Persembahan Angkatan
Oleh:
Eka Rahmady Hardianto
Malam
pentas seni segara dimulai Tanggal 20 Oktober 2011, pukul 19.00 WIB, kegiatan
tersebut di laksanakan di Aula Unpar. kegiatan tersebut masih dalam rangkaian kegiatan
penyuluhan. Panas terik matahari begitu terang menyinari siang hari, seakan
memberi pertanda bahwa persembahan gebyar-gebyar akan sukses. Ketika itu aku selesai
menjemur pakaian yang telah kucuci, tiba-tiba terdengar nada sms dari ponselku.
Segera langkahku perlahan meanghampiri ponselku, kuraih dan kubuka sms itu dan
ternyata sms tersebut dari kordinator persembahan kebyar-kebyar, Syamsul Rizal
namanya.
“Tolong
yang kelas B baik yang gebyar-gebyar atau sitkom tolong hadir ke aula sekarang.
Pengarah marah-marah karena tidak ada angkatan 2009 di aula Unpar untuk
mengikuti acara gladi resik” begitu bunyi sms yang dikirim padaku.
“Ya,
oke segera meluncur,” balas smsku.
Tak berpikir panjang lebar, segera
aku bergegas kuraih kunci motor, dan kuhidupkan mesin motor dan berangkat ke
aula. Setelah lima menit kusampai di aula. Aku berdiri di depan pintu aula dan
kulihat dalam ruangan ternyata telah penuh dengan peserta persembahan dari
berbagai angkatan. Langkahku berlanjut menuju kedepan, kulihat kanan dan kiri,
ternyata teman-teman seangkatanku belum satu pun yang hadir. Aku tahu bahwa
memang kelas A tidak bisa mengikuti acara gladi tersebut, karena mereka ada
ujian di kampus.
Aku beranjak keluar dari ruangan,
dan aku duduk bersandar di tiang gedung. Panas hari itu, menjadikan emosiku
meningkat. Segara kutelepon Rizal.
“Assalamualaikum,” ucapnya setelah
mengangkat telepon dariku.
“Walaikum Salam, Zal kita ini, jadi
ikut gladi tidak?” Ucapku dengan suara keras, berbalur dengan perasaan marah.
“Ya, jadi,” jawabnya dengan santai.
“Ayo cepat, acara sudah dimulai dari
tadi bentar lagi giliran kita,” sahutku dengan cepat.
“ Ya, ini lagi di jalan,” ucapnya.
“Ya !,” jawabku singkat dan langsung
saja kututup teleponku.
Singakat
cerita, kami akhirnya tidak mengikuti acara gladi tersebut, dikarenakan hanya
sebagian saja yang hadir.
Pukul
16.00 WIB, kami melakukan kesepakan untuk berkumpul di Aula. Persiapan cukup
baik kali ini, aku dan teman-temanku sudah mengenakan kostum kebesaran gebyar-gebyar
yaitu baju merah berkerah putih, celana putih dan memakai kopyah yang telah
diberi bros bendera merah putih yang berukuran kecil yang diletakkan disamping kanan
kopyah.
Detik-detik
yang mendebarkan akan segera dimulai, perasaanku gugup dan tegang
menggelayutiku. Aku pun merefleksikan diriku dengan mengusap-usap kedua telapak
tanganku, sambil menarik napas dan menghembuskannya.
“Kenapa
aku jadi tegang begini ya,? pikirku dalam hati.
“Kenapa
Eka, kamu kok kelihatan tegang gitu.
ucap Rizal padaku, sembari menepuk pundakku.
“Ah,
kamu ini Zal, aku nggak tegang kok, santai saja, he…he…he…”ucapku
menbela diri.
“Rizal,
aku minta maaf ya, atas ucapanku tadi di telepon?” ucapku kembali padanya.
“Oh
ya, tidak apa-apa sudah aku maafin kok,”
ucapnya padaku.
Kami dan para pengarah, selanjutnya
melakukan doa bersama membentuk lingkaran, berpegang tangan untuk menyatukan
hati dan pikiran kita. Semoga penampilan hari ini dapat memuaskan hati para
undangan dan khususnya penanggung jawab kegiatan Bapak Lukman. Pesan yang disampaikan
kakak-kakak pengarah yang aku ingat adalah jangan ingin menjadi yang terbaik,
tetapi tunjukkan yang terbaik, begitulah ungkapan yang disampaikan.
Penampilan sudah kami lalui tinggal menunggu
hasil penilaian dari bapak Likman. Kami duduk berkumpul satu angkatan, menunggu
dengan cemas, suasana tegang ketika bapak membacakan penilaian.
Secara keseluruhan penampilan
gebyar-gebyar bagus, dari segi kostum, kekompakan, suara dan arasemen misik,
wow…sangat bagus. Ucapnya dengan tegas.
“Ye…ye…ye…” ucapku dan teman-temanku
semua. Kami langsung saja berdiri dari tempat duduk, bersorak kegirangan.
“Tetapi!” ucap bapak kembali.
Seketika kami terdiam lesu.
“Karena pembacaan yang tiga orang
itu, khususnya Supian Sugiman. Suaranya melengking tetapi hilang, bapak memberi
kalian nilai delapan,” ucapnya lagi. Seketika kami pun tetap bergembira.
Penampilan kami memang memikat
penonton, tetapi tentunya ada sedikit kekurangannya. Hal tersebut akan menjadi
pelajaran dikemudian hari, agar lebih baik kedepanya. Ucapan terima kasih aku
ucapkan kepada dan kakak-kakak pengarah yang setiap hari mau mengarahkan kemi
dan teman-temanku yang selalu bersatu, semoga hal itu akan terus ada dalam diri
kita. Tantangan kita masih ada teman, satukan hati, bentuk kesatuan yang kuat
untuk kesatuan angkatan 2009.
Kampus PBSI FKIP Unpar 2011