19 Oktober 2024

Kuliah Umum Webinar Peserta Pembatik 2024

Kuliah Umum Webinar Peserta Pembatik 2024

    Pada Hari Sabtu yang cerah di tanggal 19 Oktober 2024, para peserta Program Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pembatik) mengikuti kuliah umum yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting. Acara ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan penting bagi mereka dalam memperdalam pemahaman tentang pengajaran berbasis teknologi bagi Para Guru yang lolos di level 4 .

    Saat jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, para peserta sudah mulai bergabung di ruang virtual. Di layar laptop mereka, tampak senyum dan semangat terpancar dari wajah-wajah para guru yang tersebar dari berbagai penjuru Indonesia. Sebagian dari mereka bahkan memasang latar belakang bertema Inovasi pembelajaran digital dengan pemanfaatan AI untuk menambah semarak suasana webinar tersebut.

    Para pemateri menyampaikan materi sangat baik dan menginspirasi dari aksi-aksi dan karya yang mereka sampaikan. Webinar berlangsung dengan lancar, diiringi diskusi yang menarik. Para peserta saling berbagi pengalaman mereka melalui fitur chat, menciptakan suasana kolaboratif yang inspiratif. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, menandakan sesi kuliah umum harus segera berakhir.

    Moderator menutup acara dengan mengingatkan peserta untuk memanfaatkan ilmu yang didapatkan dalam pembelajaran mereka di sekolah masing-masing. "Semoga materi hari ini bisa menjadi bekal berharga bagi Bapak dan Ibu guru untuk terus berinovasi dalam pengajaran. 

    Setelah Zoom Meeting berakhir, para peserta tampak puas dan terinspirasi. Mereka merasa siap untuk menerapkan pengetahuan yang baru saja mereka dapatkan, membawa pendidikan di Indonesia semakin maju melalui teknologi.

    Begitulah, melalui webinar ini, para guru peserta Pembatik 2024 belajar dan berbagi, semakin percaya diri untuk memanfaatkan teknologi dalam pengajaran, demi pendidikan yang lebih baik di masa depan.

Berikut dokumentasi 

Link webinar : Klik disini













17 Oktober 2024

Refleksi Kegiatan Kelas Sinkronus Pembatik Level 4

 Refleksi Kegiatan Kelas Sinkronus Pembatik Level 4



        Pada hari Kamis, 17 Oktober 2024, saya berkesempatan mengikuti kegiatan Kelas Sinkronus Pembatik Level 4 Kalimantan Tengah yang diselenggarakan melalui platform Google Meet dari pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga, terutama dalam memperdalam pemahaman tentang topik dan materi di level 4 yang ada 3 bab yang harus dipelajari.

    Selama kegiatan, narasumber menyampaikan materi dengan jelas dan interaktif, sehingga seluruh peserta dapat mengikuti dan memahami setiap poin yang disampaikan. Diskusi yang terjadi selama sesi juga membuka wawasan baru bagi saya, terutama terkait implementasi teknologi dalam pembelajaran di sekolah dan pengimbasan berbagi praktik baik baik secara tatap muka atau tatap maya.

    Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada narasumber dan fasilitator yang telah membagikan ilmu dan pengalaman mereka. Materi yang diberikan sangat inspiratif dan menambah motivasi untuk terus mengembangkan diri serta memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran.  

    Harapan saya ke depannya, semoga saya dapat menyelesaikan seluruh tugas dan kewajiban di Level 4 ini dengan baik. Saya juga berharap bisa menerapkan ilmu yang didapatkan dalam kegiatan ini untuk mendukung inovasi pembelajaran di lingkungan sekolah.  

Terima kasih atas kesempatan dan dukungan dalam kegiatan ini. Semoga seluruh peserta bisa mencapai hasil yang optimal dan membawa dampak positif bagi pendidikan.  


Salam hangat, dari saya

[Eka Rahmady Hardianto]  

