24 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Kesimpulan dan Refleksi


Koneksi antar materi adalah penguasaan pemahaman calon guru penggerak (CGP) terhadap materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan materi awal sampai dengan materi yang terakhir.

Penyampaian keterkaitan materi itu menandakan sejauh mana penguasaan dan pemahaman terhadap materi tersebut. CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.

Konsep Coaching secara Umum: Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” (International Coach Federation -ICF).

Coaching dalam Konteks Pendidikan: Tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

Paradigma Berfikir Coaching: Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, pentingnya perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu.

Paradigma tersebut adalah (1) Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, 

(2) Bersikap terbuka dan ingin tahu, 

(3) Memiliki kesadaran diri yang kuat, 

(4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Prinsip Coaching: (1) Kemitraan adalah posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara dalam coaching, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah.

Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. (2) Proses kreatif adalah dilakukan melalui percakapan, yang dua arah, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.

(3) Memaksimalkan potensi adalah memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.

Kompetensi Inti Coaching: 

(1) Mengajukan pertanyaan berbobot adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot.

Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.

(2) Mendengarkan dengan aktif adalah kemampuan untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucap.

(3) Kehadiran penuh (presence) adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh pada coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presense sehingga badan, pikiran, hati, selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.

Alur Percakapan TIRTA: Tirta berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Sebagai seorang coach salah satu peran terpentingnya adalah membantu coachee.

TIRTA terdari dari Tujuan awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee. Identifikasi dimana coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi.

Rencana Aksi dimana pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat. Tanggungjawab dimana membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching: Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.

Prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan guru, konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana, reflektif, objektif, informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik.

Sedangkan pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen.

Dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Tahap tindak lanjut, berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai kegiatan.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Emosi yang dirasakan adalah termotivasi untuk lebih giat belajar mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin banyak melakukan praktik coaching maka akan semakin terasah kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Terdapat tantangan untuk menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat agar mendapatkan ketrampilan coaching untuk supervisi akademik. Hal yang sudah baik adalah memperoleh pemahaman dan pencerahan tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya.

Hal yang perlu diperbaiki adalah langkah-langkah yang baik dan bijak pada mengajukan pertanyaan yang berbobot kepada coachee. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah mengoptimalkan kekuatan diri sebagai seorang pendidik yang mampu menjadi coach dan melakukan coaching bagi orang-orang di lingkungan sekitar.

Keterkaitan materi modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dan modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), jika dihubungkan dengan materi coaching maka pembelajaran berdiferensiasi dimana guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang terdiri dari kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa.

Langkah untuk memetakan kebutuhan individu siswa tersebut, guru bisa berperan sebagai coach untuk melakukan proses coaching dengan siswa sebagai coachee. Hal tersebut mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa sehingga akan menemukan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan individu siswa.

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah untuk menumbukan kompetensi tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada diri siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena kompetensi sosial emosional tersebut dapat diterapkan oleh guru dalam proses coaching kepada siswa.

Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat 4 macam paradigma berpikir coaching, yaitu:

(1) fokus pada coachee (rekan yang akan dikembangkan,

(2) bersikap terbuka dan ingin tahu,

(3) memiliki kesadaran diri yang kuat, dan

(4) mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Di dalam pelaksanaan harus memperhatikan 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah, yaitu:

(1) kehadiran penuh (presence),

(2) mendengarkan aktif (menyimak), dan

(3) mengajukan pertanyaan berbobot.

Salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.

RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask. Dimana R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan.

A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan kata. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain.

S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee.

A (Ask/Tanya), coach mengajukan pertanyaan berbobot berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing), membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya, hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi, dan pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana dan hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”.

Jika keterampilan coaching sudah meningkat maka pengembangan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran akan meningkat pula. Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.

Demikian hasil kesimpulan dan refleksi kami terhadap modul 2.3 Matari tentang coaching. Semoga bermanfaat. Semoga kita akan terus bersemangat untuk mempersiapkan calon generasi emas Indonesia. Amin.

