih banyak orang yang tidak seberuntung saya. Oleh karena itu saya tidak
mau menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat”, sahut
Rahmat. “Lalu, aku lihat di kardus itu banyak sekali buku. Kenapa kamu
membeli sebanyak itu dan kenapa ada 3 buku yang tidak dimasukkan di kardus?”,
tanya pak Robi. Kemudian Rahmat pun menjelaskan bahwa buku yang ada didalam
kardus itu akan disumbangkan ke sebuah yayasan panti asuhan dan yang tigak buku
lainnya untuk dibacanya sendiri. Dia pun menjelaskan kalau kakeknya juga
mengajarkan kepadanya untuk selalu berbagi dan selalu jadi orang yang
bermanfaat kepada orang disekitarnya. Harta hanyalah sebuah titipan Allah,
sewaktu-waktu Allah bisa mengambilnya. Yang bisa kita lakukan yaitu bersedekah
dan beramal kepada orang-orang disekitar kita. Insya Allah rezeki itu akan
selalu ada jika kita mau berusaha dan bekerja keras serta tidak melupakan orang
disekitar kita. Mendengar kata-kata Rahmat membuat Pak Robi termenung dan
menyadari bahwa dirinya yang sekarang masih kurang mensyukuri apa yang ada.
Untuk terakhir kalinya Pak Robi bertanya, “apakah kamu sudah
mendapatkan dan merasakan kenikmatan dalam hidupmu?”. Anak itu menjawab, “Alhamdulillah,
saya sudah dan masih merasakan nikmat dalam hidup saya”. Pak Robi pun
agak bingung dengan jawaban anak itu. “kalau boleh tahu nikmat apa saja itu?”
tanya pak Robi. Kemudian anak itu menjelaskan bahwa nikmat yang dirasakannya
yaitu mata, hidung, mulut, telinga, kaki dan tangan karena dengan itu
semua saya masih bisa merasakan bagaimana bisa melihat, bernafas, berbicara,
mendengarkan, berjalan dan membantu orang disekitarnya. Dan akhirnya pak Robi
pun meneteskan air matanya, ia terharu dengan ucapan anak itu. Dia pun
berterima kasih kepada Rahmat karena sudah meberikannya pelajaran yang berarti
dalam hidupnya. Mohon maaf sebelumnya jika ada salah penulisan kata dan
cerita. Semoga kisah ini memberikan inspirasi dan memberikan manfaat bagi
teman-teman yang membaca. Saya harap teman-teman dapat mengambil pesan &
amanat yang ada di cerita ini.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Komentar
Posting Komentar
Aku Suka Blog Anda