Sahabat teknologi Kalimantan Tengah Tahun 2024


Dokumentasi kegiatan

















29 September 2024

Kisah Aminah dan Muhammad Kecil






Allahumma shalli alaa Muhammadinin 'abdika wa rosulika nabiyyil ummi wa'alaa aalihii wa sallim
-Kisah Aminah dan Muhammad Kecil-
Aminah binti Wahab adalah ibu dari Nabi Muhammad SAW, seorang wanita mulia dari suku Quraisy. Beliau menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pemuda yang berasal dari keluarga terhormat di Mekkah. Saat Aminah mengandung Nabi Muhammad, suaminya Abdullah meninggal dunia dalam perjalanan dagang ke Suriah. Walaupun kehilangan suami, Aminah tetap tegar dan melahirkan Muhammad dalam keadaan yatim. Nabi Muhammad dilahirkan pada 12 Rabiul Awal di Mekkah, dan sejak kecil diasuh oleh ibunya dengan penuh kasih sayang. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Aminah memberikan teladan yang baik dan menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anaknya.
Saat Nabi Muhammad berusia sekitar enam tahun, Aminah memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Yatsrib (Madinah) bersama putranya untuk mengunjungi keluarga. Dalam perjalanan pulang, Aminah jatuh sakit dan meninggal di tempat yang bernama Abwa. Kepergian ibunya merupakan kehilangan besar bagi Nabi Muhammad yang saat itu masih sangat muda. Sepeninggal Aminah, Nabi diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, kemudian oleh pamannya, Abu Thalib. Kisah Aminah menunjukkan betapa besar peran seorang ibu dalam membentuk karakter anak, terutama bagi Nabi Muhammad yang kelak menjadi Rasulullah dan membawa risalah Islam bagi umat manusia.

28 September 2024

Refleksi Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

Perkenalkan

Saya Eka Rahmady Hardianto, S.Pd.

Kelas 47. Dari Kab. Seruyan_Prov. Kalimantan Tengah

Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

Dalam perjalanan saya sebagai seorang pendidik, pemanfaatan teknologi telah menjadi bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Beberapa platform teknologi yang telah saya gunakan antara lain Canva for Education, Google Sites, Wordwall, Kahoot, dan Google Classroom. Berikut refleksi saya terkait pengalaman dalam mengaplikasikan teknologi-teknologi ini:

1. Canva for Education

Canva for Education memberikan kesempatan bagi saya untuk menciptakan konten pembelajaran yang lebih menarik dan visual. Desain materi pembelajaran menjadi lebih interaktif, dengan infografis, presentasi, dan poster yang menarik perhatian siswa. Penggunaan Canva tidak hanya membantu saya dalam menyampaikan materi dengan lebih jelas, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi dan mengembangkan keterampilan desain grafis mereka. Ini menjadi penting dalam era di mana literasi visual semakin dibutuhkan.

Pengembangan ke depan: Saya ingin mengeksplorasi fitur kolaborasi di Canva yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam proyek desain, sehingga mereka bisa belajar bekerja dalam tim secara online.

2. Google Sites

Google Sites saya manfaatkan untuk membuat website kelas yang berfungsi sebagai pusat informasi bagi siswa dan orang tua. Dalam website ini, saya menyajikan materi pembelajaran, tugas, jadwal, serta pengumuman yang mudah diakses kapan saja oleh siswa. Penggunaan Google Sites meningkatkan transparansi dan komunikasi, memudahkan koordinasi, dan memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih terstruktur.

Pengembangan ke depan: Saya berencana untuk lebih memperkaya konten dalam Google Sites dengan integrasi video pembelajaran, kuis interaktif, serta forum diskusi, sehingga lebih banyak elemen pembelajaran digital yang dapat diakses siswa secara mandiri.

3. Wordwall

Wordwall menjadi alat yang sangat efektif untuk membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan melalui permainan edukatif. Dengan Wordwall, saya dapat membuat kuis, teka-teki, dan game interaktif yang memudahkan siswa dalam memahami konsep pembelajaran. Pengalaman saya menunjukkan bahwa Wordwall efektif meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa, terutama dalam sesi review materi sebelum ujian.

Pengembangan ke depan: Saya ingin lebih sering menggabungkan Wordwall dalam pembelajaran kolaboratif, di mana siswa dapat membuat permainan sendiri berdasarkan materi yang sudah dipelajari, sehingga mereka tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga kreator.

4. Kahoot

Kahoot menjadi salah satu platform favorit siswa untuk kuis interaktif. Fitur kompetisi yang ada di Kahoot menciptakan suasana pembelajaran yang seru dan dinamis, di mana siswa berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi. Ini sangat membantu dalam mengukur pemahaman siswa secara cepat, serta memperkuat materi dengan cara yang menyenangkan.

Pengembangan ke depan: Saya ingin lebih sering menggunakan Kahoot sebagai alat evaluasi formatif dan memberikan umpan balik real-time kepada siswa. Selain itu, saya ingin mengajak siswa membuat pertanyaan Kahoot untuk teman-teman mereka, sehingga mereka terlibat lebih dalam dalam proses pembelajaran.