Salam Semangat dan bahagia, Bapak/Ibu Guru Hebat!

 

 

Penulis: Eka Rahmady Hardianto

Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Seruyan

Kata Baku dan Tidak Baku

           DALAM percakapan sehari-hari, kita sering menggunakan kata baku dan kata tidak baku. Penggunaan kata baku harus sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia.Kata baku adalah kata yang penggunaannya sudah sesuai ejaan dan aturan pedoman bahasa Indoneisa yang baik dan benar. Ini bersumber kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku yang digunakan harus sesuai dengan EYD atau Ejaan yang Disempurnakan. Biasanya kata baku digunakan dalam kegiatan atau hal-hal yang resmi, seperti dalam bentuk surat maupun naskah pidato.Kata tidak baku adalah kata yang penulisannya tidak sesuai pedoman Bahasa Indonesia. 

Kata tidak baku biasanya digunakan pada kalimat-kalimat dalam percakapan sehari-hari karena terkesan santai dan tidak kaku.
Ciri-ciri kata baku
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu. 
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing. 
3. Bukan bahasa percakapan. 
4. Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit. 
5. Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat. 
6. Kata baku bukan kata rancu. 
7. Kata baku tidak mengandung hiperkorek. 
8. Tidak mengandung pleonase.

Ciri-ciri kata tidak baku
1. Umumnya digunakan dalam bahasa sehari-hari. 
2. Dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa asing tertentu. 
3. Dipengaruhi dengan perkembangan zaman. 4. Bentuknya dapat berubah-ubah. 
5. Memiliki arti yang sama, meski terlihat beda dengan bahasa baku.

Contoh kata baku dan tidak baku
1. Fondasi - Pondasi.
2. Frasa - Frase.
3. Geladi - Gladi.
4. Gizi - Giji.
5. Gua - Goa.
6. Gubuk - Gubug.
7.    Hektare - Hektar. 
8.    Hierarki - Hirarki. 
9.    Higienis - Higenis. 
10.    Ijazah - Ijasah. 
11.    Durian - Duren. 
12.    Efektif - Efektip. 
13.    Efektivitas - Efektifitas. 
14.    Ekosistem - Ekosistim. 
15.    Ekspor - Eksport. 
16.    Ekstra - Extra. 
17.    Ekstrakurikuler - Ekstrakulikuler. 
18.    Ekstrem - Ekstrim. 
19.    Elite - Elit. 
20.    Favorit - Pavorit. 
21.    Februari - Pebruari. 
22.    Abjad - Abjat.  
23.    Akhirat – Akherat 
24.    Aksesori - Asesoris. 
25.    Aktif - Aktip. 
26.    Akuarium - Aquarium. 
27.    Aluminium - Almunium. 
28.    Ambulans - Ambulan. 
29.    Analisis - Analisa. 
30.    Antena - Antene. 
31.    Antre - Antri. 
32.    Anugerah - Anugrah. 
33.    Azan - Adzan. 
34.    Afdal - Afdol. 
35.    Agamais - Agamis. 
36.    Ajek - Ajeg. 
37.    Adjektif - Ajektif. 
38.    Aktual - Aktuil. 
39.    Balsam - Balsem. 
40.    Batalion - Batalyon. 
41.    Baterai - Batere.  
42.    Baka - Baqa. 
43.    Barzakh - Barzah. 
44.    Batalion - Batalyon. 
45.    Batil - athil. 
46.    Bazar - Bazaar. 
47.    Becermin - Bercermin. 
48.    Besok - Esok. 
49.    Blanko - Blangko. 
50.    Boks - Bok. 
51.    Bosan - Bosen. 
52.    Bus - Bis. 
53.    Cabai - Cabe. 
54.    Capai - Capek. 
55.    Cedera - Cidera. 
56.    Cendekiawan - Cendikiawan. 
57.    Cengkih - Cengkeh. 
58.    Cinderamata - Cenderamata. 
59.    Cokelat - Coklat. 
60.    Daftar - Daptar. 
61.    Derajat - Derajad. 
62.    Desain - Desaign. 
63.    Detail - Detil. 
64.    Detergen - Deterjen. 
65.    Diagnosis - Diagnosa. 
66.    Ikhlas - Ihlas. 
67.    Indera - Indra. 
68.    Jagat - Jagad. 
69.    Jemaah - Jamaah. 
70.    Jenderal - Jendral. 
71.    Karier – Karir. 
72.    Kategori - Katagori. 
73.    Komplet - Komplit. 
74.    Kreativitas - Kreatifitas. 
75.    Kuitansi - Kwitansi. (OL-14)

