10 Januari 2012

TUGAS KELOMPOK Mata Kuliah STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


TUGAS KELOMPOK
Mata Kuliah
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Dosen : Prof. Petrus Poerwadi.


Disusun Oleh
Kelompok IV

Andreas                 AAB 109078
Eka Rahmady H.  AAB 109083
Ade Kurniawan    AAB 109087
Elly Nurmasari      AAB 109092
Rima Wardani       AAB 109118
Wisnul Khotimah  AAB 108032
Reny Yulianti M.  AAB 108003
Iyut Handayani     AAB 109102
Winda Liana         AAB 109097



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2012







KATA PENGANTAR
   Puji Syukur kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Berkat dan Rahmat-Nyalah kami dapat manyusun makalah mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
   Makalah ini merupakan tugas kelompok yang wajib dibuat oleh setiap kelompok, untuk dijadikan bahan praktik pembelajaran dalam kelas sesuai dengan model pembelajaran.
   Semoga dengan disusunya makalah kami ini, dapat memberi pengetahuan atau wawasan kita semua dan bermanfaat bagi semua orang.  
   Kami meyadari makalah yang di susun ini, jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik nantinya.




Palangkaraya, 9 Januari 2011
Penyusun

Kelompok 4












RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Identitas
Nama Sekolah   : SMP SARJANA
Mata Pelajaran   : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester  : VII/ I
Alokasi Waktu   : 2 x 45 menit
Aspek                : Berbicara
Standar Kompetensi : Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita.
Kompetensi Dasar : Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat
Indikator :
Ø  Siswa dapat bercerita dengan urutan yang baik
Ø  Siswa dapat bercerita dengan suara yang lantang
Ø  Siswa dapat bercerita menggunakan lafal bunyi vokal (e,o,u)

B. Tujuan Pembelajaran
1.   Siswa mampu bercerita dengan urutan yang baik
2.   Siswa mampu bercerita dengan suara yang lantang
3.   Siswa mampu bercerita menggunakan lafal bunyi vocal (e,o,u)
              
C. Materi Pembelajaran
        1. Bercerita dengan Baik
Apakah kamu senang bercerita? Apa saja yang sering kamu ceritakan? Banyak
sekali hal yang dapat dijadikan bahan cerita. Kamu dapat bercerita tentang
kegemaranmu, kegiatanmu sehari-hari, pengalamanmu, perasaanmu, atau seorang
yang menjadi idolamu. Segala sesuatu yang kamu alami atau ketahui dapat
dijadikan bahan cerita.
Kepada siapa kamu sering bercerita? Kepada siapa pun kamu bercerita, pasti
kamu ingin orang yang mendengarkan ceritamu menjadi tertarik dan memerhatikan
sampai selesai. Pernahkah kamu diacuhkan saat bercerita? Bagaimana rasanya?
Kamu pasti merasa sedih dan kecewa karena tidak diperhatikan. Lalu bagaimana
agar ceritamu terdengar menarik dan diperhatikan oleh orang lain? Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyampaikan cerita adalah sebagai berikut.
a. Suara
Suara merupakan modal utama dalam bercerita. Usahakan suaramu
disesuaikan dengan pendengar dan ruangan yang ada.
b. Pelafalan dan artikulasi
Pelafalan setiap kata harus tepat dengan artikulasi yang sesuai sehingga cerita dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar.