5. Google Classroom

Google Classroom telah menjadi platform utama saya dalam mengelola tugas, memberikan materi, dan berkomunikasi dengan siswa. Keunggulannya dalam menyederhanakan alur pengumpulan tugas, pemberian nilai, dan feedback memudahkan saya mengelola kelas secara efisien. Google Classroom juga memungkinkan saya untuk memberikan materi dalam berbagai format, seperti video, dokumen, atau link, yang memperkaya pengalaman belajar siswa.

Pengembangan ke depan: Saya berencana untuk lebih memaksimalkan fitur rubrik penilaian di Google Classroom, sehingga siswa bisa memahami kriteria penilaian tugas secara lebih jelas. Saya juga ingin meningkatkan kolaborasi antar siswa dengan fitur Google Drive yang terintegrasi untuk proyek kelompok.

Kesimpulan

Penggunaan berbagai teknologi ini telah memberi dampak positif dalam pembelajaran, baik dari segi peningkatan engagement siswa maupun efisiensi dalam manajemen kelas. Ke depan, saya akan terus mengeksplorasi potensi teknologi pendidikan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif, inklusif, dan efektif. Melalui pemanfaatan teknologi ini, saya berharap dapat mengembangkan keterampilan siswa secara holistik, mempersiapkan mereka untuk dunia yang semakin digital.

Postingan terakhir yang saya buat link sebagai berikut

1.      https://wordwall.net/resource/78332238

2.      https://www.canva.com/design/DAGRqkIKnLQ/TZAtLkaTCPDAvgHUXEHebg/view?utm_content=DAGRqkIKnLQ&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=viewer

3.      https://sites.google.com/guru.sd.belajar.id/eka-rahmady-hardianto-s-pd/beranda

4.      https://classroom.google.com/c/NTY4MzQ2OTkxMDA1?cjc=ppamzl6



#   BLPTKemendikbudristek
#MerdekaBelajar
#PembaTIK2024
#SahabatTeknologiKemendikbudristek
#PlatformMerdekaMengajar 







03 Agustus 2024

Pembelajaran Berdiferensiasi : Manfaat, Tantangan, dan Langkah Penerapan

 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang semakin populer dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh guru maupun orang tua yang semakin menyadari bahwa perbedaan kebutuhan antara satu siswa dengan siswa lainnya, merupakan hal penting yang tidak boleh disepelekan. Mereka juga menyadari pentingnya memberikan pembelajaran yang sesuai dengan preferensi belajar masing-masing siswa agar siswa dapat mencapai potensi terbaiknya.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, setiap siswa dilihat sebagai sosok yang unik dan memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Oleh karena itu, sebaiknya pembelajaran yang mereka dapatkan di sekolah tidak disamaratakan begitu saja. 

Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai pengertian pembelajaran berdiferensiasi, manfaat, tantangan, serta langkah penerapan yang bisa dilakukan oleh guru dan sekolah. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat membantu siswa untuk mencapai potensi belajar mereka secara lebih efektif dan optimal.

Apa Itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah metode pengajaran di mana guru menggunakan berbagai cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan individu setiap siswa sesuai dengan karakteristik, tingkat kemampuan, minat, dan gaya belajar mereka. Tujuan utama dari pembelajaran berdiferensiasi adalah menciptakan pengalaman belajar yang lebih sesuai dan efektif untuk setiap siswa, sehingga mereka dapat mencapai potensi maksimal mereka.

Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa mengenali kebutuhan para siswa yang berbeda-beda, kemudian merancang metode ajar yang paling efektif bagi mereka. Adanya pembelajaran berdiferensiasi juga membantu guru mengatasi kesenjangan belajar serta memberikan dukungan yang tepat kepada setiap siswa. Siswa pun dapat lebih termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi mencakup tiga hal berikut: 

1. Pertumbuhan yang Merata untuk Semua Siswa

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi yang pertama adalah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang merata bagi semua siswa. Oleh karena itu, setiap guru diharapkan mampu memotivasi dan mendukung siswa untuk mencapai potensi belajar yang maksimal secara individual.

2. Pembelajaran yang Menyenangkan

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi yang kedua adalah untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi para siswa. Dengan mengadopsi beragam strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa, maka pembelajaran tersebut tentunya akan terasa lebih menyenangkan dan lebih mudah untuk diterima para siswa.