23 Maret 2023

Gerhana Matahari Total di Bulan Ramadhan Tahun 2023


Gerhana Matahari Terjadi pada Bulan Ramadan Tahun Ini, Catat Tanggal dan Waktunya

MALANG, Tim Astrofotografi Universitas Brawijaya (UB) memperkirakan bulan Ramadan tahun ini akan terjadi gerhana matahari.
Sebab terjadi konjungsi matahari dan bulan menjelang 1 Syawal 1444, dari penelitian yang dilakukan tim Astrofotografi UB yang terdiri Eka Maulana, Waru Djuriatno, M Aswin, A A Razak, dan beberapa Pranata Laboratorium Fakultas Teknik.
Menurut Eka Maulana, gerhana matahari total dapat diamati di Indonesia bagian timur hingga tengah. Sedangkan gerhana matahari parsial (sebagian) dapat diamati dari Indonesia bagian tengah hingga bagian barat.
"Fenomena gerhana matahari diperkirakan akan terjadi pada tanggal 20 April 2023," kata Eka Maulana, dikonfirmasi pada Rabu pagi (22/3/2023).
Nantinya masyarakat yang berada pada daerah Indonesia bagian barat khususnya di Kota Malang, dikatakan Eka dapat menyaksikan gerhana matahari parsial pada 20 April 2023 mulai pukul 9.28 WIB hingga pukul 12.22 WIB.
"Puncak gerhana matahari terjadi pukul 10.52 dengan tingkat magnitute gerhana 67 persen Total Waktu gerhana 2 jam 55 menit," ujarnya.

Terjadinya gerhana matahari berpotensi dapat menyebabkan berkurangnya intensitas radiasi inframerah matahari yang jatuh ke lapisan ionosfer bumi. 

Fenomena ini memungkinkan menurunnya jumlah foton yang merupakan gelombang elektromagnetik yang berada diatas bumi. 

Di mana sifatnya sebagai gelombang elektromagnetik ini berperan sebagai media transmisi dalam pengiriman sinyal satelit, radio, handphone, maupun sinyal perangkat komunikasi sejenis lainnya. 

"Jika perangkat-perangkat komunikasi ini tidak diset dengan ambang batas toleransi perubahan intensitas radiasi ini maka ada peluang akan terpengaruh dalam pengiriman datanya. Perubahan radiasi ini besar kemungkinan juga dapat dirasakan oleh makhuk hidup lain yang peka terhadap perubahan intensitas gelombang elektromagnetik seperti hewan melata, burung, maupun jenis tanaman tertentu," tuturnya.

Meghadapi fenomena ini, Eka dan tim menyarankan untuk selalu waspada terhadap segala bentuk perubahan iklim, cuaca, maupun fenomena alam lainnya. 

Berlangsung Hari Ini, Begini Proses Terjadinya Gerhana Matahari Cincin
"Bahwa adanya fenomena-fenemena ini adalah tanda-tanda alam dari sang Pencipta yang mestinya kita ambil pelajaran serta hikmahnya. Disarankan melihat gerhana matahari dengan filter matahari, sehingga tidak secara langsung radiasi sinar ini mengenai mata kita," ujarnya.