Teks bacaan:
Bacalah cerita berikut dengan baik dan pahami isi ceritanya! Kemudian ceritakan
kembali di depan kelas secara bergantian!
Botak
Oleh: Aning Panca A
Hari ini vila megah itu dibersihkan. Sudah lama tidak ada penghuninya.
Ayahku bertugas mengurusi vila itu. Kata Ayah, villa itu milik seorang pengusaha
kaya di Jakarta. Minggu depan anak bungsu pemilik vila itu akan tinggal di
sana untuk beberapa saat. Itu sebabnya vila itu harus dibersihkan.
Sore ini ibu memintaku untuk membantu membawa barang-barang dari
warung. Setelah sampai rumah, kuletakkan barang bawaan ibu di dapur. Aku
pun segera mandi sebab aku ingin ikut ayah pergi ke kota. Ada beberapa barang
yang harus dibeli.
"Ayah, siapa nama anak pemilik vila itu?" tanyaku sepulang dari kota.
"Namanya Non Bunga. Dia nanti ditemani kakeknya," jelas Ayah. "Kalau
tidak salah, Non Bunga itu sebaya kamu," kata Ayah lagi.
"Jadi, sekarang dia kelas VII SMP juga?" tanyaku lagi. Ayah mengangguk.
Sabtu siang. Penghuni baru vila itu telah datang. Suasana di vila yang sunyi
itu tiba-tiba menjadi agak ramai. Namun, aku belum melihat anak perempuan
yang bernama Bunga.
"Wah, mobil itu mewah sekali," kataku sambil melihat-lihat ke dalam mobil.
"Kapan ya bisa naik mobil seperti ini?" seruku.
Karena terlalu asyik mengamati mobil itu, aku tidak tahu kalau ada mata
yang melihat aku dari tadi. Seorang kakek bermata ramah.
"Sekarang juga bisa. Kakek bisa mengantarmu jalan-jalan nanti sore. Kamu
Budi, kan?" tanya Kakek itu. Senyumnya ramah juga.
"Dari mana Kakek tahu?"
"Kakek kenal bapakmu sejak hari pertama dia bekerja di vila ini. Waktu itu
kamu masih kecil, lincah sekali. Kakek sampai kewalahan menggendongmu."
"Wah, berarti…berarti Kakek ini kakeknya Bunga ya?" tanyaku gembira.
"Benar. Kakek akan tinggal di sini menemani Bunga. Ayah Bunga sibuk
dengan urusan kantornya, jadi tidak bisa menemani Bunga di sini," jelasnya.
"Katanya Bunga sakit ya, Kek?" tanyaku penasaran.
"Iya. Sejak kecil Bunga memang sering jatuh sakit. Ia jarang bertemu orang.
Akibatnya, Bunga tidak punya banyak teman."
"Saya mau jadi temannya."
"Ayo, kenalan dengan Bunga sekarang," ajak Kakek bersemangat.
24 Aktif Berbahasa Indonesia Kelas VII SMP/MTs
Aku dan Kakek lalu masuk ke ruangan tengah vila. Di situ tampak seorang
anak dengan kepala plontos. Ia duduk di atas koper memunggungi kami. Tak
mungkin itu Bunga, pikirku, sebab Bunga anak perempuan, bukan laki-laki. Tidak
mungkin anak botak itu Bunga!
"Bunga….ada teman yang mau kenalan denganmu sayang," Kakek
memegang bahu anak botak itu. Astaga, ternyata dia memang Bunga!
"Waaah… botak!" celetukku tiba-tiba. Aku sendiri kaget dengan katakataku.
Seketika itu muka Bunga merah padam. Kakek juga kaget. Mata Bunga
berkaca-kaca. Boneka yang didekapnya dilempar ke arahku. Kena ke mukaku.
Aku hanya bisa berlari keluar ruangan. Malu sekali rasanya. Tak kusangka
aku telah berbuat yang tidak sopan. Bagaimana kalau kakek Bunga marah
padaku? Kalau Ayah dipecat gara-gara aku? Aku terus berlari.
Lalu sebuah tangan memegang bahuku dari belakang. Ternyata kakek
Bunga. Aku tidak mau dianggap anak yang tidak sopan. Aku segera minta maaf.
"Maafkan Budi, Kek! Budi tidak bermaksud untuk tidak sopan. Tadi betulbetul
tidak sengaja."
"Tenang saja…" kata Kakek. "Kakek tahu kamu tidak punya niat seperti
itu. Tapi bagaimanapun kamu harus minta maaf pada Bunga. Kamu sudah
menyinggung perasaannya."
"Saya akan minta maaf, Kek" kataku "Tapi, apa Bunga akan memaafkan
saya?
Saya khawatir dia tidak akan memaafkan saya,Kek."
"Kalau belum dicoba, kamu tidak bisa bilang seperti itu."
Tiba-tiba aku mendapat ide. Menurutku, Bunga akan memaafkan aku jika
aku melakukan suatu hal. Menurut Kakek, ideku itu bagus. Jadi, aku harus minta
izin orang tua.
Aku pun bergegas lari pulang. Kuceritakan ideku pada ibu. Menurut
ibu aku harus bertanggung jawab atas semua perbuatanku. Ibu mengizinkan
aku melaksanakan ideku.
Kakek lalu mengantarku ke kota. Aku dan Kakek baru tiba di vila
pada sore hari. Aku segera menemui Bunga.
"Bunga… aku mau minta maaf atas kejadian tadi siang, " kataku sambil
tertunduk. Aku bisa merasakan Bunga menatapku tajam. "Karena itu…
sebagai tanda permintaan maafku yang tulus… aku membotaki kepalaku…"
kataku sambil melepas topi. "Maafkan aku yaaa…" kataku memelas.
Tiba-tiba Bunga tertawa lepas sambil berkata, "Hahaha… lucu, kamu
lucu sekali…"
Aku lega. Ternyata Bunga memaafkan aku.
Siapa Idolamu? 25
Tugas 2.2
"Aku minta maaf ya, tadi melempar kamu dengan boneka," katanya sambil
mengulurkan tangan.
Sejak saat itu, kami bersahabat. Teman-teman sekelas sering bermain
bersama kami di vila Bunga. Kami pun membentuk kelompok yang disebut
"B" yang berarti Botak. Walaupun yang botak hanya aku dan Bunga.