3. Pembelajaran yang Dipersonalisasi

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi yang ketiga adalah untuk menciptakan pembelajaran yang dipersonalisasi. Artinya, pembelajaran akan berpusat dan terfokus pada kebutuhan masing-masing siswa di mana guru mengembangkan materi pelajaran berdasarkan pengetahuan, preferensi belajar, dan minat mereka.

Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

1. Fokus pada siswa

Pembelajaran berdiferensiasi berfokus pada kebutuhan, minat, dan gaya belajar individu siswa. Selain itu, guru menjadi fasilitator yang membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka dan siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran dan diberi pilihan untuk belajar dengan cara yang mereka sukai.

2. Fleksibel dan adaptif

Sistem yang fleksibel sehingga guru dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa yang terus berkembang. Berbagai metode pembelajaran, sumber daya, dan aktivitas digunakan untuk gaya belajar yang nyaman.

3. Proses belajar berkelanjutan

Proses belajar dan mengajar yang berkelanjutan didasarkan pada penilaian dan umpan balik yang berkelanjutan. Guru akan menilai pemahaman siswa dan menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan. Siswa juga terlibat dalam proses penilaian diri dan refleksi untuk memahami progres belajar mereka.

4. Fokus pada kualitas 

Pembelajaran berdiferensiasi berfokus pada kualitas pemahaman siswa dibandingkan jumlah tugas yang harus selesaikan. Bukan hanya iu, siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkreasi. Maka penilaian berfokus pada kemajuan individu siswa.

6. Lingkungan belajar positif dan suportif

Pembelajaran berdiferensiasi juga menciptakan lingkungan belajar yang suportif, yaitu siswa dapat mengambil risiko dan belajar dari kesalahan mereka. Namun begitu, tetap saling menghormati, berkolaborasi dan saling mendukung untuk membantu siswa satu sama lain.

7. Berfokus pada hasil belajar

Berfokus pada hasil belajar yang ingin dicapai siswa, sehingga guru akan menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Di sisi lain,  siswa juga terlibat dalam proses penetapan tujuan dan kemajuan mereka.

Metode Pembelajaran Berdiferensiasi

Berikut ini merupakan beberapa contoh metode pembelajaran berdiferensiasi yang dapat diterapkan oleh guru di sekolah:

1. Diferensiasi Konten

Diferensiasi konten mengacu pada isi atau materi pelajaran itu sendiri. Diferensiasi konten dapat dilakukan berdasarkan tingkat pemahaman siswa mengenai materi tersebut, yaitu apakah siswa belum paham, paham secara parsial, atau sudah paham dengan baik.

2. Diferensiasi Proses

Contoh pembelajaran berdiferensiasi proses dapat dilakukan dengan membedakan cara guru menyampaikan materi atau memberikan instruksi kepada setiap siswa. Diferensiasi proses ini bisa dilakukan dengan mengacu pada gaya belajar masing-masing siswa, misal gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik. Selain itu, guru juga bisa memberikan variasi melalui adanya pembelajaran secara individual maupun kerja kelompok. 

3. Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan membedakan produk atau hasil pembelajaran yang perlu dilakukan siswa untuk mengukur tingkat penguasaan mereka terhadap materi serta memperoleh nilai. Misalnya, siswa diminta untuk menunjukkan pemahaman mereka dengan mengerjakan ujian tertentu atau melakukan presentasi di depan kelas.

4. Diferensiasi Lingkungan Belajar

Diferensiasi lingkungan belajar dapat dilakukan dengan memberikan variasi atau perbedaan suasana tempat belajar. Misalnya, mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan atau di taman sekolah. Selain itu, guru juga bisa mengajak siswa untuk melakukan kunjungan lapangan, misalnya ke kebun raya untuk melakukan observasi atau penelitian.

Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi membawa sejumlah tantangan yang perlu dihadapi, di antaranya yaitu:

1. Keterbatasan Waktu

Meskipun pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi pendekatan pembelajaran yang menarik, namun pada kenyataannya, guru memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak dapat memberikan perhatian penuh kepada setiap siswa secara individu. Oleh karena itu, sulit bagi guru untuk memeriksa tingkat pemahaman dan preferensi belajar masing-masing siswa secara mendetail, terlebih jika jumlah siswa di dalam kelas cenderung banyak.

2. Tekanan yang Tinggi

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi melibatkan banyak tahapan, termasuk evaluasi awal, perencanaan konten, metode pengajaran, serta penilaian berkelanjutan. Hal ini bisa menjadi tantangan yang memberikan tekanan tinggi bagi para guru.