Sumber: https://www.celebrities.id/read/gerhana-matahari-terjadi-pada-bulan-ramadan-tahun-ini-catat-tanggal-dan-waktunya-jE009S

02 Februari 2023

Laporan Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif di Sekolah


LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4

EKA RAHMADY HARDIANTO. CGP ANGKATAN 7. KAB.SERUYAN

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Fasiliatator : Yogyantoro

Pendamping : Kristomos Ebenezer Silalahi

JUDUL AKSI NYATA

“ Diseminasi Pemahaman dan Pengalaman Penerapan Budaya Positif

A. LATAR BELAKANG

Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia. Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar peserta didik mampu berfikir, bertindak, dan mencipta secara merdeka, mandiri, dan bertanggungjawab.

Kesadaran akan penerapan disiplin diri siswa belum berdasarkan motivasi internal, posisi kontrol gurupun belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai penghukum dan pembuat siswa merasa bersalah Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan siswa-siswa yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi internal. Siswa yang memiliki disiplin diri berarti mampu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Langkah Langkah yang bisa Kita lakukan untuk membiasakan budaya positif adalah dengan,mendiskusikan keyakinan sekolah dan keyakinan kelas serta menerapkan proses segitiga restitusi. Dengan mengikuti langkan Langkah restitusi guru bisa membimbing siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, meyadari kesalahan dan mencari sendiri solusi yang nyaman

B. TUJUAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam tindakan nyata ini adalah sebagai berikut:

Terwujudnya visi sekolah melalui penerapan budaya positif. Terbentuknya karakter disiplin yang kuat. Menumbuhkan dan membiasakan budaya positif dengan keyakinan Kelas Menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui penerapan restitusi dan posisi control sebagai manajer

C. TOLAK UKUR

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :

Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Keyakinan kelas ini dibentuk dan disepakati oleh peserta didik bersama walikelas. Konsistensi peserta didik dan walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas. Teraplikasikannya proses segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi kontrol sebagai manajer

D. LINIMASA YANG DILAKUKAN

1. Membuat perencanaan aksi nyata dengan mengkomunikasikannya kepada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, serta seluruh dewan guru yang terlibat.

2. Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada wali kelas dan rekan sejawat.

3. Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas.

4. Mendokumentasikan Setiap Kegiatan.

5. Melakukan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

6. Melakukan Layanan Restitusi..

7. Penerapan Disiplin Positif.

8. Mengevaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.

9. Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk artikel yang dimuat di PMM, Youtube, Portofolio Guru, dan Blog Pribad.

E .HASIL AKSI NYATA.

Pelaksanaan aksi nyata ini mendapatkan hasil yang sangat baik, dan sangat bermanfaat terutama bagi CGP sendiri dan rekan guru. Terlihat Rekan guru sangat antusias mengikuti sosialisasi yang menurut mereka sangat relevan dengan tugas sebagai seorang pendidik terutamam setelah di gaungkannya merdeka belajar oleh Bapak Menteri Pendidikan.

Begitu juga halnya Dengan terbentuknya keyakinan kelas, siswa merasa bertanggung jawab untuk menjalankan keyakinan kelas tersebut, sehingga terciptanya budaya positif

F. KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN.

Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya tidak terlepas dari kata keberhasilan dan kegagalan. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada aksi nyata modul “ Budaya Positif”, keberhasilan yang diperoleh yaitu terbentuknya keyakinan kelas, Segi tiga restitusitelah dilakukan pada beberapa kasus dan sosialisasi pada rekan sejawat telah dilakukan.

Sedangkan kegagalan yang terjadi selama pelaksanaan aksi nyata ini adalah masih belum bisa diterapkannya restituusi pada sebagain siswa, karena CGP sendiri mengajara pada beberapa kelas yang jumlah siswanya banyak. Kegagalan yang kedua, masih adanya siswa yang belum pahan akan pelaksanaan keyakina kelas sepenuhnya,Sedangkan kegiatan sosialisasi tidak bisa dilakukan kepada seluruh rekan guru dikarenakan banyaknya rekan guru yang memiliki kesibukan yang berbeda.

G. RENCANA PERBAIKAN

Rencana perbaikan dan pengembangan di masa yang akan datang yaitu dengan melaksanakan kegiatan perbaikan dan solusi untuk meminimalisir kekurangan tersebut diantaranya adalah berusaha semaksimal mungkin agar semua kelas dapat membentuk keyakinan kelas sehingga budaya positif bisa tercipta.