Sumber: Bobo No. 46/XXXIV, 22 Februari 2007


D. Metode Pembelajaran
   4. Cooperative Script

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1.      Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru menyapa siswa.
b.Guru mengecek kehadiran siswa.
c. Guru menyampaikan SK, KD dan Indikator yang ingin dicapai.
d.                     Guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang telah disampaikan sebelumnya.

2.      Kegiatan Inti (60 menit)
1.      Guru menjelaskan materi mengenai bercerita dengan urutan yang baik dengan memperhatikan suara dan lafal yang jelas.
2.      Guru memberikan contoh bercerita dengan urutan yang baik dengan memperhatikan suara dan lafal yang jelas.
3.      Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari dua siswa.
4.      Guru memberikan lembar tugas yang berupa sebuah cerita dan lembar penilaian
5.      Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
6.      Siswa yang sudah ditunjuk pertama kali sebagai pembicara, kedepan menyampaikan cerita yang sudah ditetapkan.
7.      Siswa yang berperan sebagai pendengar, menyimak/mengoreksi hasil kegiatan yang telah disampaikan pembicara.
8.      Siswa bertukar peran yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya kegiatan dilakukan seperti diatas.

3.      Kegiatan Penutup (20 menit)
1.      Guru mengoreksi kegiatan yang dilakukan siswa.
2.      Guru dan siswa menyimpulkan materi yang disampaikan.
3.      Guru menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.
4.      Guru menutup kegiatan dengan mengucapkan salam.

5.      Sumber Belajar
Aktif Berbahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VII oleh Dewi Indrawati dan Didik Durianto, hal= 29-31 dan Laptop
6.      Penilaian
No
Objek penilaian
Keterangan
Penilaian
1
Suara



Jelas

Kurang jelas

tidak jelas

80

50

30
2.
Penyampaian cerita.
Menarik

Kurang Menarik

Tidak menarik

80

50

30
3
Lafal


Jelas

Kurang jelas

Tidak jelas



80

50

30

Keterangan: nilai tertinggi         = 80
          Nilai terendah                            = 30

Mengetahui: Guru Mata Pelajaran,
Kepala Sekolah...................,

.............................................. .........
NIP. NIP.

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA== JIGSAW


MODEL PEMBELAJARAN BAHASA

Standar Kompetensi : Berbicara
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen).
Kompetensi Dasar     : Menemukan unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen.    
Indikator                    : 1. Siswa mampu menentukan unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen.
                                      2. Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur tersebut di depan kelas.
                                      3. Siswa mampu menentukan tokoh-tokoh dalam cerpen.
                                      4. Siswa mampu memberi tanggapan dalam isi cerpen.
Model pembelajaran : Model JIGSAW
Materi Pembalajaran :
·         Wacana sastra berupa buku-buku cerita pendek (cerpen)
Langkah-langkah :
1.      Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.      Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.      Guru memberi evaluasi
8.      Penutup