3. Biaya yang Tinggi

Untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi, sekolah memerlukan akses ke berbagai sumber daya serta materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. Selain itu, sekolah juga harus menyediakan tenaga pengajar yang tidak sedikit apabila jumlah murid di sekolah cenderung banyak. Hal ini tentunya membutuhkan biaya yang tinggi dan tidak semua sekolah sanggup untuk memenuhi hal ini.

Strategi Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

Meskipun penuh tantangan, bukan berarti pembelajaran berdiferensiasi tidak dapat diterapkan sama sekali. Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru dan sekolah dapat melakukan strategi aau langkah berikut ini:

  • Sebelum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam mengenai kebutuhan belajar siswa di sekolahnya dengan melakukan pemetaan berdasarkan tiga aspek, yaitu kemauan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa. Hal ini bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey.
  • Kemudian, guru bisa mengembangkan desain dan strategi pembelajaran yang berbeda, serta mencari sumber daya tambahan yang sesuai dengan hasil survey kebutuhan siswa. Dalam melakukan hal ini guru bisa berkolaborasi dengan guru lainnya, kepala sekolah, maupun staf dan administrator sekolah.
  • Selanjutnya, guru bisa menawarkan pilihan strategi, materi, dan metode pembelajaran berdiferensiasi kepada siswa di kelas.
  • Terakhir, guru bisa melakukan evaluasi rutin mengenai penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang telah dilakukan. Guru juga bisa meminta feedback dari para siswa maupun orang tua siswa mengenai strategi pembelajaran tersebut.

Pembelajaran berdiferensiasi juga bisa diterapkan melalui Learning Management System seperti Jelajah Ilmu. Strategi pembelajaran berdiferensiasi yang efektif tidak hanya bisa dilakukan melalui pembelajaran offline di dalam kelas, tapi juga melalui pembelajaran online melalui LMS. Jelajah Ilmu dapat menjadi LMS terbaik dan terlengkap yang bisa digunakan oleh guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Dengan menggunakan Jelajah Ilmu, guru bisa memberikan materi ajar, memberikan tugas, berdiskusi dengan para siswa, hingga penilaian secara online langsung dari platform yang sama. Pembelajaran pun menjadi lebih praktis dan efisien tanpa perlu bertatap muka. Penerapan platform LMS juga perlu didukung perangkat optimal seperti laptop untuk siswa atau anak sekolah yaitu seri Chromebook dari Acer. Seri laptop ini punya desain kokoh, baterai kuat serta seri Intel dengan fitur komperehensif yang semakin memudahkan proses pengerjakan tugas lebih maksimal.

ASAL USUL SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA

ASAL USUL SEMBOYAN
BHINNEKA TUNGGAL IKA


Konsep Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Kitab Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14. Kitab Sutasoma disusun oleh Mpu Tantular pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, yang membawa Majapahit pada puncak kejayaannya.

Mpu Tantular adalah penyair terkemuka dalam sastra Jawa klasik abad ke-14. Ia mengarang ‘Kakawin Sutasoma’ yang menjadi salah satu ekspresi kebudayaan Indonesia. Satu bait di antara ratusan pupuh di dalam kitab itu merupakan sumber kalimat ‘Bineka Tunggal Ika’. Kalimat yang akhirnya menjadi semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bait yang mengandung semboyan ini terdapat dalam Kakawin Sutasoma bagian 139, yang dinyanyikan oleh Patih Gajah Mada. Bait ini menyatakan semangat persatuan dalam keberagaman, menekankan bahwa walaupun berbeda, semua tetap satu.

Berikut bunyi kutipan bait Kitab Sutasoma yang memuat frasa Bhinneka Tunggal Ika.

“Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa, bhineki rakwa ring apan kena parwanosen, mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.” 

Terjemahannya adalah…
"Konon dikatakan Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimana kita bisa mengenali perbedaannya dalam selintas pandang.”
“Karena kebenaran yang diajarkan Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu jua. Mereka memang berbeda-beda. Namun, pada hakikatnya sama. Karena tidak ada kebenaran yang mendua.(Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa).

Dalam Kakawin Sutasoma, pengertian “bhineka tunggal ika” lebih ditekankan pada perbedaan dalam bidang agama, tetapi dalam lambang negara Garuda Pancasila pengertiannya diperluas, tidak terbatas pada perbedaan agama, melainkan juga suku, bahasa, adat-istiadat, budaya dan perbedaan kepulauan” 

Sumber literasi : Profesor Robson, dalam buku terjemahan ‘Kakawin Sutasoma’ karya Dwi Woro Retno Mastuti dan Hastho Bramantyo