 DOKUMENTASI KEGIATAN 











Dokumentasi Desiminansi Aksi Nyata

Dokumentasi Aksi Nyata Penerapan Segitiga Restitusi


Dibawah Ini Dokumentasi Pembentukan Keyakinan Kelas






Kami Memohon kesediaan bapak/ibu untuk memberikan Umpan Balik, Terhadap Aksi yang telah kami lakukan. Semoga sebagai bahan motivasi dan refleksi kami untuk belajar lebih baik lagi kedepannya.

Terima kasih. 


Portofolio Guru 

https://sites.google.com/guru.sd.belajar.id/eka-rahmady-hardianto-s-pd/beranda








01 Februari 2023

Pengertian 3 sisi dari Segitiga Restitusi.

 


3 sisi dari Segitiga Restitusi.

 Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:

Langkah

Teori Kontrol

 

1

Menstabilkan Identitas
Stabilize the Identity

Kita semua akan melakukan hal terbaik
yang bisa kita lakukan

2

Validasi Tindakan yang Salah
Validate the Misbehaviour

Semua perilaku memiliki alasan

3

Menanyakan Keyakinan
Seek the Belief

Kita semua memiliki motivasi internal

Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi. Langkahlangkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu secara kaku. Banyak guru yang
sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing
bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi

 

1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang
yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang
melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang
sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap
membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita
harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
● Berbuat salah itu tidak apa-apa.
● Tidak ada manusia yang sempurna
● Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
● Kita bisa menyelesaikan ini.
● Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin
mencari solusi dari permasalahan ini.
● Kamu berhak merasa begitu.
● Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Kalau kita mengatakan kalimat-kalimat diatas, akan sangat sulit, bahkan hampir tidak
mungkin, buat anak untuk tetap membangkang. Para guru yang bertugas mengawasi
anak-anak saat mereka bermain di halaman sekolah, menyatakan bahwa bila mereka
mengatakan kalimat tersebut yang mungkin hanya butuh 30 detik, bisa mengubah
situasi yang sulit menjadi kooperatif.
Ketika seseorang merasa sedih dan emosional, mereka tidak bisa mengakses bagian otak
yang berfungsi untuk berpikir rasional, seperti yang Bapak Ibu CGP telah pelajari di
modul 1.2 tentang konsep otak 3-in-1 (Triune). Saat itulah ketika kita harus menstabilkan
identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita
sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses
belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak yang berbuat salah terus berfokus pada
kesalahannya. Ada 3 alasan untuk ini, pertama rasa bersalah menguras energi. Rasa
bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk
mencari penyelesaian masalah. Kedua, ketika kita merasa bersalah, kita mengalami
identitas kegagalan. Dalam kondisi ini, orang akan cenderung untuk menyalahkan orang
lain atau mempertahankan diri, daripada mencari solusi. Ketiga, perasaan bersalah
membuat kita terperangkap pada masa lalu dimana kita sudah tidak bisa berbuat apaapa lagi. Kita hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.

 

Sisi 2: Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior)
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar.
Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan
bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki
maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan
mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang
mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang
terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah
memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar
asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan
memvalidasi kebutuhan mereka.
● “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
● “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
● “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu
yang penting buatmu”.
● “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap
yang baru.”
Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori
kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan
memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada, namun
sebetulnya tujuannya untuk menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik
tindakan murid.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap
yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa
setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran
aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan/power walaupun
seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan kasih sayang
dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang berbuat salah,
dia akan tetap menjadi bagian dari masalah, namun bila kita memahami alasannya
melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.
Para guru yang telah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang
tadinya tidak terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini
menguntungkan bagi murid dan guru karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan
karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.

 

 

Sisi Ketiga: Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika
identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi
(langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya,
dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga.
● Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
● Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
● Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
● Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka
inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya
menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika
mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas
tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap
fokus pada gambaran tersebut.