1.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw (tim ahli) merupakan salah satu tipe yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tipe jigsaw diterapkan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang teridiri dari 5 atau 6 siswa. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, dimana setiap anggota bertanggung jawan untuk mempelajari bagian-bagian tertentu dari pokok-pokok materi. Sebagai contoh topik materi “kegiatan perekonomian” seorang siswa mempelajari tentang produksi, siswa lain mempelajari konsumsi, siswa lain lagi mempelajari distribusi, dan siswa lainnya lagi mempelajari tentang harga, dan yang terakhir mempelajari keuntungan. Anggota dari berbagai kelompok yang mempelajari topik yang sama berkumpul untuk berdiskusi dan mempelajari topik bagiannya. Kumpulan dari siswa yang mempelajari satu topik yang sama ini dinamakan kelompok ahli (tim ahli). Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan apa yang telah dipelajari dari kelompok ahli tadi kepada anggota kelompok asal atau kelompknya sendiri. Untuk lebih jelas lihat ilustrasi dalam gambar berikut ini.
Kelompok Asal
(dibentuk dari kelompok asal siswa yang heterogen)Kelompok ahli terdiri dari satu siswa kelompok asal
Pada hakekatnya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengandalkan sesama teman sekelompoknya dalam memahami materi pembelajaran. Siswa bisa belajar dari sesama temannya dalam mempelajari suatu topik kajian. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa yang dikirim ke kelompok ahli, bertanggung jawab untuk mempelajari topik tertentu yang diberikan guru dan sekaligus membelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya. Dengan demikian siswa tersebut memiliki tanggung jawab mempelajari topik tertentu sampai memahami yang kemudian dibelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok belajar, karena belajar dalam model kooperatif ini harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif”, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka antar kelompok dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok (Slavin,2001). Disamping itu, pola hubungan kerjasama memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan agar berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsihnya pada kelompoknya. Menurut Stahl (2005) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menempatkan siswa sebagai bagian penting dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.
Jadi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengembangkan suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, rileks di antara anggota kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan-keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan saling percaya sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar, karena setiap saat mereka bisa melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar.
2.    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Tipe jigsaw atau tim ahli ini bisa menjadi alternatif yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terutama untuk melatih keterampilan sosial (social skill) dalam upaya mewujudkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial, yaitu: meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. Model ini memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan menghasilkan beberapa keunggulan dan nilai lebih dalam upaya pengembangan potensi diri siswa, yaitu: ( Stahl, 2005 )
1. Meningkatkan rasa tanggung jawab individu
2. Menumbuhkan ketergantungan yang bersifat positif
3. Memungkinkan terbinanya hubungan yang bersifat terbuka
4. Memungkinkan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial secara optimal
5. Melatih siswa untuk hidup bermasyarakat
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memfokuskan perhatian pada beberapa aspek, yaitu:
1. Penggabungan penggunaan tipe-tipe pembelajaran secara kelompok, seperti: formal
cooperative learning, informal cooperative learning, dan cooperative learning base on-
group.
2. Komponen-komponen dasar dalam bekerjasama, yaitu: ketergantungan yang positif,
interaksi langsung yang terbuka, kemampuan-kemampuan individual, keterampilan-
keterampilan sosial dan proses kerja kelompok.
3. Menumbuhkan suasana kerjasama rutin dalam kelas, seperti: penerapan model
pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran.
Disamping mendorong siswa dalam menuju ketercapaian tujuan, penerapan tipe jigsaw juga menumbuhkan kegairahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model tersebut menumbuhkan suasana pembelajaran yang dinamis, dimana siswa bukan hanya dijadikan obyek pembelajaran semata-mata melainkan juga sebagai tutor bagi siswa lainnya (Slavin, 2001). Hal ini karena setiap anggota kelompok memiliki dua tanggung jawab dasar, yaitu: (1) mempelajari dan memahami materi atau bahan ajar, (2) membantu teman belajarnya untuk mampu memahami dan mengerti seperti yang ada pada dirinya. Konsep tutor sebaya merupakan salah satu karakteristik tipe jigsaw, yaitu pada saat belajar secara kolaboratif dalam suasana kebersamaan di kelompok kecil, akan tumbuh berkembang interaksi yang positif di antara siswa. Selain itu, siswa bukan hanya berusaha memahami materi tetapi juga dituntut untuk mengembankan potensi dirinya secara optimal untuk kesuksesan kelompoknya.
2. Langkah-langkah Penerapan Tipe Jigsaw
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah peran guru dalam merancang struktur kelompok yang akan diterapkan pada siswa. Struktur kelompok yang teridiri dari 5 – 6 orang anggota tersebut harus bersifat hiterogen, sehingga pengenalan dan pemahaman guru terhadap siswa dan kelasnya sangat menentukan efektifitas dan produktifitas model ini, baik dalam perolehan hasil belajar maupun proses pelatihan dalam pengembangan keterampilan sosial siswa. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan tertulis yang diberikan guru. Misalnya dalam mempelajari topik “jenis-jenis pekerjaan”, seorang siswa mempelajari tentang jasa, siswa lainnya mempelajari produksi, siswa lainnya lagi mempelajari pegawai negeri sipil, sedangkan siswa lainnya lagi mempelajari pegawai swasta. Anggota kelompok lain yang temanya sama berkumpul membentuk kelompok sendiri, sehingga kelompok ini disebut kelompok ahli. Anggota kelompok ahli tersebut setelah kembali kepada kelompok asal menjadi nara sumber untuk tema yang dibahas pada kelompok ahli.
Berdasarkan konsepsi di atas, maka langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, secara umum dapat dijelaskan operasionalnya sebagai berikut: (Slavin, 2001 )
1. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Disamping itu, guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Lalu guru membentuk kelompok ahli yang anggotanya merupakan utusan dari masing-masing kelompok asal. Dalam merancang program, guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa dari masing-masing kelompok ahli yang mencerminkan sistem kerja kelompok kecil. Artinya bahwa materi dan tugas itu untuk dibelajarkan pada kelompok ahli dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok ahli. Untuk memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang dicapai dan diperlihatkan siswa. Hal ini perlu dikemukakan agar siswa memahami apa yang harus dikerjakan selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Langkah kedua, dalam kegiaan pembelajaran di kelas, guru membimbing dan mengarahkan masing-masing kelompok ahli tentang tema tertentu agar ketika kembali kepada kelompok asal, siswa dari kelompok ahli bisa memberi penjelasan pada teman-temannya di kelompok asal. Guru tidak lagi menyampaikan seluruh tema materi secara panjang lebar kepada seluruh kelompok karena pemahaman dan pendalaman materi akan dilakukan anggota tim ahli kepada kelompok asal. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi agar siswa memiliki wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat siswa belajar secara berkelompok, guru melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar obervasi yang telah dirancang sebelumnya.
3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru membimbing dan mengarahkan siswa baik secara individual maupun kelompok dalam hal memahami materi maupun sikap serta perilaku siswa selama kegiatan belajarnya. Pemberian pujian dan kritik membangun merupakan aspek yang penting untuk dilakukan guru pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individual maupun secara klasikal.
4. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini guru bertindak sebagai moderator. Dalam melakukan refleksi diri, guru tetap berperan sebagai mediator dan moderator aktif. Artinya, pengembangan ide, saran dan kritik terhadap proses pembelajaran harus diupayakan berasal dari siswa, kemudian barulah guru melakukan perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran dan kritik yang berkembang.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, guru harus mampu mengcover kehidupan masyarakat dalam suasana pembelajaran di kelas sehingga siswa mempunyai konsep dan merasakan suasana masyarakat yang sebenarnya. Dengan demikian siswa mampu memahami sedini mungkin realita masyarakat yang akan diterjuni kelak di kemudian hari.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dikembangkan dalam tulisan ini, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan, antara lain:
  1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa mempunyai kontribusi yang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar apabila guru memiliki kreatifitas kinerja yang profesional dalam mengembangkan pembelajaran di kelas.
  2. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan pemahaman materi, pengembangan sikap dan keterampilan sosialnya. Peningkatan hasil belajar siswa ini diperoleh dari suasana keterbukaan dan kepedulaian guru dalam mengembangkan iklim pembelajaran demokratis, terbuka, kooperatif dan kolaboratif akademik dalam iklim kemitraan.
  3. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif serta interaktif. Dalam model pembelajaran ini ada upaya peningkatan kegairahan, motivasi, dan keakraban antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya. Peran guru sebagai manager pembelajaran yang demokratis sangat menentukan aktifitas interaksi dan kreatifitas ber-interaktif.




Postingan Unggulan

Skenario Lolos Timnas Indonesia WC 2026

Ini yang harus di lalui indonesia agar bisa lolos wc 2026 2 Tim teratas di Ronde 2 ini akan lolos Ronde 3. Kemudian untuk Ronde 3 nantinya d...